Guru-Guru KAMPRET di Masa Pandemi
  • 11 Agustus 2021
  • 4063x Dilihat
  • Gumeulis

Guru-Guru KAMPRET di Masa Pandemi

Guru-Guru KAMPRET di Masa Pandemi

Penulis: Ani Sumiani, S.S, M.Hum

Pandemi covid-19 yang berlangsung lama, tidak hanya menyebabkan learning loss, namun juga berdampak pada generation loss di sektor pendidikan. Mengingat, sejumlah kebijakan penanganan covid-19 memaksa penutupan sekolah, yang harus dijalankan secara virtual atau pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Hal ini tentu saja berdampak besar bagi pendidikan itu sendiri, padahal sejatinya pengertian pendidikan dan belajar menurut Sudjana (2010) yaitu :Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti penambahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu-individu yang belajar

Disaat pandemi seperti ini, guru dan siswa berhadapan dengan keunggulan dan kekurangan belajar daring. Keunggulannya adalah efektifitas waktu bila dibandingkan dengan belajar luring. Penyampaian materi yang fleksibel dan dinamis dengan menggunakan berbagai aplikasi pembelajaran yang relevan dan mudah dipelajari tanpa harus datang ke sekolah. Akhirnya muncullah sebutan generasi alfa, Z dan milenial teknologi bagi pelajar saat ini.

Selain keunggulan ada juga kekurangan dalam belajar daring, contohnya tidak tersedianya smart phone yang mumpuni bagi siswa yang kurang mampu dan minimnya kuota membuat belajar daring menjadi tidak sederhana, ditambah para orang tua yang mengeluh karena peran mereka menjadi ganda, jadi orang tua sekaligus guru bagi putra-putrinya.

Kekurangan dari belajar daring yang paling memprihatinkan adalah hilangnya ghirah belajar itu sendiri, siswa cenderung apatis karena disibukkan dengan tugas PJJ yang sangat banyak, sehingga komunikasi dengan orang tua dan sekitar relatif tersendat.

Pembelajaran daring menjadi tidak menarik apabila guru-guru Indonesia tidak cakap untuk mengemas sebuah materi menjadi sebuah sajian yang istimewa bagi siswa-siswinya. Mengapa penulis menyebut tidak cakap? Karena penulis yakin guru-guru Indonesia mengetahui banyak aplikasi-aplikasi belajar gratis yang berkesesuaian dengan materi. Namun yang diperlukan disini adalah rasa ingin menaklukan “kemalasan diri” dalam memakai aplikasi yang menarik dan berkualitas bagi siswa-siswinya, sehingga belajar daring tidak terkesan monoton.

Bukankah waktu kita menjadi lebih banyak untuk berselancar didunia maya dan mempelajari aplikasi pembelajaran daring yang sudah satu paket dengan tutorialnya di you tube? Seyogyanya kita harus mampu mengaplikasikannya sehingga siswa-siswi kita tidak jenuh dan pada akhirnya mau menerima semua inovasi pembelajaran kita sebagai sebuah hal baru yang asyik dan seru.

Menurut penulis, para guru harus menjadi Guru KAMPRET dimasa PJJ ini. Lho kok Guru KAMPRET? Ya… Guru KAMPRET. Guru yang Kreatif, Aktif, Modeling, Perhatian, Rajin, Emosi stabil dan Teliti.

Kita harus kreatif dimasa PJJ ini dengan mencoba aplikasi pembelajaran yang relevan dan menarik, sehingga pemberian tugas tidak selalu merangkum, memfoto lalu dikirim ke WAG, banyak aplikasi bagus seperti Plotagon, Canva, Bitmoji, OBS, Flipgrid dll. Selain mudah saat memberikan penilaian, aplikasi inipun gratis.

Guru juga harus aktif. Dimasa PJJ ini kita harus aktif berkomunikasi dengan siswa-siswi kita. Tidak ada salahnya sebelum memulai semua kegiatan belajar di pertemuan pertama, kita membuat kontrak belajar yang jelas, yang disetujui oleh siswa dan para orang tua. Kontrak belajar ini harus disampaikan supaya ada kekuatan yang bisa kita andalkan dan kita tagih pada mereka apabila di kemudian hari mereka lalai dengan tugas-tugas PJJ nya.

Dimasa pandemi ini, guru harus modeling/menjadi model yang memberi contoh bagi siswa-siswinya. Modeling disini bisa dalam berbagai, baik memberi contoh penggunaan aplikasi, bisa juga modeling sikap misalnya dalam ketepatan waktu, tajam dan jelas menyampaikan materi, selalu menghargai pendapat siswa, adil & selalu menebar 3 kata magic ( Sorry, Thanks, Please) walaupun belajar secara virtual.

Berikan perhatian pada siswa-siswi kita, kita tidak bisa menutup mata bahwa masih banyak siswa-siswi kita yang tidak mempunyai handphone yang mumpuni, sering kita mendengar cerita ada beberapa siswa kita yang berbagi smart phone dengan anggota keluarga lainnya, sehingga mereka sering terlambat mengumpulkan tugas karena mereka harus bergiliran memakai HP. Jangan mudah meng-vonis negative siswa kita yang terlambat melengkapi tugas sebelum kita tahu persis kendala yang mereka hadapi. Jadi tidak apa-apa bersikap sedikit kepo untuk hal yang baik.

Mengajar dimasa pandemi, membuat aturan WFH terjadi, dengan arti lain kita bisa mengajar tanpa harus cape-cape pergi ke sekolah. Meskipun demikian kemudahan ini tidak serta merta membuat kita tidak rajin mengelola kelas, Kita harus rajin, walaupun tidak ada supervisi langsung dari kepala sekolah, karena perubahan sikap dan psikis siswa-siswi kita tetap menjadi tanggung jawab kita walaupun mengajar secara tatap maya.

Emosi stabil adalah kunci saat mengajar selama masa covid 19. Kenapa hal tersebut penting? Karena mengajar secara online sangat jauh berbeda dengan mengajar secara offline. Saat offline 2 tahun yang lalu penanganan masalah di kelas mudah kita handle, tapi saat PJJ hal ini sangat sulit kita lakukan. Contoh: saat zoom beberapa siswa mematikan kamera & speakernya, dia ada saat mengisi link absen, tapi tidak ada saat PJJ. Ada juga siswa yang mencorat-coret screen yang di share teman-temannya saat presentasi atau hal yang paling banyak terjadi ada beberapa  siswa yang tidak pernah mengerjakan tugasnya sama sekali dengan berbagai alasan klise. Contoh kasus diatas menjadi sulit untuk ditangani, karena dimasa covid 19 ini untuk mengkonseling mereka adalah satu hal yang masih sulit kita lakukan. Sebab itulah sikap menjaga emosi tetap stabil  sangat diperlukan saat ini.

Sikap yang terakhir adalah teliti. Di masa PJJ ini resiko yang kita hadapi yaitu terjadinya kecurangan dan plagiat-plagiat tugas yang dikerjakan segelintir siswa. Siswa-siswi kita akan sangat mudah mencatut tugas teman dan mengantinya dengan identitas mereka. Apabila kita tidak teliti saat memeriksa tugas, hal ini akan terus terjadi. Bahkan saat tes berlangsung, UH, PTS, PAS & PAT yang nota bene waktunya kita perpanjang, bisa sampai 24 jam karena dispensasi yang terpaksa diberikan para guru, hal ini membuat siswa mempunyai banyak waktu untuk mencari jawaban, baik dari google atau dari teman mereka sendiri, sehingga tingkat keakuratan nilai sangat diragukan. Disinilah ketelitian seorang guru harus ditingkatkan baik dalam pemeriksaan, prediksi kemampuan ataupun pemberian penilaian saat pembelajaran jarak jauh di masa pandemi ini.

Tulisan ini penulis buat sebagai curahan hati yang penuh asa, semoga semakin banyak guru KAMPRET di masa pandemi ini, semoga covid 19 berakhir dan semua lini terutama sektor pendidikan, dapat segera pulih sehingga tujuan awal pendidikan Indonesia akan kembali pada ghirahnya yaitu memberikan perubahan sikap, pandangan & psikis yang baik bagi seluruh pelajar Indonesia.