IMAJINASI GURU DI MASA PANDEMI
IMAJINASI GURU DI MASA PANDEMI
Popon Suwantini, S.Ag.M.Pd.I_Guru MTs Negeri 3 Kota Bekasi
Imajinasi dalam proses pendidikan sangat penting untuk dimiliki oleh seorang guru, apalagi di masa pandemi ini. Mengapa? Karena dengan imajinasi orang akan melahirkan sebuah konsep, kreatifitas, inovasi maupun perilaku yang aktual dalam kehidupannya. Oleh karena itu sebagai seorang guru, diperlukan imajinasi dalam merancang lingkungan sehingga memungkinkan terjadinya penemuan-penemuan. Dengan demikan saya merasa perlu menjadi seorang arsitek yang dapat mendesain dan menata lingkungan di dunia maya. Hal ini dapat dibuktikan dari beberapa fakta yang telah dilakukan selama masa pandemi ini.
Pertama, dalam menyusun perencanaan pengajaran saya menggunakan imajinasi agar proses belajar mengajar online bersifat kreatif. Hal ini memudahkan dalam mengelola kelas virtual sehingga peserta didik lebih mudah diarahkan. Karena perencanaan pembelajaran merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pembelajaran dan sangat menentukan tercapainya tujuan pembelajaran, maka ketika menyusunnya saya membayangkan atau mengimajinasikan proses belajar mengajar yang akan saya lakukan. Dalam merancang situasi kelas virtual yang menyenangkan, saya berusaha menggunakan metode atau model pembelajaran yang tepat dengan materi yang saya ajarkan. Alat evaluasi yang tepat untuk menilai hasil belajar juga termasuk hal yang perlu dirancang dengan baik.
Kedua, untuk menyampaikan pesan pembelajaran saya menggunakan alat bantu berupa gambar atau model. Gambar dan model ini dapat disimak peserta didik melalui power point atau video pembelajaran yang dibuat. Dalam membuat media ini jelas diperlukan imajinasi yang kuat dari guru. Dari media atau alat bantu ini, peserta didik diharapkan mendapatkan pengalaman konkrit sehingga meningkatnya motivasi belajar. Sebagai seorang guru saya harus memiliki kecakapan dalam melaksanakan kegiatan atau proses pembelajaran secara daring dengan penguasaan materi pelajaran, ketepatan pemilihan penggunaan materi mengajar, ketepatan pemilihan metodelogi dan penggunaan media pembelajaran, serta sumber belajar hingga menyiapkan alat evaluasi yang efektif. Dengan demikian peserta didik secara aktif melakukan interaksi dengan berbagai sumber belajar.
Kenyataan di kelas virtual, ketika saya menyajikan gambar di power point, muncullah beberapa komentar dari peserta didik dan mereka mengajukan beberapa pertanyaan terkait materi. Dengan gambar pada PPT, saya merasa lebih hemat energi, dan peserta didik lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Peserta didik juga dilatih untuk berpikir logis dan sistematis. Motivasi peserta didik untuk belajar semakin berkembang. Begitu juga ketika saya menggunakan video pembelajaran yang merupakan abstraksi/penyederhanaan/representasi dari dunia nyata. Suatu video digunakan untuk mendekati fenomena. Contoh video tentang penyembelihan, manasik haji, atau kegiatan jual beli. Seharusnya kegiatan belajar mengajar ini menyenangkan bagi siswa yang menyimak video ini. Terkadang ada juga yang tidak bisa menyimak karena kouta atau sinyal yang bermasalah.
Ketiga, dalam menganalisa dan menilai masalah dilakukan secara sistematis dan ktitis. Setiap permasalahan dalam proses pembelajaran saya analisis termasuk hasil belajar peserta didik yang tuntas maupun yang belum tuntas. Analisis penilaian hasil belajar merupakan penjabaran dari rencana penilaian. Analisis penilaian hasil belajar memerlukan pemahaman dari guru terkait standar penilaian dan panduan penilaian hasil belajar. Sungguh, pada pembelajaran masa pandemi ini banyak masalah yang ditemui. Siap tidak siap, mau tidak mau sebagai guru imajinasinya pun sangat diperlukan dalam pemecahan masalah.
Penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan bermanfaat sebagai perbaikan (remedial) bagi peserta didik yang nilainya belum mencapai KKM. Saya percaya bahwa setiap peserta didik mampu mencapai kriteria ketuntasan jika peserta didik mendapat bantuan yang tepat. Misalnya untuk peserta didik yang memiliki gaya belajar visual, maka media belajar yang digunakan yaitu gambar, grafik, warna, dan imajinasi. Untuk pelajar aural, proses informasi sebaiknya dari berbagai sumber suara, seperti penjelasan guru, pidato, atau rekaman suara. Sedangkan untuk pelajar verbal, gaya belajarnya ditandai dengan prefensi menggunakan kata-kata, baik dalam membaca maupun menulis. Pelajar verbal lebih nyaman dengan banyak membaca, berbicara, dan menulis saat belajar.
Penilaian hasil belajar juga bermanfaat sebagai pengayaan. Pengayaan bagi peserta didik yang mencapai kriteria ketuntasan lebih cepat dari waktu yang disediakan. Salah satu kegiatan pengayaan yang dilakukan yaitu memberikan materi tambahan, latihan tambahan, atau tugas individual yang bertujuan untuk memperkaya kompetensi yang telah dicapainya.
Keempat, berkomunikasi secara efektif baik kepada peserta didik maupun orang tua peserta didik. Hal ini menyebabkan hasil belajar dapat tercapai dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Komunikasi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh aktivitas manusia. Di madrasah sangat dibutuhkan komunikai karena saling melengkapi antara kepala madrasah, guru-guru, murid-murid, tata usaha, penjaga madrasah, juga orang tua peserta didik. Kesemuanya ini harus saling berkomunikasi agar tercapai peningkatan kualitas pendidikan atau tujuan pendidikan khususnya bagi peserta didik. Komunikasi dilakukan melalui media sosial dan grup komunikasi secara online.
Komunikasi yang dilakukan di madrasah melalui aplikasi WAG, antara lain: pertama, penyampaian informasi-informasi. Kepala madrasah sebagai sumber informasi sangat dibutuhkan guru-guru. Informasi yang disampaikan dapat terlaksana bagi pengembangan guru itu sendiri maupun peserta didik juga orang tua peserta didik. Kedua, menjalin hubungan persaudaraan. Karena madrasah sudah menjadi bagian hidup sehari-hari antara kepala madrasah, guru-guru, peserta didik, tata usaha, penjaga, juga orangtua peserta didik maka jalinan persaudaraan itu harus senantiasa dijaga. Antara satu dengan yang lainnya saling menghargai, saling menghormati, dan saling mendukung demi terciptanya keharmonisan antara pimpinan dan bawahannya, antar guru dan peserta didik. Hal ini demi pengembangan pendidikan dan tercapainya visi misi madrasah.
Melihat dari apa yang sudah dilakukan selama masa pandemi ini, perjuangan seorang guru sangatlah besar. Kesabaran dan keikhlasannya benar-benar diperlukan. Imajinasi guru dalam merancang kelas virtual diperlukan lebih banyak lagi dibanding ketika kondisi normal. Kreativitas dalam mengelola kelas virtual terus dilakukan. Upaya mengatasi masalah pembelajaran peserta didik pun harus dilakukan. Guru dituntut untuk terus belajar meningkatkan diri. Kemajuan teknologi juga diikuti jika tidak mau ketinggalan.
Sebagai seorang guru yang mirip dengan arsitek dalam merancang kegiatan pembelajaran, harus siap menerima hasil yang kurang memuaskan dari apa yang sudah direncanakan. Pembelajaran daring ini lebih bersifat teoritis, sedikit praktik karena tidak ada interaksi langsung dengan peserta didik. Untuk mata pelajaran yang ada pratikum laboratorium, praktikum lapangan, serta praktik ibadah maka pembelajaran daring tidak tepat. Lebih-lebih yang harus menggunakan alat berupa mesin atau pertanian. Termasuk yang berhubungan atau berkomunikasi dengan masyarakat atau orang tua siswa dalam rangka problem solving.
Setiap kebijakan dari suatu permasalahan harus dihadapi dengan tetap meminimalisi kekurangan, kerugian, atau kelemahan dari pembelajaran yang dilaksanakan secara jaringan ini. Dalam kondisi covid 19 pembelajaran daringlah yang harus dipilih dengan tujuan mengurangi penyebaran virus tersebut. Semoga semua rancangan yang sudah dilakukan guru dapat memberikan manfaat bagi peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran di masa pandemi.