ANTARA KELUARGA, BELAJAR ONLINE DAN COVID 19

ANTARA KELUARGA, BELAJAR ONLINE DAN COVID 19

ANTARA KELUARGA, BELAJAR ONLINE DAN COVID 19

OLEH: RIRI DLAROZA, M.Pd

Harta yang paling berharga adalah keluarga

Istana yang paling indah adalah keluarga

Puisi yang paling bermakna adalah keluarga

Mutiara tiada tara adalah keluarga

 

Sepenggal larik lagu Keluarga Cemara yang saya dengar dan mungkin larik ini tepat kalau kita perhatikan di masa pandemi ini. Pendidikan yang dulunya selalu diterima dari sekolah dimasa pandemi ini umumnya semua kegiatan dilakukan dari rumah secara otomatis pihak keluarga mempunyai andil yang lebih besar untuk membantu, memerhatikan dan membimbingnya anak di rumah.

Memang tidak dipungkiri sebelum pandemi peran keluarga sangat pernting tetapi persentasenya tidak seperti sekarang. Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial yang diberi tanggung jawab pertama kali untuk mengenalkan tingkah laku yang dikehendaki, mengajarkan penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya dan penyesuaian diri dengan perubahan lingkungan yang terjadi. Keluarga merupakan salah satu agen sosialisasi yang paling penting dalam mengajarkan anggota-anggotanya mengenai aturan-aturan yang diharapkan oleh masyarakat. Keluarga memang unit terkecil dalam masyarakat, tetapi keluarga memiliki peran besar dalam keberhasilan menekan dampak pandemi COVID-19 dan kesuksesan menuju era normal baru. Tidak hanya berperan penting dalam mewujudkan SDM berkualitas tetapi juga menjadi kunci utama dalam menekan wabah pandemi COVID-19 dan kunci utama dalam kesuksesan memasuki era normal baru.

Dewasa ini, pendidikan karakter merupakan sebuah harapan untuk meminimalisir efek buruk bagi kemajuan bangsa. Dimana pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah terbesar yang dihadapi oleh suatu bangsa, termasuk bangsa Indonesia adalah munculnya berbagai macam krisis, diantaranya krisis ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan, keamanan dan moral. Namun diantara banyaknya krisis tersebut, yang menjadi masalah utama adalah krisis moral. Adanya krisis moral akan memunculkan berbagai macam krisis lainnya.

Dengan masih belum berakhirnya pandemi Covid-19, pendidikan agama mengalami tantangan yang sangat serius. Berbeda dengan jenis pendidikan lainnya, pendidikan agama memiliki kekhasan tekanan untuk mentransmisikan nilai dan moralitas agama ke dalam perilaku dan tindakan siswa. Yang menjadi soal, pendidikan agama dan proses penumbuhan nilai dan moralitas pada diri siswa sangat terkait dengan peneladanan dan pembiasaan. Peneladanan sangat terhubung dengan pola mimikri yang dipraktikkan guru yang selanjutnya diadopsi oleh para siswa. Sementara itu, pola pembiasaan berupa penanaman disiplin dalam tindakan yang berulang dan terukur. Sayangnya, keduanya berupa pendekatan yang menekankan praktik, disiplin diri, dan actus dalam keseharian.

Dalam penerapan pola Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) dan Belajar dari Rumah (BDR) yang masih diberlakukan, pola peneladanan dan pembiasaan sebagai inti pendidikan agama menerapkan pola yang juga virtual. Akibatnya, transmisi nilai dasar pendidikan agama menuju idealitas perilaku dan tindakan lebih banyak berupa imbauan dan ceramah. Dengan status keberjarakan dan virtual, proses peneladanan dan pembiasaan tidak dapat dijalankan dengan kontrol mutu dan standar sebagaimana pembelajaran tatap muka.

Meskipun demikian, pola campuran online dan offline tersebut tetap menghadapi kekhawatiran yang menghantui akan potensi penularan virus Covid-19. Di bawah tekanan perasaan khawatir dan cemas, tentu saja target peneladanan dan pembiasaan nilai pendidikan agama sulit untuk dicapai. Di situasi luar biasa ini, guru kini memiliki dan dituntut melaksanakan banyak peran tambahan: 1. Memastikan tercapainya tujuan pendidikan dan pemenuhan target akademik dan non akademik, mempersiapkan materi dan hasil evaluasi pembelajaran. 2. Guru juga memiliki tanggung jawab dalam memastikan keselamatan peserta didik secara fisik dan psikis. 3. Memberikan penguatan aktif dan memberikan pemahaman kepada siswa guna mentaati semua protokol kesehatan. 4. Dengan tetap memprioritaskan fasilitasi terhadap pembelajaran siswa, guru kini harus senantiasa memberikan dukungan emosional bagi siswa, orang tua, dan juga keluarga. 5. Guru harus dapat melakukan komunikasi dan mengembangkan kerja sama yang baik dengan kepala sekolah, orang tua/keluarga siswa untuk membangun kepercayaan dan mendukung proses pendidikan. Tuntutan kompetensi guru 1. Kemampuan berinovasi, memanfaatkan bermacam digital tools, menyelenggarakan kelas online, penerapan kurikulum yang memperkuat model multidisiplin dan kolaboratif dalam belajar mengajar. 2. Kemampuan menata ulang akuntabilitas, menentukan metode dalam proses assesment. 3. Kemampuan menyelenggarakan pendidikan yang membantu siswa berkembang secara akademis, fisik dan psikis, dengan menyeimbangkan antara "old" knowledge dengan mekanisme digital. 4. Kemampuan menyajikan pendidikan dan pengajaran yang merata termasuk bagi yang paling rentan. 5. Kemampuan komunikasi untuk menyinergikan pandangan dan visi proses pendidikan anak dengan kepala sekolah termasuk orang tua/keluarga. Menuju masa depan dengan membangun sistem dan sekolah yang tangguh pasca pandemi:  mempersiapkan, melindungi, memulihkan, mengevaluasi/refleksi merencanakan/transformasi.

Memang tidak dipungkiri pandemi ini juga berdampak positif atau mempunyai beberapa manfaat bagi kita semua terutama bagi pendidik diantaranya:  1. Pembejaran online praktis dan fleksibel. Dengan online learning, interaksi antara guru dan siswa akan lebih praktis karena tidak harus menempuh perjalanan untuk bertemu. 2. Pendekatan yang lebih sesuai online learning menggunakan pendekatan teknologi yang lebih sesuai pelajar masa kini dibandingkan metode konservatif belajar di kelas. Metode penyampaian yang digunakan di kelas-kelas online learning juga umumnya sudah merupakan gabungan formal dan informal. 3. Pengalaman belajar yang menyenangkan online learning sudah melepaskan item-item pembelajaran di kelas mendapatkan pengajaran yang lebih menarik dengan berbagai format media baik itu foto, video atau audio. 4. Lebih personal, beberapa kelas online learning benar-benar menghubungkan siswa dan guru dalam satu waktu untuk dapat berinteraksi layaknya di kelas, namun di depan layar. 5. Hemat waktu dan biaya . Manfaat lainnya online learning memangkas semua pengeluaran  sehingga siswa dan guru hanya perlu terhubung dengan layar dan koneksi internet. 6. Mudah didokumentasi. Menggunakan media yang memungkinkan siswa untuk merekam dan menyimpan materi yang diberikan dalam bentuk digital. Sehingga dapat dengan mudah diakses dan dipelajari kembali di kemudian hari. 7. Ramah lingkungan Dengan berkurangnya mobilitas. 8. Alternatif selama social distancing Wabah covid-19 membuat kita harus membatasi interaksi sosial untuk memutus rantai penyebarannya, termasuk proses belajar mengajar di kelas. Meski demikian, pendidikan tetap harus berlanjut salah satunya dengan memanfaatkan sistem online learning.

Jadi dengan adanya kerjasama yang erat antara pihak keluarga, sekolah serta sosial masyarakat maka akan terwujudlah suatu komunikasi yang baik dalam mengajar serta mendidik anak bangsa yang berkualitas. Belajar tidak lagi harus dilakukan dengan tatap muka tetapi bisa online dengan harapan dalam situasi apapun kita tidak boleh berputus asa dalam mendidik anak bangsa. Semoga Pandemi ini cepat berlalu. Aamiin.