Asesmen Diagnostik

Asesmen Diagnostik

Asesmen Diagnostik
Oleh
Dr. Herwan

 

Pernahkah sebagai guru mendapati kendala seperti: murid tidak mau mengerjakan tugas; yang mengikuti sesi video conference sedikit —sekalinya ikut, tidak mengaktifkan video, hanya mengisi presensi, orang tua tidak kooperatif. Lalu kita sebagai guru berujar:
“Padahal tugasnya sedikit.”
“Padahal strategi belajarnya menarik.”
“Padahal media belajarnya sudah asyik.”
“Padahal sudah ini dan itu.”
Mengapa hal tersebut bisa terjadi?! Boleh jadi karena perspektif guru dan murid serta orang tua berbeda. Bagi guru mungkin tugasnya sedikit, bagi murid tidak. Bagi guru mungkin strategi dan media belajarnya sudah menarik dan asyik untuk diikuti, tapi bagi murid tidak.
Lalu, apa yang mesti guru lakukan?! Guru perlu memahami persepsi dan hot button atau kecenderungan murid dan orang tua terutama di awal-awal pembelajaran. Kegiatan untuk memahami persepsi dan hot button tersebut biasa disebut asesmen diagnostik.
Asesmen diagnostik adalah asesmen yang dilakukan secara spesifik untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, kelemahan peserta didik, sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi peserta didik. Peserta didik yang perkembangan atau hasil belajarnya paling tertinggal berdasarkan hasil asesmen diagnostik, diberikan pendampingan belajar secara afirmatif.
Seperti layaknya seorang dokter, sebelum memberikan resep atau tindakan terhadap pasien, ia perlu melakukan pemeriksaan lalu mendiagnosis. Dalam penegakan diagnosis, dokter melakukan anamnesis yaitu mendengarkan keluhan pasien atau keluarga pasien dan pemeriksaan fisik, serta untuk beberapa penyakit membutuhkan pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan di laboratorium. Bisa dibayangkan jika dokter langsung memberikan resep atau tindakan tanpa melakukan diagnosis dulu, bukannya sembuh dari penyakit malah jadi tambah keluhan panjang pasien, bahkan dapat terjadi malpraktik.
Tak ubahnya guru dalam pembelajaran, dan awal tahun pembelajaran bisa jadi momen yang tepat untuk melakukan asesmen diagnostik, alih-alih langsung digunakan untuk menyampaikan pembelajaran. Gunakan satu pekan awal untuk kegiatan ini. Dengan tujuan untuk memetakan kemampuan semua peserta didik. Apalagi saat pandemi seperti sekarang ini di mana pembalejaran dilaksanakan secara vitual atau online, di daerah yang tingkat pertumbuhan ekonominya rendah, juga tingkat daya belinya menurun, bisa jadi masih ditemukan peserta didik yang tidak punya gawai atau gadget juga kuota internetnya.
Hal apa saja yang guru perlu ketahui dari murid menggunakan asesmen diagnostik?
Kesiapan Belajar
Tujuan: mengetahui lingkungan murid, sarana prasarana, minat, kebiasaan orang tua, pekerjaan orang tua dan lain-lain.
Kegunaan: guru dapat menentukan pembelajaran yang sesuai dengan murid. Teknik, untuk mengetahui kesiapan belajar murid, guru bisa menggunakan formulir, angket wawancara untuk diisi atau dijawab murid. Beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan antara lain:
Apa hal yang kamu lakukan dengan senang hati dan terkadang lupa waktu?
Apa pekerjaan orang tua kamu?
Jam berapa orang tua bekerja?
Dari 1-5, berapa nilai jaringan internet di rumahmu?
Dari beberapa aplikasi berikut, mana yang sering kamu gunakan?
Dan beberapa pertanyaan lain untuk mengetahui kondisi awal murid.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut murid bisa juga menggunakan berbagai cara; voice notes, gambar infografis, teks dan lainnya.
Kompetensi
Tujuan: memahami level atau tahapan, ketercapaian kompetensi yang sudah tiap murid miliki.
Kegunaan: guru memetakan KI/KD yang sudah dan belum dikuasai murid.
Teknik: untuk mengetahui kompetensi apa yang sudah tiap murid miliki. Guru bisa menggunakan soal-soal yang tiap soal mengukur kompetensi tertentu. Bisa juga dengan wawancara kepada murid, dan sebagainya. Setelah mengetahui ini guru akan mengetahui:
Kompetensi apa yang dimiliki antar murid;
Sampai mana penguasaan KI/KD yang akan ada di semester ini;
Pemetaan murid berdasarkan level kompetensi dan diberi intervensi berdasarkan kategori tersebut;
Pemetaan KI/KD mana yang dikuasai atau belum. Sehingga bisa membuat strategi belajar yang sesuai.
Apakah selesai setelah melakukan Asesemen Diagnostik tentang kesiapan belajar dan kompetensi murid? Tidak! Guru juga perlu menuangkan kategori murid dari data yang didapat. Seperti contoh pada tabel:

Kategori inilah yang akan menjadi panduan guru dalam memberikan intervensi yang sesuai kepada murid baik berupa strategi pembelajaran, media pembelajaran atau bahkan cara berkomunikasi yang disesuaikan dengan hot button atau kecenderungan murid.
Dengan demikian, guru akan menjadi sosok yang benar-benar memiliki ruh kemampuan dalam mendiagnosis peserta didiknya, sehingga tak salah ada ungkapan, “At-thariqah ahammu minal madah, wal mudarris ahammu minatthariqah, wa ruhul mudarris ahammu minal mudarris nafsihi.” (Jiwa seorang guru itu yang sebenarnya lebih penting dari metode dan guru). Dalam hal ini jiwa guru yang dapat mendiagnosis selanjutnya menemukan kecenderungan dan karakter peserta didik agar strategi pembelajaran, media pembelajaran hingga cara berkomunikasi dengan murid sesuai sehingga memudahkan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Wallahu a’lam.