Masa Pandemi Covid-19 Bagi Seorang Guru Matematika

Masa Pandemi Covid-19 Bagi Seorang Guru Matematika

Masa Pandemi Covid-19 Bagi Seorang Guru Matematika

Erik Taufiqurrohman, M. Pd

Guru MTsN 1 Subang

Sejak berita  tentang  Pandemi  COVID-19 ini di umumkan  pertama kali pada bulan Maret 2020,  saya sungguh  tidak  menduga  bahwa   kondisi  ini  akan  sampai separah  ini hingga menghentikan  proses belajar  mengajar  di Madrasah. Terhitung 193 negara telah berjuang melawan serangan Covid yang tidak pandang bulu. Wuhan adalah salah satu kota di China sebagai tempat domisili penderita covid yang pertama kali ditemukan sebelum virus ini berstatus pandemi. Berita dan informasi pergerakan penyebaran virus tersebut telah mewarnai berbagai laman media karena jalur sebarannya kian hari semakin massif. Akhirnya pemerintah  mengumumkan  untuk  tidak melakukan aktivitas belajar mengajar di  Madrasah sejak 16 Maret 2020 dan   untuk sementara peserta didik diharapkan melakukan pembelajaran dari rumah. Padahal saat itu agenda Madrasah akan melaksanakan UAMBN dan UAM bagi peserta didik kelas IX, dan pada akhirnya di jadwal ulang karena kondisi yang tidak memungkinkan.

Proses belajar mengajar yang beralih dari tatap muka menjadi online membuat   saya sebagai guru bingung sekaligus  khawatir bagaimana nanti anak-anak  kami tetap  bisa mengikuti pelajaran. Berbagai macam tindakan yang saya lakukan dengan memanfaatkan teknologi Informatika, yang akhirnya terpikirkan saat itu adalah masing-masing guru berpesan kepada peserta didik agar belajar di rumah dengan bimbingan orang tua mereka dan mau tidak mau penggunaan HP Android menjadi langkah utama dalam pemberian tugas belajar.

Saya  sendiri  adalah  guru  mata pelajaran matematika yang mengajar MTsN 1 Subang. Mata pelajaran ini terbilang selalu di anggap sulit oleh peserta didik sehingga membutuhkan waktu cukup untuk dapat menyampaikan materi. Dengan kondisi pandemi saat ini menjadi PR besar bagi saya bagaimana bisa menyampaikan materi kepada peserta didik sesuai kurikulum yang berlaku dimasa pandemi. Pembelajaran online yang media utamanya adalah HP Android ditambah dengan jaringan intenet yang kurang bagus menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Madrasah tempat saya mengajar berada di pusat kota, tetapi peserta didik nya sebagian besar berasal dari daerah yang jaringan internetnya masih belum kuat di tambah ada sebagian peserta didik yang tidak memiliki HP Android dan ada juga peserta didik yang pesantren yang pemakaian hp diatur oleh pondok pesantren.

Dengan keadaan seperti ini, akhirnya pihak madrasah khususnya di MTsN 1 Subang memutuskanb untuk melakukan kegiatan pembelajaran online kombinasi yaitu ada pembagian jadwal untuk pembelajaran daring kemudian pembelajaran luring sebagai sarana evaluasi dari pembelajaran daring. Daring yang digunakan dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media WA, pemanfaatan aplikasi elearning yang dikeluarkan oleh Kemenag dan pemanfaatan Fasilitas Google yaitu GWE diantaranya google Classroom, google form, google meeting, google Slide, Google Dokumen dan masih banyak lagi. Pembelajaran luring bagi saya menjadi salah satu cara mempermudah penyampaian materi khususnya matematika karena peserta didik mendapatkan media dan sumber belajar dari guru berupa modul sebagai acuan dari pencampaian proses pembelajaran daring. Cara ini cukup membantu, walaupun pada proses selama pembelajaran kendala selalu muncul salah satunya masih ada beberapa peserta didik yang tidak mengerjakan tugasnya sesuai dengan jadwal yang sudah di tentukan dengan berbagai alasan seperti tidak punya kuota.

Bukti peserta didik mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan mengirimkan dokumentasi hasil pekerjaannya dan dokumentasi selama belajar di rumah. Bagi peserta didik yang memiliki tanggung jawab selalu sigap dalam menyelesaikan tugas belajarnya, apalagi mata pelajaran matematika yang membutuhkan keuletan tersendiri. Beberapa peserta didik pun dengan senang hati mengerjakan dan jika ada hal yang belum jelas saya sendiri terbuka untuk konsultasi baik melalui chat wa maupun vc wa juga. Tetapi ada juga peserta didik yang memang kurang disiplin mengerjakan tugas-tugasnya, kadang saya harus secara pribadi dan dengan penuh kesabaran menghubungi satu persatu peserta didik yang belum menyelesaikan tugasnya. Berat dan sulit, apalagi dengan berbagai aktivitas lainnya, tapi mau tidak mau ini adalah konsekuensi dan tanggung jawab saya sebagai seorang guru. Semua guru merasakan hal yang sama, hampir rata semua keluhan pada penyelesaian tugas dari peserta didik adalah peserta didik yang tidak disiplin.

Sampai akhirnya Ujian Akhir Madrasah (UAM) untuk kelas IX dan Penilaian Akhir Semester (PAS) untuk kelas VII dan VIII dilaksanakan di rumah dengan memanfaatkan aplikasi elearning madrasah. Dari berbagai bentuk pembelajaran online selama masa pandemi, baik itu melalui daring, luring, bahkan dengan tatap muka terbatas tetap saja banyak kendala yang di hadapi. Baik itu dari pihak peserta didik, orang tua, bahkan guru itu sendiri. Guru harus benar-benar berinovasi dan kreatif dalam menyampaikan materi dan guru harus sama-sama belajar pula karena pembelajaran selama pandemi sangat luar biasa tantangannya. Kurikulum darurat yang di berlakukan pada akhirnya tetap saja tidak mampu dicapai secara maksimal walaupun materi yang disampaikan hanya materi esensial saja. Artinya, mereka tetap membutuhkan sosok guru sebagai fasilitator, mediator, bahkan sumber belajar. Sehebat apapun media elektronik dalam pembelajaran sosok guru tidak bisa tergantikan. Harapan kami semua sama.... semoga pandemi cepat berakhir....!!!

Guruuuu...digugu...ditiru...!!!