BELAJAR DAN MENDIDIK DI MASA PANDEMI (GURU, SISWA DAN ORANGTUA)
BELAJAR DAN MENDIDIK DI MASA PANDEMI
(GURU, SISWA DAN ORANGTUA)
PENULIS: SUCHIATI, M.Pd (Guru MTs Negeri 1 Kabupaten Bogor)
Dalam Surah Al-Insyirah ayat 5-6 Dikatakan “Maka, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan ”. Sementara sebuah syair arab mengungkapkan sebagai berikut: “Al- ummu madrasatul ula, iza a’dadta sya’ban thayyibal a’raq ” yang memiliki arti ibu adalah sekolah utama, bila engkau mempersiapkannya maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik.
Wabah pandemi Covid 19 seperti yang telah kita ketahui bersama mulai melanda Indonesia di awal tahun 2020. Sebelumnya sebagian besar masyarakat Indonesia tidak merasa yakin jika wabah ini bisa masuk ke Indonesia dengan keyakinan salah satunya Indonesia merupakan Negara tropis dimana virus tersebut tidak akan tahan hidup dengan kondisi cuaca di Indonesia, seperti yang banyak beredar di media sosial ketika itu.
Tapi keyakinan tersebut terpatahkan dan menjadi sebuah keragu-raguan ketika diawal bulan Maret 2020 bapak presiden republik Indonesia mengumumkan bahwa dua warga Negara Indonesia (WNI) positif terpapar virus Covid 19. Lambat laun masyarakat Indonesia mulai khawatir dan waspada. Beberapa peraturan pemerintah untuk menjaga standar kesehatan mulai dilaksanakan. Termasuk diantaranya menghindari kerumunan, mengurangi berpergian jika tidak penting, dan beraktifitas sehari-hari dilakukan dari rumah termasuk belajar dan bekerja.
Fenomena belajar dan bekerja dari rumah dirasakan sebagai sesuatu yang baru bagi sebagian masyarakat, khususnya di lembaga pendidikan. Tradisi belajar secara tatap muka yang selama ini dilakukan oleh guru, siswa dan orang tua harus menyesuaikan dengan peraturan pemerintah yang mau tidak mau harus dilaksanakan dengan cara pembelajaran daring. Sebagai warga Negara yang peraturan ini harus ditaati karena ini sebagai upaya untuk mencegah dan memutus mata rantai penyebaran covid 19.
Dalam kondisi pembelajaran seperti ini para pelaku pendidikan seperti guru serta pihak terkait seperti siswa dan orangtua mengalami kondisi kegugupan yang tidak bisa dipungkiri. Belajar dari rumah secara daring membutuhkan perangkat seperti komputer, laptop atau gawai. Jika itu sudah terpenuhi dibutuhkan pula biaya untuk akses internet yang tidak terbilang murah. Tidak sampai disitu saja, dibutuhkan pula keterampilan masing-masing pengguna baik guru maupun siswa untuk mengoperasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan ilmu teknologi informasi dan komunikasi dengan baik.
Tujuan pembelajaran tidak akan terlaksana dengan baik jika komponen-komponen seperti sumber daya manusia dan komponen-komponen lain yang tersedia tidak bersinergi dengan baik. Dalam bahasa sederhana jika sumber daya manusianya baik namun tidak terselaraskan dengan ketersediaan perangkat komputer atau gawai serta jaringan internet yang baik maka proses belajar dari rumah akan tersendat dan tidak berjalan secara maksimal, begitupun sebaliknya dari ketiga komponen tersebut.
Pembelajaran daring memang tidak sepenuhnya memecahkan masalah, namun setidaknya kegiatan belajar mengajar masih bisa dilakukan walapun belum maksimal dan perlu evaluasi dari beberapa pihak terkait. Kondisi belajar dari rumah yang tidak maksimal ini alangkah eloknya jika antara guru, siswa dan orangtua tidak saling menyalahkan dan mengandalkan satu sama lain. Kegiatan pembelajaran ini seyogyanya menjadi ladang berjuang bersama-sama agar tujuan belajar siswa bisa tercapai dengan menyadari peran dan kewajibannya masing-masing oleh semua pihak terkait. Kondisi ini memang tidak mudah namun mari kita coba memahami dan memandang sesuatu lewat kacamata guru, siswa dan orangtua.
Profesi guru bukan hanya sekedar mengajar atau mentransfer ilmu saja, tapi lebih dari itu sebagai seorang pendidik. Mendidik siswa untuk menjadi generasi yang tidak sekedar cakap ilmu namun juga cakap budi dan pekerti. Mendidik tidak sekedar memberi perintah tapi juga memberi panutan yang baik atau uswatun hasanah. Tanggung jawab guru makin bertambah dengan tuntutan guru untuk mampu menguasai IT sebagai keniscayaan dalam pembelajaran dari rumah ini. Guru dituntut mampu menyampaikan tujuan pembelajaran secara daring dengan tetap memperhatikan karakter, latar belakang dan kondisi siswa yang kompleks. Kondisi ini menjadi tantangan bagi guru untuk berkreasi, berinovasi dan kreatif dalam mengajar dan mendidik.
Beberapa aplikasi belajar online berkembang pesat dalam kondisi pandemi ini, yang pada akhirnya menarik guru untuk mengenal, mempelajari dan menggunakannya sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing guru. Tekad kuat guru seperti ini harus pula ditularkan kepada siswa dengan cara memberikan motivasi dan dialog yang menarik dan menyenangkan.
Selain guru harus tetap menjalankan tugasnya untuk terus melakukan pembelajaran pada siswa dalam kondisi apapun, masih ada tugas lain guru dalam hal administrasi mengajar dan kepegawaian yang berkaitan dengan kinerja seorang guru. Belum lagi keluhan-keluhan orang tua yang merasa tidak sanggup mendampingi anaknya belajar di rumah dan keluhan siswa yang ingin segera kembali belajar disekolah dengan berbagai alasan.
Sebelum berlaku pembelajaran daring karena kondisi pandemi, sebagian siswa sering mendambakan libur atau tidak pergi ke sekolah. Namun ternyata apa yang mereka dambakan tidak seindah yang mereka bayangkan. Peraturan pemerintah untuk belajar dari rumah membuat mereka jenuh. Beberapa masalah yang kerap dihadapi siswa adalah ketidaktersediaanya gawai atau computer, kuota yang terbatas dan tidak stabil, kondisi lingkungan rumah yang tidak mendukung untuk belajar, keterbatasan kemampuan siswa dalam penggunaan teknologi digital serta kondisi siswa yang belum mampu bertanggung jawab dalam kegiatan belajar dari rumah karena merasa tidak diawasi hingga lebih sering main-main.
Sementara dari pihak orangtua, begitu banyak keluhan bahkan kekecewaan mereka terhadap belajar daring. Kekecewaan tersebut terkadang sering ditujukan ke guru dari anak-anak mereka yang dinilai memberatkan dan menambah pekerjaan mereka, padahal keputusan sekolah dari rumah bukan dari guru tapi dari pihak pemerintah terkait dimana guru harus melaksanakan keputusan tersebut. Bahkan di media sosial sering kali terdapat bentuk kekecewaan orangtua dalam bentuk cacian atau ujaran yang kurang pantas. Kondisi ini bisa disebabkan oleh kondisi orangtua dalam beberapa hal seperti: kegagalan pengolahan emosi dalam mendampingi anak belajar di rumah, keterbatasan pengetahuan dalam konsep mendidik, kurang maksimalnya peran orangtua dalam mengarahkan, memfasilitasi dan memotivasi dalam pembelajaran daring putra-putri mereka sesuai dengan kondisi dan kemampuan orangtua masing-masing, serta ambisi orangtua yang berorientasi pada nilai yang besar tanpa memperhatikan proses. Inilah yang menjadi salah satu keluhan siswa ketika mereka sangat sedih karena orangtuanya marah mendapati nilai anaknya kecil.
Menteri pendidikan dan kebudayaan Nadiem Anwar Makarim menyatakan sejak awal berlakunya sekolah dan belajar dari rumah agar guru tidak membebani siswa dengan mengejar kurikulum semata, tapi bagaimana agar siswa tetap terlibat dalam pembelajaran yang relevan, seperti keterampilan hidup, menjaga kesehatan dan menumbuhkan rasa empati.
Semoga dengan kondisi dan tantangan yang dihadapi oleh guru, siswa dan orangtua dalam pembelajaran dari rumah ini, masing-masing bisa saling berkomunikasi dan bersinergi agar masalah ini bisa teratasi dan menghasilkan sesuatu yang baik sesuai dengan harapan bersama. Kondisi pandemi ini bukan suatu hal yang baik, namun alangkah meruginya kita jika apa yang telah dilakukan dan korbankan tidak menghasilkan apapun selain hanya keluhan dan cacian. Mari bersama kita terus belajar menjadi guru, siswa dan orangtua yang lebih baik. Pasti ada hikmah dan pelajaran berharga dari semuanya, pantang menyerah dan terus maju bersama dalam menempuh jalan penuh tantangan menuju masa depan yang lebih baik, ungkapan ini selaras dengan tema HUT RI ke-76, yaitu INDONESIA TANGGUH, INDONESIA TUMBUH.