Implementasi Model Pembelajaran Windows Shopping pada Pelatihan Keluarga Sakinah di Kantor Kementerian Agama Kota Sukabumi
  • BDK Bandung
  • 30 November 2023
  • 312x Dilihat
  • Berita

Implementasi Model Pembelajaran Windows Shopping pada Pelatihan Keluarga Sakinah di Kantor Kementerian Agama Kota Sukabumi

Pembelajaran “Andragogi” merupakan salah satu pendekatan proses pembelajaran yang biasanya diterapkan pada kegiatan pelatihan yang melibatkan peserta didik dewasa dalam suatu struktur pengalaman belajar.  Malcom Knowles (1970)_penggagas Andragogi_menyampaikan bahwa  andradgogi terbukti mampu melahirkan sasaran pembelajaran yang dapat mengarahkan dirinya sendiri dan mampu menjadi guru bagi dirinya. Pendekatan pembelajaran andragogi ini dapat dikatakan hampir diterapkan disemua kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh beberapa instansi pemerintah atau lembaga swasta yang  pesertanya terdiri dari orang-orang dewasa yang terkait penguasaan teknis atau keterampilan tertentu dengan bantuan seorang coaching, tutor atau widyaiswara.

Pembelajaran andragogi pun diterapkan pada pola Pelatihan Keluarga Sakinah yang diselenggarakan oleh Balai Diklat Keagamaan Bandung bertempat di Kantor Kementerian Agama Kota Sukabumi sejak tanggal 27 November-2 Desember 2023 yang melibatkan 30 orang peserta yang terdiri dari unsur organisasi masyarakat dan  komunitas non formal dengan tujuan tersedianya para pembina keluarga sakinah di lingkungan sekitarnya. Pelatihan ini memuat materi inti yang terdiri dari; 1. Konsep Keluarga Sakinah, 2. Psikologi Perkawinan, 3. Peningkatan Gizi Keluarga, 4. Pengembangan Ekonomi Keluarga, 5. Manajemen Keluarga dan 6. Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga dan Pembinaan Anak.

Pada kegiatan awal mata pelatihan Manajemen Keluarga, peserta pelatihan terlebih dahulu mendapatkan penjelasan dari widyaiswara terkait tujuan yang akan dicapai dari pembelajaran, kemudian dilakukan apersepsi mengenai makna keluarga sebagai unit organisasi masyarakat terkecil yang diikat oleh perkawinan yang sah, maka sebagai organisasi tidak luput dari sifat dasar kebutuhan manusia_bersandar pada teori Maslow_yang harus dikelola dan diatur sesuai kesepakatan anggota keluarga.

Sebagai Pembina keluarga sakinah ditengah-tengah masyarakat, dituntut untuk terampil membedah asal-usul konflik, akar masalah konflik dan menguraikannya sehingga akan didapat beberapa solusi alternative pemecahan masalahnya dari berbagai perspektif. Maka langkah berikutnya adalah peserta pelatihan dibagi menjadi 5 kelompok ahli yang menelusuri akar masalah konflik menggunakan pisau analisa dari berbagai perspektif. 5 kelompok tersebut terdiri dari 1. Kelompok sakinah membedah masalah konflik rumah tangga, 2. Kelompok mawaddah membedah masalah kekerasan seksual, 3. Kelompok warahmah membedah masalah penghancur rumah tangga, 4. Kelompok Rahim membedah kasus penelantaran keluarga dan, 5. Kelompok masalahah menelusuri kasus hak anak.

Setiap kelompok diminta untuk menelusuri berita-berita actual yang sedang viral terkait tema tersebut, kemudian membedahnya dalam forum diskusi bersama kelompoknya, lalu menyajikannya dalam sebuah projek yang dinamakan mind map. Mind map tersebut dituangkan diatas kertas karton yang disusun sedemikian rupa dan semenarik mungkin dengan durasi waktu yang cukup. Setelah itu kertas karton ditempel didinding dan dijaga oleh salah satu peserta yang dianggap mampu menjelaskan isi dari mind map tersebut.

Setiap kelompok menentukan satu orang  yang akan bertugas menjaga stand dan anggota lainnya akan “membeli” informasi ke stand kelompok lainnya. Setiap stand dijaga oleh orator ahli yang berperan “menjual” informasi terkait temanya kepada kelompok tamu.


Kelompok tamu akan memberikan imbalan berupa bintang penghargaan maksimal 5 bintang jika informasi yang didapatnya sangat memuaskan. Secara berkelompok, para “pembeli” informasi ini akan berkeliling ke stand kelompok lain secara bergiliran dengan membaca buku catatan dan menuliskan informasi yang didapatnya.

Pada akhir kegiatan, setiap penjaga stand diminta untuk melakukan refleksi dengan menyampaikan pengalamannya selama dikunjungi tamu dan menghitung bintang penghargaan yang didapat dari kelompok “pembeli” informasi.

Rangkaian kegiatan pembelajaran tersebut merupakan implementasi model pembelajaran cooperative learning type windows shopping, dimana setiap kelompok menjadi  ahli dalam tema tertentu dan sekaligus akan mendapatkan   informasi atau pengetahuan mengenai tema lain dari kelompok yang lainnya.


Pada kegiatan penutup, widyaiswara mengajak semua peserta pelatihan untuk bersama-sama melakukan refleksi pembelajaran. Beberapa poin refleksi yang didapat peserta pelatihan diantaranya adalah, 1. Peserta pelatihan secara mandiri diberikan keleluasaan untuk menggali informasi terkait tema yang dipilih, 2. Setiap kelompok leluasa berkolaborasi untuk menentukan pilihan bentuk mind map, 3. Inspirasi baru muncul tak terduga karena adanya gesekan interaksi setiap anggota kelompok dalam membedah tema, menemukan akar masalah dan mengurai solusi, 4. Pembelajaran berlangsung aktif, dinamis dan menyenangkan, dan 5. Seluruh peserta terlibat berpartisipasi memberikan gagasan dan ide serta merasa tidak digurui.


Diakhir kegiatan pelatihan, widyaiswara memberikan penguatan terkait mata pelatihan Manajemen Keluarga, bahwa konflik keluarga dapat ditemukan solusinya jika keluarga dimanaj dengan dengan baik. Pembina keluarga sakinah dituntut untuk terampil membedah persoalan dengan berbagai perspektif dan bekal pengetahuan yang luas. Cara pandang terhadap suatu masalah menentukan akhir cerita dari penyelesaian masalah. Maka tingkatkan kapabilitas sikap, pengetahuan dan keterampilan menjadi lebih baik lagi agar penyelesaian masalahpun berakhir dengan baik pula. Wallahu a’lam [MF]