GURU, LAMA DI MASA PANDEMI, MASIHKAH TERUS MENGEMBANGKAN POTENSI

GURU, LAMA DI MASA PANDEMI, MASIHKAH TERUS MENGEMBANGKAN POTENSI

GURU, LAMA DI MASA PANDEMI, MASIHKAH TERUS MENGEMBANGKAN POTENSI

Drs. Abu Bakar

Guru Matematika MAN Bandung Barat

"Jadi guru masa pandemi enak. Hanya diam di rumah, tetapi terus diberi gaji". Kalimat tersebut boleh jadi hanya menjadi ironi bagi guru, mohon maaf yang memang stagnan tanpa peningkatan kompetensi diri.  Sebaliknya, bagi guru yang terus belajar dan mengembangkan potensi diri, kalimat itu akan menjadi tempaan luar biasa untuk terus mendobrak bagaimana mengembangkan potensi siswa walaupun banyak rintangan dan kendala.  Kendala yang berhubungan sarana digital maupun rintangan dari faktor peserta didik itu sendiri.

Abad 21 yang ditandai dengan era industri 4.0 yang serba digital, menuntut kita khususnya guru untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Lengah sedikit saja atas perubahan yang terjadi, tersingkirlah kita. Tidak jauh-jauh dengan apa yang dekat dengan kita, whatsapp umpamanya. Beberapa menit, jam, atau hari tidak membuka Whatsapp dipastikan tertinggal informasi.  Hal sederhana, misalnya diperkenankan untuk mengenakan batik ke sekolah, jika tidak membaca WA dipastikan kita, minimal ditertawakan rekan yang lain.

Lebih real lagi, dalam pelaksanaan pengembangan diri guru dari Kemenag / Kemdibud secara langsung, tatap muka terbatas, secara daring dan virtual, atau kegiatan organisasi MGMP dalam webinar dan warkshop, terus berjalan apa yang disebut diklat dan sejenisnya untuk pengembangan potensi Guru. Guru, seyogyanya tidak perlu sulit untuk mendaftar atau membayar. Kegiatan pengembangan diri guru, kebanyakan gratis dan dapat sertifikat, ini semua dapat diikuti oleh semua guru tapi juga tak sedikit yang belum bisa meluangkan waktu untuk mengikutinya. Lantas, sebenarnya apa yang menjadi kendala guru? Semua bisa dari rumah, kemampuan literasi digital bisa dipelajari dari webinar atau workshop tanpa repot naik angkot dan sebagainya. Tanpa beban biaya tak terduga.

Selanjutnya, era pandemi yang mengindikasikan peserta didik hanya berhadapan dengan handphone/gawai dalam pembelajaran daring, secara otomatis kemampuan peserta didik akan lebih maju daripada kita sebagai guru. Dulu suka berkelakar, materi yang diajarkan beda sehari dengan peserta didik. Lho, sekarang bukan lagi beda sehari atau satu jam, mungkin saja bahkan kita jauh tertinggal dalam teknologi digital dibanding peserta didik. Ups, jangan tersinggung! Ini kenyataan, dan perlu terus diperjuangkan, sehingga kita guru tidak ketinggalan zaman.

Masalah berikutnya, yakni guru di masa pandemi tidak bisa langsung memantau perkembangan kompetensi peserta didik. Baik kompetensi sikap, pengetahuan, maupun kompetensi keterampilan. Dalam pembelajaran daring jika tidak diramu secara kreatif, kemampuan lisan dan tulis pun sulit diukur apa lagi mengukur dan menilai sikap peserta didik. Oleh karena itu,  untuk mengurangi kendala pembelajaran dalam daring di masa pandemi, ada beberapa tips yang sebaiknya dilakukan guru, yakni sebagai berikut.

1. Semangat terus mengikuti webinar yang membahas literasi dan pembelajaran digital. Pengembangan diri guru dalam webinar, menunjukkan bahwa guru tersebut adalah guru kreatif dan inovatif. Ingin selalu mengembangkan diri, dengan harapan dapat diaplikasikan dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik. Guru tidaklah stagnan di tempat, namun guru selalu bergerak mendobrak kebodohan, penerang dan pemandu jalan kesuksesan.

2. Guru tetap mengutamakan keberhasilan pendidikan tetapi juga tidak mengabaikan keselamatan dan kesehatan peserta didik. Karena sikap peserta didik sulit dinilai, lalu guru berkunjung atau keliling menemui peserta didik tanpa menghiraukan protokol kesehatan. Ini tidak dibenarkan! Pembelajaran di masa pandemi tidak mengejar target kurikulum, tetapi lebih mengarah pada pengembangan kecakapan hidup peserta didik.

3. Kolaborasi dengan orang tua, rekan guru, dan pemangku kebijakan. Kolaborasi lebih dari sekadar bekerja sama. Saling memberi dan berbagi pemikiran tentang pembelajaran dan dampak pembelajaran adalah hal utama. Orang tua memberi masukan kepada guru melalui grup paguyuban. Demikian pun, rekan guru, pimpinan sekolah dan lembaga terkait memberi apresiasi bagi siapa saja atau guru yang berdedikasi, mencintai dan tanggung jawab terhadap apa yang mereka kerjakan.

4. Selalu berpikir positif. Positif thinking seorang guru adalah hal bijak yang harus selalu kita tanamkan. Positif thinking akan meningkatkan imun, iman, dan aman dari hal-hal yang tidak diinginkan. Iman dan taqwa adalah pembungkus diri. Selalu ingat, di atas langit ada langit. Tak ada satu perbuatan pun yang terhindar dari pantauan Yang Maha Tinggi. Berpikir positif akan menjadi imunitas diri untuk tetap sehat, sehingga tetap semangat belajar dan bekerja.  Aman dari virus covid-19.

Demikian empat tips yang selayaknya guru lakukan jika ingin menjadi penggerak di masa pandemi. Apa pun tantangan, rintangan, dan pembicaraan negatif tentang guru karena orang yang tidak tahu menahu kinerja guru, kita lawan dengan lebih banyak belajar. Era digital adalah era yang serba cepat. Ilmu pengetahuan, teknologi digital akan terus tumbuh sehingga menuntut kita untuk terus menempuh hidup, semangat, dan bermanfaat. Bisa!