Menumbuhkan Pendidikan Karakter dan Akhlak Mulia di Masa Pandemi
  • 11 Agustus 2021
  • 1442x Dilihat
  • Gumeulis

Menumbuhkan Pendidikan Karakter dan Akhlak Mulia di Masa Pandemi

Menumbuhkan Pendidikan Karakter dan Akhlak Mulia di Masa Pandemi

Oleh : Rakhmi Ifada, S.Ag., M.Pd.I
(Guru PAI SMAN 1 CIGOMBONG BOGOR)

Akhlak baik tidak bisa serta merta menjadi ada dan terpatri pada diri anak. Harus ada kebiasaan dan contoh baik untuk menumbuhkannya. Karakter juga perlu ditumbuhkan dan dikembangkan dengan baik, dimulai dari lingkungan keluarga. "Al ummu madrasatul uula" maqalah yang artinya bahwa ibu adalah madrasah/sekolah pertama bagi anak. Pendidikan karakter merupakan suatu langkah maju guna mencerdaskan anak dan juga menanamkan tingkah laku, etika, akhlak dan adab yang baik. Jadi anak disamping mempunyai kecerdasan intelektual juga mempunyai kecerdasan spiritual dan emosional dengan tingkah laku karakter sikap yang baik.

Di masa pendemi covid 19 yang belum berakhir hingga kini, pendidikan terpenting salah satu solusinya adalah pendidikan karakter yang perlu diajarkan dan ditanamkan sejak dini oleh semua orang tua terhadap anak-anaknya di dalam lingkungan keluarga. Pada hakikatnya orang tua adalah kunci utama dalam mendidik dan mengasuh anak anaknya semasa pembelajaran berlangsung daring.

Peran serta orang tua dan semua anggota keluarga dirumah sangat penting sekali untuk membentuk karakter dan sifat yang baik sejak dini. Keluarga adalah sebagai tempat pembentukan karakter masing-masing anggotanya, khususnya bagi anak-anak masa sekolah yang masih memerlukan arahan, bimbingan dan pengasuhan dari orang tuanya secara terus menerus.

Karakter yang terbentuk di lingkungan keluarga dari ayah dan ibunya akan terbawa ke lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Jadi sifat, sikap dan perilaku keseharian keluarga di rumah dapat mempengaruhi karakter anggota keluarga lainnya di posisi mana anak tersebut tinggal.
Sikap dan perilaku keseharian ayah ibunya sebagai orang tua di rumah dapat membentuk karakter anak-anak selanjutnya. Sebagai contoh dalam keseharian kita berkomunikasi setiap hari dengan anak-anak, saling menolong dan membantu urusan rumah tangga, bersosialisasi dengan anggota keluarga di rumah, semua kegiatan melibatkan panca indera yang kita miliki.

Tentunya apa yang kita lihat, kita dengar dan kita rasakan akan selalu tersimpan di memori otak anak-anak. Segala perilaku atau akhlak yang baik dan buruk dapat terekam dengan mudah. Hal ini tentunya dialami oleh anak-anak di rumah bagaimana keseharian anggota keluarganya berkomunikasi. Secara tidak langsung, mereka belajar tentang perilaku di lingkungan keluarga yang menjadi kebiasaan dan membentuk karakter mereka sehari-hari.

Perilaku dan kebiasaan yang mereka temui tak selamanya baik atau tak selamanya tidak baik, tapi tanpa mereka sadari perilaku yang baik atau tidak itu akan menjadi pembiasaan mereka sehari-hari pada akhirnya akan menjadi habitatnya dan  membudaya.
Hal ini akan menjadi masalah yang besar. Apapun perilaku orang tua dapat berdampak pada karakter dan sikap perkembangan anak. Dengan begitu, sebagai orang tua sangat penting bagi kita untuk menanamkan dan membiasakan pendidikan karakter sejak dini yang dimulai dari lingkungan keluarga di dalam rumah tangganya.
"In ahsantum ahsantum li anfusikum fa in asa'tum falalahaa"
Orang tua sangat berperan penting untuk menanamkan akhlak dan  pendidikan karakter terutama di rumah. Peran sebagai orang tua adalah membentuk anak yang religius, mandiri, komunikatif, aktif kreatif, berinisiatif, peduli, berjiwa nasionalisme tinggi, mampu bergotong royong dan memiliki integritas serta loyalitas yang tinggi.

Keberhasilan orang tua dalam menanamkan nilai-nilai sikap dan karakter kepada anak-anak mereka tergantung pola asuh yang mereka terapkan. Orang tua yang mendidik secara demokratif, penyayang dan komunikatif, maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang matang dan percaya diri. Orang tua yang otoriter, egoos dan suka mengatur menjadikan anak akan minder dan rendah diri.  Dan anak yang tumbuh di lingkungan keluarga yang suka marah-marah, apatis dan tidak harmonis menjadikannya mereka menjadi pendiam dan pendendam. Jadi, orang tua perlu mengupayakan secara maksimal kebaikan-kebaikan yang ditanamkan di rumah, selalu instrospeksi setiap harinya, berkelanjutan dan istiqomah membimbing, mendidik dalam kebaikan dan menyembunyikan kekurangan/kekhilafan di depan anak-anaknya.
Orang tua harus bertanggung jawab mengenalkan konsep keagamaan dan amaliah ibadah kepada anak-anaknya di rumah sejak dini. Orang tua yang taat dan patuh terhadap agamanya kemungkinan besar akan membentuk karakter anaknya juga dalam disiplin beragama, misalnya mengajak anak disiplin shalat lima waktu, mengaji, gemar berinfak sodaqah, bisa  bekerjasama, membantu keluarga dirumah, salinh menghormati, menghargai, berperilaku sopan, ramah, saling menyayangi, toleransi, tertib dan disiplin hidupnya.

Proses pembelajaran di sekolah secara daring harus diiringi peran orang tua yang besar dalam membantu belajar di rumah yang lebih maksimal . Dengan demikian membantu mereka berfikir lebih disiplin mengatur waktu, mandiri, tertib, bertanggungjawab dan agamis.
Orang tua juga wajib memberikan contoh suri teladan/uswah hasanah kepada anak-anaknya, selalu berkata yang baik dan menghindari kata-kata kotor. Tidak bertengkar dan saling menyalahkan dengan pasangan di depan anak-anaknya. Sebagai anak, mereka akan melakukan apa yang dikatakan atau dilakukan oleh orang tuanya sebagai guru di rumah. 
Sedikit banyak mereka akan meniru ketika orang tuanya berkata kasar, semaunya, suka berteriak tidak sopan, tidak mau menghargai, arogan dan bersikap egois. Dengan kata lain bisa jadi anak adalah prototype copy paste dari kepribadian orang tuanya.
Jika hal ini tidak diperbaiki maka akan menjadi luka kesalahan bagi kita selaku orang tua. Keteladanan yang baik terus menerus diteladankan orang tua  akan membantu pembentukan karakter akhlak yang baik pula pada diri anak.
Begitu juga sebaliknya, jika orang tua menunjukkan teladan yang tidak baik maka sikap dan karakter akhlak yang tidak baik pun akan terbentuk dalam diri mereka anak-anaknya.

Pendidikan karakter ini dimulai dari rumah yaitu lingkungan keluarga dan anggota keluarga secara terus menerus berkesinambungan dengan melakukan karakter sikap yang sopan dan santun dalam berbicara ketika di lingkungan masyarakatnya, hormat kepada yang lebih tua dan ke orang tua. Karakter yang baik dari semua anggota keluarga dapat berdampak bagus dalam terbentuknya karakter positif bagi anggota keluarga lainnya. Kunci keberhasilannya adalah keteladanan akhlak mulia orang tua di lingkungan keluarga.

"Innama bu'istu liutammima makaarimal akhlaaq"
Rasulullah pribadi mulia dalam menyempurnakan akhlak manusia.
Besar harapan bahwa orang tua mampu membentuk sikap dan karakter seorang anak, baik dalam bertutur kata, bertingkah laku, bergaul, bersikap dan bertindak. Ketahuilah bahwa pendidikan dalam keluarga adalah sekolah yang terbaik untuk membentuk karakter anak sejak dini hingga dewasanya kelak.
Peran keluarga yang seimbang, harmonis  dan selaras dengan peran guru sangat di perlukan dalam membentuk sikap dan karakter anak. Keluarga merupakan induk utama yang pertama kali dan harus mampu memberikan pendidikan akhlak mulia dan contoh terbaik untuk turut serta membentuk karakter anak yang baik pula.

Guru berperan dalam pendidikan karakter merupakan nomor kedua untuk anak di sekolah yaitu , guru mempunyai peran penting sebagai pelaku utama. Guru merupakan sosok yang bisa digugu dan ditiru atau menjadi idola bagi anak. Guru bisa menjadi sumber inspirasi, inisiasi, kreasi dan motivasi peserta didiknya di sekolah dan dalam pembelajaran daring.

Pendidikan karakter pada anak tentu saja tidak hanya ditentukan oleh guru tetapi orang tua dan lingkungan masyarakat juga turut andil saling mempengaruhi. Oleh karenanya sebagai orang tua, kita harus membangun nilai-nilai pendidikan karakter sedini mungkin kepada anak kita karena orang tua adalah rumah pertama bagi mereka maka akan sangat mudah mengajarkan pendidikan karakter tersebut.
Jika peran guru, orang tua, dan lingkungan masyarakat sudah berjalan sebagaimana fungsinya maka tidaklah sulit untuk mewujudkan nilai-nilai pendidikan akhlak dan  karakter yang telah kita ajarkan kepada peserta didik .
Dengan adanya kerjasama, saling menasehati dalam kebaikan dan komunikasi yang baik maka tidaklah sulit menjadikan peserta didik menjadi manusia yang cerdas, ttampil dan berilmu tapi juga manusia yang memiliki karakter atau kepribadian akhlakul karimah serta tujuan pendidikan sebagaimana tertuang dalam UU No 20 tahun 2003 dapat terlaksana dengan baik.
Isi UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Puncak dari tujuan pendidikan Nasional itu sendiri adalah menjadikan anak yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia. 
Akhlak mulia inilah yang harus terus menerus ditumbuhkembangkan oleh kita semua sebagai pendidik khususnya, lingkungan masyarakat dan orang tua pada umumnya.
Kehadiran dan sapaan yang ramah menjadikan anak tumbuh sehat di dalam lingkungan keluarga dan masyarakatnya.
Komunikasi yang tepat dengan pendekatan psikologi, sosiologi dan religius membekas dan tertanam akhlak mulia di dalam dirinya.
Komunikasi intens di antara mereka menumbuhkan sikap baik yg terpatri dan selanjutnya pembiasaan hidup yang terbaik dalam kesehariannya.