DILEMA PRESTASI SISWA DALAM PJJ DI MASA PANDEMI
  • 11 Agustus 2021
  • 1599x Dilihat
  • Gumeulis

DILEMA PRESTASI SISWA DALAM PJJ DI MASA PANDEMI

DILEMA PRESTASI SISWA DALAM PJJ DI MASA PANDEMI

Oleh: SULASTRI, S.Ag,M.Pd.I.

Pandemi di Indonesia masih berlangsung. Penerapan PPKM untuk wilayah Jawa dan Bali dari tanggal 2 hingga 20 Juli 2021, ternyata tetap tidak dapat meredam laju pengurangan penderita Covid-19. Sehubungan hal tersebut, maka pembelajaran di tahun ajaran baru 2021/2022 mengacu pada kebijakan pemberlakuan PPKM di masing-masing daerah. Hal ini diungkapkan oleh Menteri Nadiem Makarim bahwa pembelajaran diupayakan terus berlangsung meski di tengah terpaan pandemi dengan tetap memperhatikan zona wilayahnya dalam menentukan aktivitas pembelajaran. Untuk level 1 dan 2 dapat memulai PTM dengan menggunakan protokol kesehatan dan kehadiran 50% dalam ruang kelas. Sementara untuk daerah yang berada di level 3 dan 4, masih harus menggelar PJJ (Pengelola web Kemdikbud, 29 Juli 2021).

Masa pandemi cukup membuat pembelajaran siswa selama ini menjadi terhambat, bukan hanya karena penggunaan hand phone yang memerlukan pembelian data secara maksimal, walaupun sudah ada bantuan data dari pihak sekolah, namun itu terbatas dan tidak semua tempat tinggal siswa bisa mengakses dengan baik. Di sisi lain penghasilan orang tua saat ini dengan penerapan pembatasan kegiatan, tentu saja akan mengurangi pendapatan perekenomian mereka. Sehingga pembelajaran jarak jauh kadang terhenti. Karena dengan uang sedikit, mereka lebih memilih untuk membeli keperluan sehari-hari. Ditambah lagi rasa cemas dengan pemberitaan dari media dan sekitarnya dengan bertambahnya penderita covid baik yang meninggal atau karantina, membuat siswa enggan untuk pergi jauh dari rumah.

Pembelajaran jarak jauh yang salah satunya melalui aplikasi e-learning diharapkan dapat membuat siswa dapat kembali belajar, dari mulai menyiapkan hand phone android yang memadai, pulsa data yang cukup untuk mengakses seluruh materi dan aktivitas pembelajaran, dan kemampuan untuk mengoperasikan e-learning itu sendiri. Hal ini tentunya tidak dapat berlangsung tanpa ada kerjasama dan dukungan dari para orang tua. Karena tidak sedikit, fasilitas sudah memadai tapi karena dukungan orang tua yang kurang, sehingga tugas dari guru tidak dikerjakan. Berbeda dengan mereka yang kekurangan tapi memiliki semangat belajar dan perhatian dari orang tua yang baik, akan berusaha mengerjakan tugas tersebut sesuai dengan kemampuannnya.

Satu sisi guru dituntut untuk dapat memberikan pembelajaran yang dapat dipahami dan dimengerti, namun sisi lain orang tua tidak seluruhnya memiliki kemampuan memberikan motivasi yang maksimal kepada putera/inya untuk belajar. Ini tidak dapat dipungkiri karena setiap orang tua memiliki latar belakang pendidikan, pekerjaan, dan pemikiran yang berbeda, yang semua itu berimbas pada sikap mereka dalam mengahadapi situasi tersebut. Sehingga ada yang serius, biasa, dan masa bodoh terhadap kondisi saat ini.

Kondisi pembelajaran jarak jauh pada masa pandemi yang sudah berjalan tahunan ini secara perlahan menimbulkan rasa lelah dan bosan, bukan hanya dialami oleh guru dan pelajar sebagai pemeran utama dalam kegiatan belajar mengajar, hal ini juga dirasakan oleh orang-orang di sekitar mereka yaitu orang tua, keluarga, dan lingkungan sekitarnya.

Dan keadaan dan kebijakan pendidikan pada masa pandemi, secara tidak langsung telah membuat kehidupan siswa menjadi berubah, dalam hal berpikir dan bersikap baik terhadap diri sendiri maupun orang-orang di sekitarnya. Mereka ada dalam dunia yang lain. Sebagai generasi muda, yang seharusnya dapat bercengkrama dengan sesamanya, bersosialisasi, mencari jati diri, dan menemukan cita-cita dan harapan, kini terpatri dalam keluarga. Komunikasi yang terjadi dalam interaksi kelas online hanya berbentuk suara, tulisan, dan gambar. Tidak ada lagi wajah yang mewakili secara langsung ekspresi dan emosi yang timbul sebagai imbas dari rasa bahagia, puas, dan kecewa selama dalam pembelajaran. Inilah satu momentum yang kini hilang sebagai indikator dari tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Menghadapi tugas yang diberikan dalam pembelajaran jarak jauh, sebagian siswa yang rajin bisa dengan cepat menyelesaikan. Kalau pun ada yang tidak dimengerti, ia akan bertanya dan minta penjelasan dari guru melalui hand phone  atau mencari langsung dari internet. Secara tidak langsung siswa menjadi terbiasa untuk mencari informasi sendiri, mereka belajar untuk membuka, mengupload, dan mengakses informasi lebih jauh melalui internet. Kebiasaan ini menjadikan mereka hidup dalam dunia internet, dan tanpa disadari beberapa dari mereka merasakan pening akibat sinar hand phone yang sering mereka buka. Dan sebagai dampaknya beberapa siswa memerlukan kaca mata untuk membantu penglihatannya.

Sementara bagi siswa yang malas mengerjakan tugas dalam pembelajaran jarak jauh, apalagi tanpa adanya motivasi dan bimbingan dari orang tua, menjadikan mereka tidak begitu bersemangat. Tidak aktif lagi dalam pembelajaran online, dan terkesan cuek. Yang lebih memprihatinkan lagi adanya keinginan untuk keluar dari sekolah dan berhenti untuk belajar. Saat itulah peran penting seorang guru diuji untuk bisa memberikan motivasi yang luar biasa kepada anak-anak tersebut. Karena bisa jadi guru kurang dalam memberikan semangat dan tidak tepat dalam memilih metode pembelajaran online yang menyenangkan kepada para siswa. Yang seharusnya walaupun dalam kelas pembelajaran online, tetap komunikasi yang kondusif dengan para siswa bisa diwujudkan.

Dari mulai salam dan sapa yang hangat saat siswa terbangun di pagi hari, sehingga mereka juga terangsang untuk menjawab salam dan sapa tersebut dengan baik. Selanjutnya mengajak dalam forum tersebut untuk berusaha dapat melaksanakan kewajibannya kepada Allah SWT berupa shalat subuh, sebagai wujud rasa syukur karena semalam dapat tidur dengan baik dan pagi hari terbangun dalam keadaan sehat. Komunikasi ini harus terus dibangun sampai pada saat akan membuka pembelajaran, dalam proses pembelajaran, setelah pembelajaran, dan sampai siswa akan tertidur kembali.

 Hanya guru-guru yang memiliki semangatlah yang dapat membangun kondisi tersebut di atas. Karena tentu saja memerlukan waktu dan pengorbanan yang melelahkan. Tapi kita akan merasakan, bagaimana semua hal itu memang sangat diperlukan oleh siswa dalam pembelajaran jarak jauh saat ini. Inilah yang akan membuat kedekatan secara emosional antara guru dan siswa. Karena dengan kedekatan itulah, diharapkan siswa dapat tumbuh keinginannya untuk kembali belajar menurut kemampuannya masing-masing.

Siswa yang rajin dan malas pada akhirnya semua wajib memiliki nilai dengan prestasi yang baik. Dan salah satu untuk menambah kekurangan penilaian pengetahuan saat ini, maka kondisi keaktifan pembelajaran yang diciptakan dalam pembelajaran jarak jauh berupa sikap, tanggapan, sapa, dan teguran yang kondusif antara guru dan siswa dalam interaksi kelas belajar online dapat dijadikan sebagai tambahan nilai baik bagi siswa yang kurang aktif dan malas maupun yang aktif dan rajin dalam mengerjakan tugas yang diberikan.