Mendidik di Masa Pandemi, Siapa Takut?
Mendidik di Masa Pandemi, Siapa Takut?
Oleh : Rita Pelitawati, S.Pd.
Tidaklah dipungkiri, bahwa adanya pandemi covid-19 sangat berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan. Demikian juga dunia pendidikan yang sampai saat ini masih menjadi sorotan tajam dari semua kalangan. Segala hal yang telah diupayakan oleh para pendidik pun tak luput dari sorotan tajam itu.
Besarnya harapan orang tua terhadap lembaga pendidikan yang akan menghantarkan anandanya tumbuh kembang dengan sempurna, bagaikan tersapu ombak, pupus begitu saja. Sekolah yang menjadi tumpuan harapan, kini kian terasa begitu sangat dirindukan. Ekspresi kerinduan itu membuncah, baik di dunia nyata maupun di dunia maya, dengan berbagai macam ragam ekspresi yang tercurah begitu dahsyat.
Sungguh sangat disayangkan, bila kita hanya berpikir bahwa pendidikan itu hanya ada di sekolah. Sehingga banyaklah pula yang berpikir bahwa orang tua di rumah tidak mampu untuk mendidik anak-anaknya. Padahal dalam hadits, seorang penyair ternama Hafiz Ibrahim mengungkapkan “Al-Ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq”.
Artinya: Ibu adalah madrasah (sekolah) pertama bagi anaknya. Jika engkau persiapkan ia dengan baik, maka sama halnya engkau persiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya.
Dengan ungkapan di atas, tidakkah kita tersadarkan bahwa proses pendidikan itu seyogyanya juga ada di rumah? Sehingga sudah seyogyanyalah kita pun menyadari betapa pentingnya sinergi antara 3 pilar dalam pendidikan, yaitu sekolah, rumah, dan masyarakat. Sudahkah kita tersadarkan dan merasakan bahwa tanggung jawab pendidikan itu milik kita bersama? Tentu dalam hal ini bukanlah dalam arti bahwa pendidikan di rumah bisa mengakomodir semua tujuan dalam proses pendidikan formal. Adanya penguasaan materi ajar yang dibutuhkan, tentulah ada di pundak para pendidik di sekolah. Adapun pendidikan di rumah yang dimaksud terfokus pada adanya pendampingan orang tua dalam pembentukan karakter yang bisa dilakukan melalui berbagai pembiasaan harian, baik dalam pembiasaan praktik ibadah maupun dalam life skill. Keteladanan dan komunikasi yang harmonis pun menjadi hal yang urgent dalam pembentukan karakter ini.
Seandainya kita bisa berpikir jernih, sudah tentu kita tidak akan sepanik dan seterpuruk ini dalam dunia pendidikan kita. Betapa tidak? Bukankah esensi pendidikan itu adalah pembentukan karakter yang seyogyanya diusung oleh ketiga pilar pendidikan kita? Sehingga sudah jelaslah bahwa apapun yang terjadi, pendidikan harus berjalan. Di manapun tempatnya, dan kapan pun waktunya. Inilah saatnya kita mengambil hikmah di balik adanya pandemi covid-19 yang telah Allah hadirkan.
Pembentukan karakter adalah satu hal yang bisa dilakukan oleh semua pendidik, termasuk di dalamnya adalah keluarga, yang dalam hal ini terfokus pada sosok seorang ibu sebagai madrasatul ula. Walaupun mungkin ada keterbatasan, namun dengan segenap kasih sayang dan kecintaan terhadap anandanya, keluarga pun sudah seyogyanyalah mengambil peran demi ananda tercintanya tumbuh menjadi para pembelajar yang tangguh. Penanaman nilai-nilai karakterlah yang sesungguhnya menjadi fokus madrasatul ula. Transfer jiwanya seorang ibu yang mengambil peran sebagai madrasatul ula, tentu akan mewujudkan terjalinnya komunikasi yang harmonis, senang, dan bahagia belajar bersama bunda terpancar begitu nyata sebagai modal utama menjadi pembelajar sejati. Di sinilah hikmah pandemi covid-19 ini akan terasakan, hingga kita tersadarkan bahwa Allah Al-‘Alim hendak mengembalikan tugas fungsi pendidikan ini pada porsinya yang tepat. Sekolah, rumah, dan masyarakat merasakan betapa pentingnya harmonisasi jalinan keterkaitan yang erat di antara ketiganya. Terjalinnya komunikasi yang harmonis antara orang tua(keluarga) dengan guru(sekolah) pun menjadi modal untuk dapat terwujudnya harapan besar kita terhadap ananda tercinta. Mari kita bahu membahu, seiring sejalan, senada seirama, berada dalam satu frekuensi untuk menghantarkan ananda kita tercinta menjadi generasi unggul yang akan menjadi cahaya dalam kehidupan yang fana ini maupun dalam kehidupan abadinya kelak.
Wallaahu a’lam...