BAHAYA LEARNING LOSS GENERASI PANDEMI
  • 5 Agustus 2021
  • 54884x Dilihat
  • Gumeulis

BAHAYA LEARNING LOSS GENERASI PANDEMI

BAHAYA LEARNING LOSS GENERASI PANDEMI

Oleh:
Okta Efriyadi, S.Pd

Permasalahan yang saat ini dihadapi di dunia Pendidikan yaitu pembelajaran dengan moda daring, permasalahan ini harus menjadi perhatian yang sangat serius karena pendidikan merupakan bagian terpenting dari cita-cita bangsa yaitu mencerdaskan anak bangsa. Sejak pertengahan tahun 2020 lalu, Pemerintah dalam sektor Pendidikan di Indonesia menerapkan pembelajaran dengan moda daring, karena akibat adanya wabah virus pandemik covid-19 yang menyerang manusia di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia.

Berbagai upaya dari pemerintah untuk mencegah dan menghentikan penularan covid 19 salah satunya di bidang Pendidikan dengan menerapkan proses pembelajaran jarak jauh melalui aplikasi google meeting, zoom meeting, e-learning, whatsapp dan lain-lain, namun upaya ini masih banyak menemui keluhan dan kendala dari berbagai kalangan baik guru, orang tua, dan siswa. Kendala yang banyak ditemui seperti jaringan sinyal yang sebagian masih sulit dijangkau, pemenuhan kuota yang terbatas, bahkan handphone yang sebagai alat membantu proses pembelajaran daring yang sebagian siswa masih belum memiliki khususnya kalangan menengah ke bawah. Sehingga banyak siswa yang putus asa dan ingin berhenti sekolah.

Selain itu, proses pembelajaran daring juga dianggap memberatkan beban yang harus dipikul oleh keluarga. Selain itu pula dari sisi guru diharuskan merubah kebiasaan dan persiapan mengajar dari tatap muka ke daring bukanlah hal yang mudah, mulai dari segi pengemasan materi, cara penyampaian secara online, sistem penilaian. Ternyata tidak semua guru siap untuk itu. Beberapa mata pelajaran nyatanya terlalu sulit disampaikan secara daring. Sehingga menyulitkan guru untuk menyampaikan kepada siswa melalui daring, hal itu membuat banyak siswa yang tidak mengerti dengan materi tersebut. Dari permasalahan tersebut akan mengakibatkan learning loss (hilangnya minat belajar siswa).

Menurut The Education and Development Forum (2020) mengartikan bahwa learning loss adalah situasi dimana peserta didik kehilangan pengetahuan dan keterampilan baik umum atau khusus atau kemunduran secara akademis, yang terjadi karena kesenjangan yang berkepanjangan atau ketidak berlangsungannya proses pendidikan. Dari penjelasan tersebut bisa dilihat dengan situasi permasalahan yang ada saat ini. Ada beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa terdapat tiga masalah pokok akibat dari pembelajaran daring yaitu;

Pertama, Penurunan Tingkat Keinginan Belajar, dengan tidak pergi sekolah, kebanyakan peserta didik merasa seperti tidak memiliki alasan dan motivasi yang cukup kuat untuk belajar. Ketika biasanya guru memperhatikan mereka secara langsung di kelas, tingkat keinginan belajar mereka relatif lebih terjaga. Tetapi saat tidak ada guru, biasanya kesadaran belajar ini pun menurun. Tinggalah orang tua di rumah berjuang lebih keras agar mereka tetap semangat belajar disamping meyakinkan mereka ada dalam kondisi aman dan sehat.

Kedua, Meningkatnya kesenjangan, Pembelajaran melalui moda daring membuka peluang adanya disparitas atau kesenjangan belajar peserta didik. Peserta didik yang memiliki fasilitas belajar yang baik, dukungan keluarga yang utuh, hampir pasti memiliki tingkat keberhasilan dan keterlibatan yang baik dalam belajar, sedangkan peserta didik yang tidak terdukung dengan fasilitas yang kurang baik maka akan sedikit memiliki tingkat keberhasilan dan keterlibatan dalam belajar. Hal itu tidak bisa dipungkiri, banyak peserta didik yang minim fasilitas dan dukungan keluarga yang kurang. Kurangnya efektif tes formatif, ditiadakannya berbagai evaluasi, cukup membuat peserta didik dan guru kehilangan acuan seberapa jauh pembelajaran dikatakan berhasil.

Ketiga, Kemungkinan Putus Sekolah (Drop Out) Ketidakpastian kapan sekolah kembali normal berakibat pada munculnya kebosanan yang mendorong beberapa peserta didik ingin berhenti sekolah. Dengan alasan ketiadaan fasilitas, kebingungan menghadapi tugas/PR yang dianggap terus menerus dan memberatkan, juga kebosasanan membuka jalan untuk para siswa yang hidup ditengah keterbatasan untuk memilih bekerja sehingga dapat meringkankan beban keluarga dan bisa menghidupi dirinya sendiri. Tentu ini harus kita hadapi dengan penuh empati, terutama mereka yang sudah duduk di kelas/tingkat akhir masa pendidikannya.

Lalu bagaimana solusi cara untuk meminimalkan atau bahkan untuk mencegah terjadinya learning loss dikalangan semua pelajar? Salah satunya dengan mengadakan tatap muka terbatas, untuk wilayah dalam catatan kasus penularan covid 19 paling sedikit harus diadakan pembelajaran tatap muka terbatas dan dengan prokes yang ketat. Meski terbatas namun solusi ini bisa meminimalisir terjadinya learning loss. Selain itu guru dan siswa harus memanfaatkan konten belajar seperti yang dikatakan oleh Junus dari Republika.co.id yaitu untuk dapat memaksimalkan praktek PJJ yang efektif para siswa dapat memanfaatkan konten-konten belajar yang telah disediakan oleh pemerintah dari hasil kolaborasi dengan beberapa penyedia konten belajar. Selain itu Ada beberapa ahli menyarankan strategi yang bisa ditempuh walau pun tentu saja semua perlu penyesuaian sesuai dengan kondisi sekolah masing masing.  Adapan strategi tersebut antara lain:

Optimizing teaching and learning supports and resources during school closures. Strategi ini menjelaskan bahwa sekolah perlu mengoptimalkan segala upaya untuk mendukung berlangsungnya kegiatan belajar mengajar dan juga dukungan dalam bentuk keberagaman sumber belajar selama sekolah tidak melakukan tatap muka. Intinya, ketiadaan pembelajaran tatap muka seyogyanya tidak begitu mengurangi esensi pembelajaran termasuk di dalamnya bagaimana guru dan sekolah tetap dapat memantau sikap dan juga karakter siswa. Hal ini bisa dilakukan dengan cara misalnya: (1) merancang pembelajaran yang variatif, sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat siswa juga cukup efektif bila dilakukan secara online atau pembelajaran jarak jauh; (2) Lakukan pendekatan yang baik sehingga siswa termotivasi untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal ini bisa bersifat sedikit memaksa seperti cek kehadiran, atau bisa saja dengan mengusung kegiatan belajar yang berbasis PAIKEM termasuk didalamnya pendekatan sosial dan akrab misalnya tegur sapa guru dan siswa via WA atau Sosmed lainnya; (3) Gunakan pendekatan lain bila terindikasi terdapat siswa yang memiliki keterbatasan komunikasi secara online. Penggunaan pembelajaran melalui TV, modul, atau buku referensi perpustakaan bisa menjadi allternatif; (4) koordinasi dan komunikasi antara sekolah dan orang tua untuk meyakinkan bahwa siswa terlibat dalam pembelajaran, penyelesaian tugas termasuk kontrol orang tua dalam penggunaannya.

Offsetting the learning loss when schools reopen. Memperbaiki hilangnya minat belajar peserta didik saat sekolah kembali dibuka. Rentang waktu yang lama tanpa tatap muka mungkin banyak menimbulkan permasalahan baru, terutama terkait pencapaian pengetahuan dan keterampilan siswa. Sokolah dalam hal ini bisa membuat semacam jam tambahan bagi siswa yang terindikasi sangat tertinggal dalam pelajaran (dilihat dari kualitas hasil pembelajaran yang terkumpul). Hal ini, tentu saja dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan atau bila semua faktor memungkinkan, peserta didik dapat menggunakan sebagian hari libur semester atau libur kenaikan kelas mereka di sekolah untuk mengejar ketertinggalan mereka yang tentu perlu dengan kordinasi yang tepat bersama para guru di sekolah.