HINDARKAN ANAK DARI NARKOLEMA, ANCAMAN LAIN SELAIN NARKOTIKA
HINDARKAN ANAK DARI NARKOLEMA, ANCAMAN LAIN SELAIN NARKOTIKA
Mungkin beberapa dari anda baru mendengar istilah Narkolema. Tetapi percayalah, barang yang satu ini bisa jadi atau kemungkinan besar sudah ada dan mengancam anak-anak anda. Hal itu dapat dimungkinkan karena kondisi Pandemi Covid-19 saat ini yang mengharuskan anak-anak lebih sering “bergaul” dengan internet melalui perangkat online seperti hp dan laptop. Hal itu didukung pula oleh peranan guru dan orangtua yang mulai longgar terhadap penggunaan gawai oleh anak-anaknya dengan dalih “mereka sudah dewasa dan sedang mengerjakan tugas sekolah”. Tidak perlu mencari penyebab kesalahan, yang terpenting adalah mencari solusi terbaik kedepannya.
Apa itu Narkolema? Secara umum diartikan sebagai Narkotika Lewat Mata. Yang pada tingkatan parahnya adalah anak-anak akan merasakan kecanduan terhadap konten-konten negatif yang ada di internet, sampai-sampai mereka akan membuka konten itu secara sembunyi-sembunyi, di tempat tertutup dan atau mereka akan marah sejadinya jika gawainya diambil.
Mungkin orangtua bisa beragumen bahwa anak mereka tidak mungkin membuka konten negatif karena didikan mereka sudah kuat, tapi percayalah… Anak-anak usia sekolah memiliki rasa penasaran, rasa keingintahuan (curiousity) yang sangat tinggi terhadap hal baru. Didukung pula oleh “kepandaian” gawai internet saat ini yang seolah-olah mengetahui siapa penggunanya dan apa keinginannya. Sehingga tak bisa dipungkiri lagi, konten negatif yang tidak diharapkan muncul oleh orangtua pun dapat muncul kapan saja meskipun tidak dicari oleh anak-anak anda.
Perpaduan antara teknologi internet, rasa penasaran yang tinggi serta pengawasan guru dan orangtua yang longgar adalah jalan masuk utama munculnya Narkolema. Awalnya tidak sengaja terakses, lalu lama kelamaan anak mulai merasakan kesenangan, lalu akhirnya kecanduan. Tentu dampak langsung yang akan terasa dari Narkolema ini adalah rusaknya organ otak sehingga pembangunan karakter anak menjadi terganggu. Dikhawatirkan kesehariannya dilalui dengan kegelisahan, dan bisa jadi jika tidak terkontrol oleh kita, anak-anak ini akan lebih nyaman dengan kondisi belajar di rumah dan akan menjadi malas belajar normal seperti biasa lagi jika suatu saat pandemik ini berkahir.
Pandemik ini belum diketahui kapan akan berakhir, maka benteng terbaik saat ini adalah melakukan pendampingan yang ekstra dalam proses belajar anak secara daring serta penguatan karakter anak dengan mengisi nilai-nilai agamis dalam keseharian mereka. Tentunya ini bukan hanya tanggungjawab guru dan orangtua semata, tetapi semua pihak yang terkait dalam hal pendidikan saat ini.
Penulis : Hisyam Fany A R, SH. (Guru MTsN 1 Kota Cirebon)