Jurnal Terindeks Scopus, Tidak Harus Sinta
Balitbang Diklat Kemenag RI memiliki 31 jurnal yang dapat dikatakan cukup secara kuantitas, namun dalam kualitas butuh perhatian lebih. Kualitas yang ditandai dengan suksesnya jurnal terakreditasi Sinta menjadi salah satu tolok ukur untuk mempertahankan eksistensi jurnal. Oleh karena itu Sekretaris Balitbang Diklat Kemenag RI, Prof. Dr. Arskal Salim GP, M.Ag., mendorong stakeholders fokus memperkuat jurnal terakreditasi Sinta untuk goes Scopus. Beliau juga meminta untuk mengevaluasi jurnal-jurnal yang ada.
"Kita juga perlu memikirkan SDM baik dari arsiparis, pranata komputer, bahkan widyaiswara yang terlibat dalam pengelolaan OJS menjadi tugas ekstra. Grand designnya akan seperti apa? Kita dengarkan nanti dari Pak Kaban", tambah Pak Ses pada pembukaan yang disampaikan di Hotel Tara Yogyakarta, Senin, 20 November 2023.
Hal tersebut sejalan dengan apa yang disampaikan Kepala Balitbangdiklat, Prof. Dr. Amien Suyitno keesokan harinya (21/11/2023) yakni fokus tujuan di tahun 2024 Balitbangdiklat adalah jurnal-jurnal terakreditasi Sinta tersebut dapat lolos Scopus. Beliau meminta untuk mendiskusikan jurnal terakreditasi tersebut sebagai prioritas.
Berdasarkan hasil coaching bersama rekan-rekan tim OJS terindeks Scopus di lingkungan UIN, ternyata untuk mencapai jurnal terindeks Scopus tidaklah harus terakreditasi Sinta dulu. Jika langsung terindeks Scopus, justru otomatis Sinta. Sehingga pada kesimpulan yang didapat dari hasil diskusi pengelolaan OJS adalah jurnal-jurnal Balitbangdiklat ini dipusatkan pada pemeliharaan tata kelola yang lebih intensif dan target terindeks Scopus di 3-4 tahun mendatang.
BDK Bandung yang mengelola 2 jurnal, saat ini Tatar Pasundan terindeks Sinta 3 dan Jentre terindeks Sinta 5 juga berharap dapat melakukan percepatan capaian akreditasi bereputasi ini. Demikian laporan Vidia yang menjadi utusan dalam biaya tersebut sekaligus pengelola jurnal di BDK Bandung. [VLA]