EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DARING DI MASA PANDEMI COVID- 19
  • 11 Agustus 2021
  • 1413x Dilihat
  • Gumeulis

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DARING DI MASA PANDEMI COVID- 19

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DARING DI MASA PANDEMI COVID- 19

Dewasa ini, ancaman virus corona tengah dihadapi Bangsa Indonesia dan negara di berbagai belahan dunia. Dan sejak muncul di Indonesia, hal ini memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap berbagai sektor. Di antaranya sektor pendidikan. Kegiatan belajar mengajar yang biasanya dilakukan secara tatap muka sekarang harus dilakukan secara DARING (Dalam Jaringan) dengan memanfaatkan teknologi jaman sekarang yang di antaranya adalah handphone dan laptop.

Kegiatan belajar dengan sistem seperti ini merupakan hal baru bagi rakyat Indonesia terutama untuk anak usia PAUD/ TK dan SD.  Karena mereka selama ini kegiatan belajarnya harus betul- betul dalam bimbingan penuh guru di kelas. Sedangkan di masa pandemi ini mereka harus belajar mandiri atau dengan bimbingan orang tua di rumah. Itupun kalau orang tuanya mampu membimbing anaknya di rumah.

Dan berdasarkan hasil penelitian, kegiatan belajar Daring seperti ini dalam kurun waktu satu semesterpun sudah banyak keluhan dari berbagai pihak. Baik itu anak didik, orang tua dan juga guru. Bahkan hal ini juga berimbas kepada pelaku ekonomi kelas bawah yaitu pedagang keliling.

Dampak bagi anak didik, terutama anak PAUD/ TK dan SD sangat terlihat. Karena mereka yang biasanya masih sangat tergantung kepada guru, di masa pandemi ini harus berusaha sendiri dan faham sendiri. Yang akhirnya karena mereka memang belum menjangkau ke arah sana pemikiran dan sikapnya akhirnya jalan pintasnya orang tua menggantikan peran anaknya. Orang tua yang mengerjakan tugas anaknya, orang tua yang belajar, dan orang tua yang pintar. Sedangkan anak-anaknya malah sibuk dengan game online dan tiktoknya. Hasilnya, nilai anak- anak bagus semua sedangkan kenyataannya nol besar. Banyak guru memberikan tugas pembiasaan untuk anak didiknya seperti pembiasaan sholat ataupun pembiasaan baca Al Quran, sedangkan anaknya malas mengerjakan. Sehingga karena sudah pusing, orang tuapun membuat alasan anaknya sedang sakit. Dan akhirnya anaknya pun lolos dari mengerjakan tugasnya. Padahal pertolongan- pertolongan kecil orang tua kepada anaknya ini malah menambah tingkat kemalasan anak meningkat. Dan akhirnya, setelah diberlakukan daring selama kurang lebih satu tahun setengah ini hasilnya anak- anak semakin malas, tidak disiplin dan membangkang terhadap perintah orang tua ataupun gurunya. Anak- anak TK, yang biasanya ketika masuk SD sudah bisa mengenal huruf dan lentur tangannya untuk menulis setelah adanya pandemi ini mereka masih nampak kaku dalam menulis dan membaca. Walaupun memang pada saat pembelajaran daring ada kegiatan belajar menulis dan membaca, tetapi hasilnya tidak maksimal. Jauh berbeda dengan ketika masih tatap muka.

Dampak bagi orang tua, orang tua banyak mengeluh pusing dan darah tinggi mengajar anak- anaknya. Anak- anaknya yang tidak mau diarahkan, tidak mau disuruh belajar, ataupun anaknya yang susah mengerti pelajaran, sedangkan merekapun disibukkan dengan pekerjaannya masing- masing baik sebagai ibu rumah tangga ataupun pekerjaan lainnya. Sehingga dengan daring ini mereka lebih banyak marah- marah pada anaknya bahkan melakukan tindakan kekerasan. Dan selain kebingungan masalah belajar anaknya, orang tuapun kebingungan masalah alat belajar berupa Handphone. Bagi orang dengan kehidupan menengah ke atas, handphone mungkin sudah menjadi hal biasa. Tapi bagi orang tua dengan kehidupan menengah ke bawah, handphone merupakan hal istimewa yang susah mereka miliki. Dan kalaupun mereka punya, mereka kesusahan untuk mengisi pulsa dan handphone yang rebutan antara orang tua dan anak- anaknya. Apalagi kalau anaknya lebih dari satu yang ikut belajar daring.

Dampak bagi guru, dengan kegiatan belajar model daring ini guru dituntut untuk melek teknologi dan harus menguasai berbagai media untuk menunjang kegiatan belajar daring. Dan hal ini betul- betul menjadi tantangan tersendiri terutama bagi guru- guru yang sudah berumur yang sudah malas menggunakan teknologi semacam handphone. Belum lagi dengan kegiatan daring ini, siswa yang mengerjakan tugas tidak semuanya sehingga banyak anak didik yang nilainya kosong bahkan hanya mengerjakan Penilaian Tengah Semester dan Penilaian Akhir Semester saja. Sedangkan di    akhir kenaikan kelas semua anak didik diharuskan naik kelas. Dan ketika guru melakukan home visit ke anak didik, rata- rata mereka beralasan karena mereka tidak punya handphone atau karena mereka tidak ada yang membimbing belajarnya di rumah.

Fenomena seperti ini mungkin memang hanya ditemui di beberapa daerah saja, terutama di daerah pedesaan atau di pinggiran kota. Dan dengan kondisi seperti ini hasil pendidikanpun tidak semaksimal yang diharapakan. Anak didik tidak menguasai materi seperti waktu di dalam kelas.

Tidak bisa dipungkiri, selain memberikan dampak negatif kegiatan belajar daring ini juga memberikan dampak positif. Di antaranya, untuk anak didik menjadi lebih mandiri dan menjadi lebih faham teknologi. Mereka bisa menguasai berbagi macam aplikasi yang ada di handphone mengalahkan orang tuanya sendiri. Tapi tentunya kegiatan anaknya ini harus selalu dalam pengawasan orang tua. Takutnya ketika anak belajar menggunakan handphone mereka malah membuka konten- konten yang dilarang. Dan ini lebih berbahaya dapat merusak mental dan moral anak. Sehingga anak menjadi dewasa sebelum waktunya.

Untuk orang tua, dampak positifnya adalah meningkatkan ikatan cinta dan hubungan bathin antara anak dan orang tua. Karena dengan adanya Pandemi ini anak lebih intens bersama orang  tua di rumah. Baik belajar ataupun aktivitas keseharian lainnya.  Selain itu, orang tua pun menjadi belajar kembali materi - materi yang telah lalu dan lebih menghargai tugas seorang guru. Karena ternyata menjadi seorang guru itu tidak lah mudah. Butuh kesabaran dan keuletan yang tinggi dalam menghadapi anak- anak. Apalagi di sekolah dalam satu kelas anak memiliki karakter yang berbeda-beda. Semoga saja dengan adanya pandemi ini orang tua bisa lebih menghargai guru- guru anak - anaknya. Kalau nanti di saat tatap muka ada kejadian yang menimpa anaknya, orang tua tidak langsung menyalahkan guru dan lapor ke wartawan atupun pihak kepolisian.

Untuk guru, dampak positifnya adalah meningkatkan semangat belajar dan mempelajari hal-hal baru dalam upaya menarik minat belajar anak didiknya terutama yang berkaitan dengan teknologi. Guru dituntut untuk menguasai berbagai media pembelajaran yang menarik bagi siswa baik itu berupa vidio, visual ataupun audio dan dengan memadupadankan salah satu aplikasi dengan aplikasi lainnya. Sehingga dengan adanya pandemi ini tidak ada lagi guru yang gaptek (gagap teknologi). Guru harus memiliki kemampuan lebih dari pada anak didiknya, guru harus bisa menguasai berbagai media. Guru harus selangkah lebih maju dari pada anak didiknya.

Tetapi, walaupun kegiatan belajar daring ini memberikan dampak positif tetap saja harapan semua orang tua dan guru adalah berlaku kembali kegiatan belajar mengajar tatap muka. Karena, dengan kegiatan belajar daring pengetahuan anak memang bisa meningkat, tetapi akhlak anak banyak yang merosot. Mereka banyak yang sudah tidak memiliki adab, baik terhadap orang tua ataupun guru. Mereka juga sekarang banyak bergaya mengikuti idola Korea mereka. Dan dikhawatirkan pergaulan bebaspun meningkat.

Semoga Pandemi ini segera berakhir agar anak bangsa terselamatkan. Aamiin yaa robbal aalamiin.

 

PENULIS:

SITI PATONAH, S.Pd.I

GPAI SDN CIKAMPEK TIMUR 1, KEC. CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG JAWA BARAT