Beasiswa Kemenag, 20 Ulama Muda Indonesia Perdalam Tahqiqut Turats di Arab Islamic Manuscript
  • BDK Bandung
  • 21 November 2024
  • 37x Dilihat
  • Berita

Beasiswa Kemenag, 20 Ulama Muda Indonesia Perdalam Tahqiqut Turats di Arab Islamic Manuscript

Repost www.kemenag.go.id

Mesir (Kemenag) --- Kementerian Agama memberikan kesempatan kepada sejumlah ulama muda Indonesia dari sejumlah Ma’had Aly untuk memperdalam Tahqiqut Turats di Arab Islamic Manuscript, Mesir. Ada 20 ulama muda Indonesia yang mendapat beasiswa untuk mengikuti Pelatihan Kepengarangan Turots.

Program yang dibiayai Dana Abadi Pesantren ini diselengarakan oleh Direktorat Pesantren Ditjen Pendidikan Islam Kementrian Agama bekerja sama dengan Institute of Arabic Manuscripts Mesir. Pelatihan berlangsung selama sebulan, sejak 1 – 30 November 2024.

Pelatihan Kepengarangan Turot dibuka oleh Direktur Institute of Arabic Manuscripts Mesir, Prof. Dr. Ali Abdullah Al-Naim. Pelatihan berlangsung selama 22 pertemuan dengan 43 jam pelatihan. Kursus ini diasuh oleh banyak profesor ahli dalam bidang makhtutot (manuskrip), di antaranya: Prof. Dr. Hasan asy-Syafi’i, Prof. Dr. Abdul Sattar Al-Halouji, Prof. Dr. Ayman Fuad Sayed, Dr. Ahmed Abdul Basit, dan para profesor pakar lainnya.

Prof. Dr. Ali Abdullah Al-Naim menyambut kedatangan 20 ulama muda Indonesia dan senang atas kerja sama yang produktif ini. Tujuannya, memperkenalkan warisan umat Islam yang merupakan salah satu fondasi identitas Arab dan Islam, serta mekanisme penyebaran teks-teks warisan tersebut secara kritis sesuai dengan dasar-dasar ilmiah yang kokoh, yang telah diletakkan oleh Institute of Arabic Manuscripts Mesir selama beberapa dekade.

“Institute of Arabic Manuscripts Mesir sebagai lembaga nasional yang berfokus pada naskah Arab dan ilmu manuskrip tidak pernah berhenti memberikan berbagai pengalaman dan layanan kepada para penerima manfaat baik di dunia Arab maupun luar negeri, serta berharap akan lebih banyak kegiatan bersama antara kedua belah pihak di masa depan,” ujar Prof. Dr. Al-Naim pada pembukaan acara, Selasa (5/11/2024).

Sebagai pemateri pertama, Prof. Dr. Abdul Sattar Al-Halouji menyampaikan tentang Makhtutot: Esensi dan Sejarahnya. Prof. Dr. Abdul Sattar Al-Halouji menjelaskan bahwa makhtutot ‘arabiyyah adalah istilah yang digunakan untuk menyebut setiap naskah yang ditulis tangan dalam bahasa arab, tanpa memperhatikan siapa yang menulisnya, apa sukunya, rasnya, agamanya, atau dimana tempat asalnya. Tentang pentingnya makhtutot dalam sejarah ilmu pengetahuan, khususnya dalam tradisi Islam, Prof. Dr. Abdul Sattar Al-Halouji menjelaskan bahwa makhtutot adalah salah satu warisan intelektual yang sangat bernilai dan memiliki kedudukan yang penting dalam menyebarkan dan melestarikan ilmu pengetahuan. Ia mengungkapkan bagaimana makhtutot berfungsi sebagai jembatan antara generasi ulama terdahulu dengan generasi masa kini, memelihara tradisi ilmiah, dan menjadi sumber utama dalam pemahaman ajaran agama.

Salah satu peserta pelatihan, Zam Zam Rasyidi, peserta utusan dari Ponpes Rasyidiyah Khalidiyah Kalimantan Selatan, materi yang disampaikan Prof. Dr. Abdul Sattar Al-Halouji sangat penting karena memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai peran naskah-naskah tulisan tangan dalam tradisi intelektual Islam. “Makhtutot bukan hanya sekadar karya tulis, tetapi juga sebuah warisan budaya yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Penjelasan beliau menunjukkan bahwa naskah-naskah tersebut memegang peranan penting dalam melestarikan dan menyebarkan ilmu pengetahuan, terutama dalam dunia Islam,” terang Zam Zam.

Materi kedua disampaikan oleh Prof. Dr. Aiman Fuad Sayyid, tentang Ilmu Makhtutot al-Arabi. Pada materi ini, Prof. Dr. Aiman Fuad Sayyid menjelaskan bahwa ilmu makhtutot disebut juga dengan ilmu kodikologi (ilmu kodeks). Menurut Prof. Dr. Aiman Fuad Sayyid, ruang lingkup pembahasan ilmu makhtutot terdiri dari dua unsur. Pertama adalah unsur materi atau media penulisan kitab (meliputi media papyrus, kulit, kertas china; pena dan tinta yang dipakai, ukuran buku, penanda setiap halaman dengan metode ta’qib, gaya khot tulisan (font), dan sampulnya). Usur yang kedua adalah informasi yang terkait dengan penulisan kitab. Meliputi identitas kitab (judul, tema bahasan dan nama penulis), identitas kepemilikan dan perjalanannya, tanggal, tempat, dan penyalin teks tersebut, keterangan waqaf atau shodaqoh, dan lain-lain,

Pada pertemuan hari kedua, ada dua materi. Materi pertama yaitu materi Tradisi Gramatika Makhtut al-‘Arabi yang disampaikan oleh Dr. Ahmad ‘Athiyyah. Materi ini menjelaskan tentang berbagai macam istilah penting bagi peneliti manuskrip. Dilanjutkan materi kedua yaitu Seni Makhtut oleh Dr. Tamir Mukhtar. Peremuan hari ketiga pun berisi dua materi. Yaitu meteri tentang Jenis dan Keistimewaan dari Makhtut al-‘Arabi oleh Dr. Muhammad Hasan Ismail dan materi tentang Geografis Makhtuthot oleh Dr. Abdul ‘Athi asy-Syarqawi. Pada pertemua pertama sampai ketiga materi yang disampaikan fokus pada penjelasan makhtutot.

Adapun pertemuan hari keempat sampai ketujuh pembahasan fokus pada kegiatan pentahqiqan. Materi tahqiq dalam kajian makhtutot sangat penting karena berfungsi untuk memverifikasi keaslian dan kebenaran teks yang ditulis dalam manuskrip-manuskrip klasik. Tahqiq, yang berarti penelitian atau verifikasi, merupakan salah satu disiplin ilmu yang sangat diperlukan untuk memastikan bahwa tulisan tangan (makhtutot) yang ditemukan dalam manuskrip atau kitab-kitab kuno tidak mengalami perubahan, penambahan, atau pengurangan yang dapat mempengaruhi makna dan pesan yang terkandung di dalamnya.

Materi tentang pentahqiqan meliputi Mafhum Tahqiq dan Sejarahnya oleh Dr. Abdul Hamid Madkur, Tsaqafah al-Muqaqiq oleh Prof. Dr. Hasan asy-Syafi’i, Ikhtiyar an-Nash at-Turosti oleh Dr. Ahmad ‘Abdul Basith, at-Tautsiq Nash oleh Prof. Dr. ‘Abdur Raziq Huwaizi, Jam’u an-Nuskh oleh Syarif Murad, an-Naskh wal Muqabalah wa Its bat al-Furuq oleh Dr. Aiman al-Hajjar, Dhabth an-Nash wa at-Ta’liq ‘alaih oleh Dr. Khalid Fahmi, Tahri an-Nash at-Turatsi oleh Dr. Husain Barakat dan at-Tashhif wa at-Tahrif wa az-Ziyadah wa an-Nuqshan oleh Prof. Dr. Khalid Ismail Hassan.

Dari proses pembelajaran sampai pada materi ketujuh yang diikuti oleh para peserta pelatihan, beberapa memberikan respon positif dan merasa bahwa kegiatan ini memang tepat untuk dilaksanakan dan semoga menjadi kegiatan yang berkelanjutan. Sebagaimana pernyataan dari salah satu peserta dari Jawa Timur, Ahmad Zuhairuz Zaman, Muhadlir Ma’had Aly As-Sunniyah, “Kami bersyukur bisa belajar tentang metodologi ilmu makhthuth dan ilmu tahqiq yang ternyata tidak sekedar proses pengetikan ulang manuskrip turots. Terlebih ilmu tahqiq masih ada kaitannya dan istimdadnya dari khazanah ulumul hadits yang mana Ma'had Aly kami di Jember mengambil takhassus Hadits wa Ulumuhu. Mengikuti pelatihan ini sangat bermanfaat untuk mahasantri dan bisa menjadi opsi pilihan jenis penelitian atau tugas akhir mahasantri yang sebelumnya berupa takhrij hadits dan fiqh hadits tematik saja”.

Tentang penting kegiatan pelatihan ini juga disampaikan oleh Muhammad Zukhdi, salah satu peserta dan juga pemimpin Yayasan Dayah Babussalam Baktiya Aceh Utara yang mendorong dilanjutkannya kegiatan pelatihan semacam ini bagi kalangan pesantren suruh Indonesia. “Pelatihan makhtutot sangat penting untuk dilaksanakan di pesantren-pesantren seluruh Indonesia, mengingat peranannya yang sangat besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan Islam. Makhtutot, sebagai bagian dari khazanah warisan intelektual Islam, tidak hanya memperkaya kemampuan santri dalam memahami teks-teks klasik, tetapi juga menjaga kelestarian manuskrip teks Islam. Dengan adanya pelatihan ini, santri dapat lebih mendalami keilmuan dalam kitab-kitab kuning serta menumbuhkan rasa cinta terhadap sejarah dan tradisi keilmuan Islam. Lebih jauh lagi, pelatihan makhtutot ini dapat membantu memperkuat identitas pesantren sebagai lembaga pendidikan yang tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga mengajarkan keterampilan praktis yang dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Karena ilmu ini sangat langka dan perlu dimiliki oleh santri sebagai wujud analisis terhadap teks-teks yang ada.”

Selama 30 hari, 20 ulama’ muda yang bersal dari perwakilan seluruh daerah di Indonesia ini akan memperoleh pemahaman mendalam mengenai teknik-teknik konservasi naskah, metode membaca makhtutot, beberapa langkah prosedural dalam mengkritisi manuskrip, serta analisis tulisan tangan kuno dalam berbagai konteks. Pelatihan ini bertujuan untuk memperkenalkan peserta pada dunia manuskrip Arab dan memberikan keterampilan yang diperlukan untuk merawat serta mengidentifikasi naskah-naskah bersejarah. Pelatihan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan studi makhtutot dan pelestarian warisan intelektual dunia Arab.