COba ROncana up NormAl (CORONA)
COba ROncana up NormAl
(CORONA)
Oleh: Maskanah, S.Pd.I.
14 Maret 2020, telepon di ruang tata usaha berdering beberapa kali, setelah diangkat, ternyata dari kantor kementrian agama Kabupaten Bekasi, yang mengabarkan bahwa mulai Senin, 16 Maret 2020, madrasah di tutup sementara waktu dan anak-anak belajar dari rumah selama kurang lebih 2 minggu karena ada virus corona.
Belum lama madrasah kami menggandeng puskesmas mangunjaya untuk sosialisasi dan edukasi tentang virus corona. Kami masih bisa tertawa-tawa ketika mempraktekkan cuci tangan, menyanyi-nyanyi bertepuk bergembira mengenal virus corona.
Berita virus covid-19 atau corona ini semakin meresahkan. Tak ada yang berani keluar rumah, jika tidak ada kebutuhan yang sangat penting. Di rumah, saja. Dua minggu masa libur sekolah diperpanjang hingga kapan tidak ada kejelasan.
Kami sebagai guru, bingung dengan libur panjang ini. Apakah kita menyerah dengan keadaan? Membiarkan anak-anak menikmati libur, tanpa ada pembelajaran? Tapi kami guru, kami punya kewajiban kepada peserta didik kami, kami punya hak untuk tidak membiarkan anak-anak “lost learning” pada masa pandemi covid-19 ini.
Kemudian kami bersama kepala madrasah melakukan rapat virtual melalui zoom, dari rumah masing-masing. Kami merumuskan bagaimana agar peserta didik kami yang berjumlah 1.555 siswa ini, tetap belajar walaupun dari rumah. Kami memutuskan untuk membimbing anak-anak dalam jaringan. Dengan menggunakan fasilitas yang ada, yang terbatas.
Wilayah kami di pinggiran Jakarta. Sinyal tidak terlalu jadi masalah, yang menjadi masalah adalah kepemilikan Hp siswa atau orangtua. Dari 1.555 siswa, ada 54 siswa yang orangtuanya tidak memiliki hp android, dan ada 21 siswa yang orangtuanya tidak memiliki Hp.
Kendala utama yang kami hadapi adalah 40% orangtua murid gagap teknologi, mereka tidak tahu tentang youtube, google form, email, dan beberapa aplikasi yang digunakan saat pembelajaran daring. Dari itulah akhirnya banyak sekali orangtua yang mengeluhkan pembelajaran daring fase pertama. Dengan kendala yang ada maka kami membuat agenda baru dengan model pembelajaran yang berbeda.
Awal pembelajaran daring di mulai bulan akhir maret hingga juni 2020, menjadi masa-masa percobaan pembelajaran daring. Keluhan orang tua yang tidak bisa mendampingi anak-anaknya, anak-anak yang terlanjur kegirangan libur panjang, membuat pembelajaran daring ini disebut gagal total.
Masa libur semester dua, benar-benar kami gunakan untuk menelorkan pembelajaran daring yang tidak membosankan anak didik. Kami mengikuti pelatihan tentang membuat quiz online, video pembelajaran, shooting, editing, pubhlishing. Semangat guru-guru untuk menghadirkan pembelajaran daring yang lebih menarik, sungguh membuat terharu. Dari guru-guru tua yang gaptek, tapi seneng banget kalo berhasil membuat video, dan temen-temen guru muda yang berkreasi membuat video terbaiknya. Bantuan quota seratus ribu dari BOS sekolah, sungguh tidak cukup sampai sebulan. Jadi semangat teman-teman hingga memasang wifi di rumah, demi kelancaran sinyal jaringan internet.
Temen-temen akhirnya melebeli dirinya sesuai pekerjaannya, ada tukang shooting, tukang editing, tukang pubhish, bahkan ada tukang dubber, karena suaranya di video tidak percaya diri, maka mencari teman yang suaranya merdu untuk dubbing di video yang dibuat. Sungguh ini suata pekerjaan baru yang digeluti guru-guru di masa pandemi covid-19 ini. Dan hasilnya sungguh diluar dugaan, teman-teman guru menikmati kegiatan baru ini.
Kendala-kendala yang ditemukan di masa awal pandemi, sedikit demi sedikit dapat teratasi, seperti orangtua yang gaptek, solusinya kita berikan link yang tinggal klik bisa langsung ditonton atau langsung diisi. Orangtua yang tidak memiliki Hp, bisa menumpang hp tetangga dan juga bisa menggunakan hp guru datang ke sekolah, secara bergiliran sehingga tidak terjadi kerumunan. Yang belum memiliki Hp android perlahan-lahan berkurang karena keinginan orangtua tetap belajar dengan membeli hp second.
Pembelajaran daring dengan bantuan media video, memberikan warna yang berbeda. Semangat belajar meningkat. Peserta didik baru kelas 1 tentu sangat kesulitan tanpa adanya guru di hadapannya. Dengan bantuan video tersebut sangat membantu peserta didik untuk mau belajar. Video-video pembelajaran yang kami buat, agar tidak hilang begitu saja, maka kami kumpulkan dalam sebuah wadah di youtube dengan channel MI PINK 03 TAMBUN SELATAN. Manfaatnya tentu sangat banyak, selain kita juga mudah memberikan link langsung klik, peserta didik juga dengan mudah mengulang-ulang video tersebut. Harapan kami juga channel kami dapat dimonetisasi oleh pihak youtube. Bisalah digunakan untuk membantu orangtua yang terdampak covid, sedekah untuk orangtua murid yang notabene banyak yang berprofesi sebagai pedagang, yang sangat terkena dampak pembatasan social berskala besar (PSBB) kala itu.
Semua hal yang berhubungan dengan teknologi sudah kita usahakan untuk digunakan dalam pembelajaran daring kali ini, ditambah dengan quiz-quiz interaktif, menambah semangat belajar peserta didik. Apakah tidak ada kendala? Justru kendalanya datang dari guru-guru. Kewalahan menyiapkan materi, kondisi kesehatan menurun, satu persatu guru-guru mengalami sakit, bahkan ada yang positif terpapar virus corona. Tugas-tugas siswa yang harus dikoreksi, dimasukkan ke dalam daftar nilai, sangat menyita waktu, apalagi banyak sekali tugas-tugas dengan pengiriman foto di whatsapp image, membutuhkan tenaga extra, kadang harus sampai dini hari untuk mengoreksi tugas-tugas tersebut.
Juga para orangtua yang sangat lelah mendampingi putra-putri mereka untuk belajar. Tak jarang kami menerima kritik tajam yang tidak langsung ditujukan ke kami, tetapi justru disebarluaskan melalui status WA, beranda Facebook, Instagram story. Ada pula emak ke sekolah dengan membawa rombongan “emak-emak milenial”, yang tidak tahu duduk permasalahannya tetapi ikut berteriak-teriak, untuk menyelenggarakan sekolah tatap muka, karena bayaran tetap berjalan. Mereka para orangtua yang rata-rata berpendidikan rendah, dengan profesi dagang di pasar, setiap hari tidak bisa menemani anak-anak mereka belajar daring, tentu menambah pusing orangtua, jika anak-anak mereka justru lebih banyak main game di Hp, daripada menyimak video-video pembelajaran. Maka kamipun mencoba membantu mereka dengan home visit. Wilayah-wilayah rumah peserta didik yang tidak zona merah, kami datangi satu persatu, demi keberhasilan peserta didik dalam menerima ilmu.
Kini tahun ke-2 masa pandemi covid-19 berlangsung. Ketika kami telah siap memulai tatap muka terbatas pada 13 Juli 2021, dan ternyata pasien covid-19 meningkat di akhir Juni 2021, untuk kembali daring. Segala bentuk persiapan yang telah kami siapkan dengan Plan A , tatap muka terbatas, luluh lantak. Semangat kami mengajar menurun, karena harus kembali daring. Tapi itu tidak boleh berlangsung lama. Kami guru, kami pendidik, kami lah garda terdepan pemberi jalan pembuka bagi masa depan anak-anak bangsa. Plan B dilaksanakan kembali. Daring kembali.
Semangat teman-teman guru, apapun kondisinya belajar harus tetap berlangsung. Kita guru-guru adalah pintu utama pembuka masa depan bangsa. Seraya berdoa semoga covid-19 ini segera berlalu. Kita bisa kembali ke kelas, kembali ke madrasah. Aamiin.