Resensi Buku: Raden Ajoe Lasminingrat 1843–1948

Resensi Buku: Raden Ajoe Lasminingrat 1843–1948
Judul Buku Resensi Buku: Raden Ajoe Lasminingrat 1843–1948
Pengarang Deddy Effendy
Penerbit Univ. Padjadjaran
Tahun 2007
Deskripsi

Diantara sedikit literasi tentang perjuangan Raden Ajoe Lasminingrat, buku karya Deddy Effendy ini merupakan sebuah karya yang mengupas secara mendalam kiprah salah satu tokoh perempuan paling berpengaruh di Indonesia pada abad ke-19. Raden Ajoe Lasminingrat dikenal sebagai sosok intelektual perempuan yang berhasil menggabungkan wawasan tradisional dengan nilai-nilai modern melalui karya-karya tulis dan perjuangannya di bidang pendidikan.
Buku ini memulai narasinya dengan latar belakang kehidupan Lasminingrat. Lahir di Garut pada 1843, ia tumbuh dalam keluarga priyayi yang memiliki akses ke pendidikan. Ayahnya, Raden Haji Muhamad Musa, adalah seorang tokoh agama dan pendidik yang menanamkan nilai-nilai intelektual sejak dini kepada Lasminingrat. Pendidikan yang ia terima, termasuk kemampuannya membaca karya sastra Eropa, membentuk pandangan dan pemikiran modern yang kemudian menjadi landasan dalam perjuangannya.
Salah satu kontribusi besar Lasminingrat adalah keberhasilannya menyadur cerita-cerita dari buku berbahasa Belanda ke dalam bahasa Sunda. Karya utamanya, "Warnasari atawa Roepa-roepa Dongeng", menjadi media penting untuk menyampaikan nilai-nilai pendidikan dan moral kepada masyarakat pribumi. Buku ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami, sehingga dapat menjangkau berbagai kalangan, termasuk mereka yang baru belajar membaca. Sebagai pelopor sastra modern Sunda, Lasminingrat juga dikenal karena penggunaan kata ganti orang pertama dalam tulisannya, yang pada saat itu adalah hal yang langka.
Tidak hanya di dunia literasi, Lasminingrat juga memberikan perhatian besar pada pendidikan formal. Pada 1907, ia mendirikan Sakola Keutamaan Istri di Garut. Sekolah ini dirancang untuk memberdayakan perempuan melalui pendidikan keterampilan seperti memasak, menjahit, dan mengelola rumah tangga, serta memberikan pengajaran tentang nilai-nilai kehidupan yang bermanfaat. Dalam waktu singkat, sekolah ini berkembang pesat dan memiliki beberapa cabang di berbagai wilayah. Bahkan, pada 1913, pemerintah Hindia Belanda memberikan pengakuan resmi terhadap sekolah ini.
Lasminingrat juga memiliki pengaruh yang besar dalam gerakan emansipasi perempuan di Indonesia. Ia menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh perempuan lainnya, seperti Dewi Sartika, yang juga memperjuangkan pendidikan bagi perempuan. Meski demikian, kiprah Lasminingrat seringkali luput dari perhatian sejarah arus utama. Buku ini berhasil mengangkat kembali peran besar Lasminingrat, memberikan penghargaan yang layak kepada sosok ini sebagai salah satu pionir pendidikan perempuan.
Penulis buku, Deddy Effendy, menggunakan pendekatan naratif yang ringan tetapi mendalam, membuat buku ini mudah dipahami oleh pembaca dari berbagai latar belakang. Penelitian yang dilakukan juga cukup komprehensif, meskipun terdapat keterbatasan dalam dokumentasi sejarah tentang kehidupan Lasminingrat. Meskipun demikian, buku ini tetap menjadi kontribusi penting dalam mengisi kekosongan literatur tentang sejarah intelektual perempuan Indonesia.
Buku ini juga memberikan wawasan mengenai tantangan yang dihadapi perempuan pada masa kolonial. Dalam konteks sosial budaya saat itu, perempuan seringkali diabaikan dalam pendidikan formal. Namun, melalui perjuangannya, Lasminingrat mampu menunjukkan bahwa perempuan memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan dalam masyarakat. Buku ini tidak hanya menginspirasi pembaca, tetapi juga memberikan refleksi tentang pentingnya pendidikan bagi semua lapisan masyarakat.
Dalam kesimpulannya, buku "Raden Ajoe Lasminingrat: 1843–1948" adalah sebuah karya yang patut diapresiasi. Buku ini tidak hanya mengisahkan perjalanan hidup seorang tokoh, tetapi juga menggambarkan dinamika sosial, budaya, dan pendidikan pada masa kolonial. Dengan membaca buku ini, kita diajak untuk mengenal lebih dekat perjuangan Raden Ajoe Lasminingrat dalam memajukan perempuan Indonesia, serta menghargai warisan intelektualnya yang terus relevan hingga saat ini.
Secara keseluruhan, buku ini sangat direkomendasikan untuk pembaca yang ingin memahami sejarah emansipasi perempuan Indonesia, khususnya di bidang pendidikan. Melalui cerita Lasminingrat, kita dapat belajar tentang semangat, dedikasi, dan keberanian seorang perempuan yang mampu melampaui batasan-batasan zamannya. Warisan Lasminingrat adalah bukti bahwa pendidikan adalah kunci utama dalam membangun masa depan. [sifa]