PERAN SERTA SEMUA PIHAK DAN HIKMAH PANDEMI

PERAN SERTA SEMUA PIHAK DAN HIKMAH PANDEMI

PERAN SERTA SEMUA PIHAK DAN HIKMAH PANDEMI

oleh :

Hariri Khumaedi, S.Pd.

Guru MTs Negeri 5 Cirebon

Semakin maraknya penyebaran virus corona yang terjadi di Indonesia, memaksa kita harus menyesuaikan diri dengan situasi pandemi yang terjadi. Mengikuti anjuran pemerintah untuk tetap di rumah dan menjaga protokol kesehatan. Banyak orang yang terjangkit virus tersebut, bahkan banyak pula yang meninggal dunia, namun tidak sedikit yang berhasil sembuh dari ancaman virus corona. Ketika menghadapi suatu kesusahan atau bencana, kita harus cermat mengatur emosi dan pikiran kita. Kita diharuskan untuk terus berfikir positif agar imunitas tubuh kita baik, karena salah satu sumber penyakit adalah pikiran. Berpikir positif adalah obat yang paling mujarab. Untuk itu dalam situasi pandemi saat ini kita harus lebih jeli memaknai ujian yang sedang kita hadapi bersama. Apakah dengan adanya ujian ini kita menyerah atau malah dapat mengambil hikmah dibalik ujian tersebut?

Dalam bahasa Arab kata Bala’ berarti al-ikhtibar atau bermakna ujian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata bala diartikan sebagai 'malapetaka', 'kemalangan', atau 'cobaan'. Bala’ atau ujian tidak selalu tentang keburukan (sayiah) saja, bala’ juga bisa berupa kebaikan (hasanah). Konteks Bala’ ini tertuang dalam ayat di beberapa surat Al-quran, misalnya pada surat Al-A’raf ayat 168 : “......Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran)” (QS al-A'raf : 168). Analogi mudahnya, dahulu sebelum pandemi terjadi kita diuji dengan tubuh yang sehat namun sekarang diuji dengan ancaman virus/penyakit. Dahulu diuji dengan rasa aman kemanapun kaki melangkah, namun sekarang diuji dengan perasaan tidak nyaman berada di tempat umum. Hal tersebut sebaiknya dipandang positif, dimana situasi yang terjadi saat ini merupakan proses kenaikan derajat bagi orang yang mau bersabar dan bersyukur. Untuk itu kita harus sabar dan ikhlas menjalani proses tiap prosesNya. Karena situasi pandemi saat ini sangat berdampak serius terhadap semua sektor, salah satunya yaitu sektor pendidikan.

Kondisi pandemi yang terjadi memaksa semua pihak untuk bertahan menghadapi situasi yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Tantangan pendidikan di Indonesia sebelum pandemi pun teramat besar, ditambah dengan kondisi pandemi yang semakin membuat rumit. Begitu besar upaya yang dilakukan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama yang menaungi pendidikan di Indonesia untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di dunia pendidikan pada masa pandemi. Metode pembelajaran jarak jauh atau belajar dari rumah dipilih sebagai salah satu metode pelaksaan pendidikan yang aman bagi peserta didik. Dalam situasi seperti ini mengharuskan para guru untuk dapat membuka mata terhadap teknologi dengan meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi sebagai media pembelajaran. Dengan menguasai teknologi secara maksimal, para guru akan lebih mudah untuk memberikan materi dan memacu para guru untuk lebih aktif, kreatif, efektif dan inovatif. Diharapkan metode pembelajaran berbasis teknologi dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk tetap semangat belajar walau dalam kondisi pandemi. Dalam tampilan pembelajaran yang menarik dan penuh warna, diharapkan peserta didik lebih mudah memahami dan menghapal materi yang diberikan. Kementerian Agama secara khusus membuat kurikulum darurat, mengingat kondisi variatif guru dan madrasah dalam penyelenggaraan pembelajaran di tiap daerah. Pemerintah juga memberikan layanan bantuan kuota gratis bagi guru dan peserta didik. Hal tersebut sebagai bentuk ikhtiar pemerintah dalam menghadirkan pendidikan di tengah pandemi.

Pendidikan Tanggung Jawab Semua Pihak

Kondisi pandemi saat ini seharusnya menyadarkan semua pihak, bahwa tanggung jawab pendidikan tidak hanya tugas guru ataupun sekolah saja. Pendidikan adalah tanggung jawab semua pihak. Setiap pihak memiliki peran menjadi guru/pengajar, agar proses pendidikan tidak terhenti walaupun terbatas. Salah satu pihak yang sangat berperan adalah keluarga atau orang tua sebagai pihak terdekat peserta didik. Namun, tidak semua orangtua memiliki kemampuan untuk membimbing anak-anaknya. Yang terjadi dilapangan saat ini terdapat sekurang-kurangnya terdapat tiga tipe orang tua dalam menghadapi pandemi. Tipe pertama, orang tua yang berharap sekolah segera dimulai, dikarenakan sebagian orang tua tidak memiliki waktu mendampingi anak belajar dan terbatasnya pemahaman orangtua terhadap materi pelajaran. Tipe kedua, orang tua yang merasa khawatir akan situasi pandemi yang masih meningkat, sehingga tidak mengizinkan anak mereka pergi ke sekolah. Tipe yang ketiga, orang tua yang fleksibel, dimana tipe orangtua seperti ini mengikuti keputusan-keputusan yang dibuat sekolah. Dalam menyikapi kondisi tersebut, tentu saja sekolah yang baik harus bisa memahami ketiga tipe orang tua tadi. Sekolah harus merevitalisasi secara menyeluruh terkait metode pembelajaran dan mengedapankan protokol kesehatan dilingkungan sekolah. Tidak hanya kesiapan infrastruktur saja, namun harus ada fasilitas-fasilitas lain yang disesuaikan dengan situasi pandemi yang sedang terjadi. Dari semua permasalahan yang diuraikan, hal yang menjadi perhatian utama adalah kondisi psikologis peserta didik. Seharusnya peserta didik bisa menyesuaikan diri dengan situasi pandemi saat ini. Namun, pada kenyataanya, banyak peserta didik yang belum siap menghadapi situasi yang terjadi, sehingga mengakibatkan menurunnya motivasi belajar. Pemahaman materi yang kurang, tidak adanya manajemen waktu mengerjakan tugas dan fasilitas yang tidak memadai, membuat beberapa peserta didik tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru secara online. Karena tidak dapat menyesuaikan kondisi pandemi menyebabkan timbulnya gejala psikis yang dirasakan peserta didik. Gejala stres yang memicu rasa gelisah, tertekan, bingung, kurang percaya diri karena tidak menyelesaikan tugas sekolah membuat beberapa peserta didik menarik diri dari proses pembelajaran. Bahkan, fasilitas yang diberikan oleh orangtua berupa handphone maupun kuota dijadikan pelarian untuk mengatasi rasa stres tersebut. Karena kurangnya peran serta pengawasan orangtua, membuat beberapa peserta didik malah kecanduan bermain game online, sehingga tidak memiliki motivasi belajar sama sekali.

Hikmah Dibalik Pandemi

Sebagaimana disinggung di awal, pandemi sebagai bala’ (ujian) ini pastinya memiliki hikmah bagi kita semua, karena tujuan ujian itu sendiri adalah agar kembali kepada kebenaran. Hikmah di lingkungan keluarga yaitu menambah kedekatan antara orangtua dan anak. Peran orang tua sebagai pendamping selama proses belajar di rumah menjadikan orang tua lebih mudah dalam mengawasi, membimbing dan melihat secara langsung perkembangan belajar anak mereka. Dari hal itulah tercipta komunikasi yang intensif antara orang tua dan anak.  Hikmah bagi peserta didik dan guru adalah meningkatnya pemahaman teknologi yang memacu kreasi dan inovasi dalam kegiatan belajar mengajar. Di era disrupsi teknologi yang semakin canggih ini, meningkatkan kemampuan berteknologi menjadi tantangan tersendiri, teknologi yang sangat berkembang pesat dapat dijadikan referensi metode pembelajaran yang menarik.