Memahami Literasi dengan Cara yang Menyenangkan di Masa Pandemi
Memahami Literasi dengan Cara yang Menyenangkan di Masa Pandemi
Oleh: Erna Tikasari
Kegawatdaruratan pendidikan Indonesia sudah terjadi sangat lama, berpuluh-puluh tahun lamanya. Terlebih hampir satu setengah tahun, pandemi tak kunjung berakhir. Anak-anak Indonesia, masih harus bersekolah dari rumah. Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah sebagai upaya pencegahan penularan virus covid-19 kepada anak-anak pada sektor pendidikan. Kebijakan yang memang tidak mudah dan tidak dapat mengakomodir kepentingan semua pihak, tapi demi menjaga anak-anak Indonesia maka harus dilakukan. Tentunya, kebijakan ini semakin memperpanjang kondisi psikologis orang tua murid yang tidak baik-baik saja dalam mendampingi kegiatan belajar dari rumah terutama pada jenjang Anak Usia Dini (AUD). Tekanan ekspektasi orang tua pada diri sendiri yang ingin memiliki anak pintar membaca, menulis dan berhitung sejak dini, menambah daftar kekerasan pada anak. Bahkan para orang tua telah bersiap memasukkan anak-anak mereka pada bimbingan belajar calistung yang membuka pembelajaran tatap muka jika sekolah yang dituju masih mengeluarkan kebijakan harus belajar dari rumah. Bagaimana mungkin anak bisa membaca sedangkan ia belum pernah melihat gambarnya.
Hal tersebut, menggugah nurani saya sebagai pendidik untuk meluruskan miskonsepsi pola pikir orang tua terhadap pendidikan Anak Usia Dini (AUD). Meskipun saya seorang guru matematika di jenjang menengah, namun saya tidak bisa membiarkan hal tersebut terjadi begitu saja. Melalui permohonan izin kepada ketua dan direktur Yayasan Nurul Huda Setu serta kepala sekolah Raudhatul Athfal (RA) Bunga Bangsa, saya memberanikan diri bertemu dengan orang tua murid baru melalui zoom meeting. Saya membagikan ilmu read aloud (membacakan nyaring) yang saya dapatkan saat mengikuti Trainer of Trainer (ToT) bersama Ibu Roosie Setiawan kepada para orang tua.
Anak Usia Dini (AUD) belum saatnya diajarkan untuk membaca, menulis dan berhitung dengan metode-metode yang memberatkan mereka. Anak Usia Dini (AUD), banyak hal yang harus mereka alami dengan cara yang menyenangkan. Salah satunya membuat mereka gemar membaca. Gemar membaca, tidak bisa didapatkan dengan cara instan. Melakukan kegiatan read aloud (membacakan nyaring) dalam keluarga adalah kunci keberhasilan anak gemar membaca. Ayah dan Bunda meluangkan waktu bersama buah hati tercinta untuk membacakan sebuah cerita yang penuh keteladanan (perbuatan baik) dalam tokoh ceritanya. Anak-anak menjadi antusias bertanya kosa kata baru yang belum mereka ketahui, menebak cerita selajutnya dan mengenal karakter atau watak si tokoh. Di samping itu, read aloud dapat membangun kedekatan orang tua dan anak. Hubungan keluarga yang hangat dapat terwujud dalam kegiatan read aloud.
Hal pertama yang saya mulai lakukan adalah share screen surat dari Jim Trelease yang ditulis untuk Ibu Roosie Setiawan sebagai bentuk terima kasih karena praktik baik orang tuanya yang ia tulis dalam bukunya yang berjudul Read Aloud Handbook diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Ibu Roosie. Sungguh, membacakan surat Jim Trelease di depan para orang tua membuat saya terharu. Ada rasa bangga menjadi Jim Trelease, saat ceritanya didengar, dibaca bahkan diikuti oleh jutaan orang tua dibelahan bumi ini. Kisah hidup yang sungguh menginspirasi dan menggugah orang tua untuk menirukan. Selanjutnya, saya membagikan informasi mengenai fakta literasi, fakta tentang membaca, komponen membaca, tahapan membacanya, manfaatnya, hingga elemen suatu cerita. Semua orang tua begitu antusias mendengarkan. Kemudian, penjelasan tersebut saya tutup dengan pernyataan dari Jim Trelease yaitu “The more you read, the more you know; and the more you know, the smarter you grow”.
Nah, sebagai kegiatan lanjutan berbagi saya dengan orang tua RA Bunga Bangsa, di peringatan Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli, saya memaknainya dengan membacakan sebuah cerita yang menginspirasi bagi murid-murid RA Bunga Bangsa dan SDI Nurul Huda di Yayasan Nurul Huda Setu Bekasi. Dalam kesempatan ini saya berkolaborasi dengan murid SDI Nurul Huda kelas 5, namanya Mikaila. Mikaila berani mengambil tantangan untuk bercerita. Ia pun mampu menunjukkan kepercayaan dirinya dan kemampuannya bercerita di hadapan teman-temannya dan orang tua yang lain. Ini kali pertama Mikaila membacakan nyaring sebuah cerita di depan banyak orang meskipun secara virtual.
Saya dan Mikaila membacakan cerita melalui zoom meeting. Buku cerita yang saya dan Mikaila bacakan, saya dapatkan dari aplikasi let’s read. Mereka mengizinkan buku-buku mereka dipergunakan untuk kegiatan read aloud. Saya membacakan cerita yang berjudul Nilam si Tabib, sedangkan Mikaila membacakan cerita yang berjudul Tini melompat. Tidak semua buku cerita boleh dipakai untuk kegiatan besar read aloud. Jika buku cerita berupa buku cetak, maka kita berkewajiban meminta izin penggunaannya kepada penulis dan penerbit. Tapi jika hanya dipakai bercerita kepada buah hati tercinta, Ayah dan Bunda tidak perlu meminta izin kepada penulis dan penerbit.
Acara pun dimulai, saya share screen buku cerita dalam bentuk pdf tersebut kepada anak-anak dan para orang tua. Di tengah cerita, anak-anak terlibat diskusi tentang nama tokoh dan apa yang dilakukan oleh tokoh tersebut. Kemudian kami melanjutkan kembali membaca ceritanya hingga selesai. Lalu saya ajak anak-anak untuk berefleksi tentang tokoh-tokoh yang ada dalam cerita dan perbuatan baik apa saja yang telah dilakukan oleh tokoh tersebut. Sungguh seru sekali.
Membaca secara nyaring sebenarnya hal yang sangat mudah namun memiliki tantangan tersendiri bagi orang tua. Tidak tersedianya waktu, kesibukan dan minimnya buku bacaan anak di keluarga menjadi alasan orang tua untuk enggan melakukan kegiatan ini. Padahal, waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama bagi orang tua untuk membacakan sebuah cerita dengan nyaring kepada buah hati tercinta. Hanya butuh waktu maksimal 15 menit dalam satu hari untuk membacakan sebuah cerita yang menginspirasi buah hati dan dilakukan secara terus-menerus, Ayah dan Bunda akan mendapatkan banyak hal baik dari buah hati tercinta.
Setelah kegiatan ini selesai ternyata saya mendapat respon positif dari orang tua. Banyak di antara mereka yang meminta untuk diadakan kembali kegiatan seperti ini. Dan kegiatan ini menjadi inspirasi bagi mereka untuk mencobanya di rumah bersama anak-anaknya. Orang tua Mikaila pun mengirim pesan melalui WA dan berkata, “Alhamdulillah merasa bangga atas keberanian Mikaila untuk membaca nyaring di depan teman2, karena tidak disangka Mikaila bisa seenjoy itu mengikuti acaranya. Kegiatan ini sudah menjadi wadah untuk Mikaila berani tampil di depan banyak orang. Harapan saya sebagai orang tua, Mikaila bisa mengikuti kegiatan read aloud lagi karena selain membentuk kepercayaan dirinya di depan publik namun ini juga lebih bermanfaat untuk literasi Mikaila. Read Aloud cara memahami literasi dengan cara menyenangkan”.
Dari kegiatan ini saya berefleksi bahwa mengerjakan suatu hal yang baik dengan barengan itu energinya semakin besar. Melalui surat Jim Trelease yang saya bacakan kepada orang tua, saya yakin para orang tua akan mulai berubah. Perlahan namun pasti untuk kebaikan putra/putrinya. Saya berharap, praktik baik sederhana ini dapat menjadi kebiasaan/habit di keluarga Indonesia.