METODE PROYEK UNTUK ANAK USIA DINI DI MASA PANDEMI
  • 13 Agustus 2021
  • 4708x Dilihat
  • Gumeulis

METODE PROYEK UNTUK ANAK USIA DINI DI MASA PANDEMI

METODE PROYEK UNTUK ANAK USIA DINI DI MASA PANDEMI
Oleh: Rismayati

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meminta selama pandemi Covid-19 ini, guru-guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tidak memberikan tugas macam-macam kepada muridnya. Selama masa pandemi ini, anak-anak diberikan kemerdekaan untuk bermain sepuas-puasnya di rumah. Demikian disampaikan Plt. Direktur Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Pendidikan Anak Usia Dini, Abdoellah dalam video konferensi pada Selasa 31/3/2020 lalu. (koran Bernas)

Wabah COVID-19 membuat banyak kegiatan publik beralih dengan pusat aktivitas utamanya berada di rumah. Situ-asi ini merupakan realitas baru yang juga dialami dunia pendidikan utamanya terjadi pada pengajaran Pendidikan Anak Usia Dini, dan di masa pandemi ini kebanyakan orang tua berpendapat bahwa  Pendidikan Anak Usia Dini bukanlah suatu kebutuhan, mereka lebih memilih untuk tidak meyekolahkan anaknya di satuan Pendidikan Anak Usia Dini.

Menanggapi hal tersebut saya sebagai seorang guru PAUD merasa tertantang untuk menyadarkan orang tua bahwa Pendidikan anak usia dini sangatlah penting karena di usia inilah dibutuhkan stimulus-stimulus yang dapat mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki oleh anak usia dini. Selain itu sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi seorang pendidik untuk mencari dan menemukan metode pembelajaran yang tepat, menyenangkan dan dapat dilaksanakan di rumah sekaligus dapat mengoptimalkan seluruh potensi siswa yang sedang berada di masa keemasannya.

Dalam Al Qur'an surat An nahl ayat 78 Alloh berfirman "Dan Alloh mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun. Dan dia memberimu penglihatan, pendengaran dan hati nurani agar kamu bersyukur ". Dari ayat tersebut kita dapat mengetahui bahwa manusia dibekali potensi penglihatan, pendengaran dan hati, kita sebagai orang tua dan guru memiliki tanggung jawab untuk mengoptimalkan potensi tersebut dengan mengenalkan tauhidulloh. Karena anak usia dini sedang berada dalam kondisi hidayatul Fitri dimana masa tersebut merupakan masa potensial untuk memberikan pembiasaan-pembiasaan cara melaksanakan ibadah yang sesuai dengan tuntunan Alloh SWT dan rasul-Nya.

Berbagai penelitian menunjukkan tahun-tahun awal usia manusia merupakan masa emas yang membentuk dasar berbagai kemampuan anak. Mulai dari motorik, kognitif, hingga kemampuan sosial dan emosional. Salah satu penelitian menyebutkan bahwa pada usia 4 tahun kapasitas kecerdasan anak telah mencapai 50 persen, oleh karena itu usia dini merupakan pondasi yang sangat menentukan pada perkembangan selanjutnya.

Selama pelaksanaan proses belajar dari rumah, guru dan orangtua mendapat tantangan untuk tetap melaksanakan kegiatan belajar dari rumah, hal ini tak lepas dari peran guru PAUD yang bekerjasama dengan orang tua agar kegiatan pengembangan anak tetap terlaksana. Guru berperan sebagai fasilitator dituntut untuk menciptakan teknik belajar dan menyajikan bahan dengan cara yang menarik sehingga anak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan. Begitupun orangtua berperan aktif dalam memfasilitasi setiap kegiatan belajar anak melalui penyediaan media belajar, salah satunya media pembelajaran online.

Untuk mengadopsi sebuah metode pembelajaran, kita sebagai guru PAUD harus mengetahui karakteristik anak usia dini agar kompetensi dasar siswa dapat berkembang secara optimal. Berikut adalah karakteristik anak usia dini menurut para ahli.

  1. Memiliki rasa keingintahuan yang besar pada dunia di sekitarnya.
  2. Memiliki pribadi yang unik. Setiap anak memiliki minat, bakat dan gaya belajar masing-masing.
  3. Berfikir kongkrit. Berfikir berdasarkan pada makna sebenarnya.
  4. Egosentris, sikap anak yang cenderung memperhatikan dan memahami segala hal dari   sudut pandangnya sendiri.
  5. Senang berfantasi dan berimajinasi merupakan kemampuan anak dalam menciptakan objek ataupun kejadian namun tidak didukung dengan data-data yang nyata.
  6. Aktif dan energik.
  7. Berjiwa petualang. Anak memiliki rasa ingin tau yang besar biasanya disertai dengan menjelajahi dunia di sekitarnya.
  8. Belajar banyak hal menggunakan tubuh.
  9. Memiliki daya konsentrasi yang pendek
  10. Bagian dari mahluk sosial. Anak akan senang jika bisa diterima serta berada di dalam lingkungan teman-teman sebayanya. Mereka senang melakukan kerja sama serta saling memberikan semangat pada teman-teman lainnya. Anak membangun konsep pada dirinya melalui interaksi sosial yang terjadi di sekolah. 
  11. Spontan. Anak bersikap tanpa rekayasa.
  12. Kurangnya pertimbangan, anak usia dini belum mengetahui apakah yang dilakukannya yang  membahayakan dirinya atau tidak.
  13. Memiliki semangat belajar yang tinggi. Ketika anak-anak memiliki keinginan yang menyenangkan serta menarik perhatian mereka tentu saja membuat anak akan berusaha untuk terus mencari cara agar dapat memahami hal-hal yang mereka sangat inginkan.
  14. Masa Belajar yang paling potensial.
  15. Mudah sekali frustasi rasa keingin tahuannya yang besar dan berlebih terkadang membuat anak mudah sekali frustasi apabila keingintahuannya tersebut tidak segera dituruti.

Dengan memperhatikan karakteristik anak usia dini seorang pendidik dituntut untuk menyusun kegiatan pembelajaran yang menarik sesuai dengan kebutuhan anak didiknya.

Penerapan Metode Proyek Di Masa Pandemi

Pembelajaran berbasis proyek adalah pembelajaran dengan menggunakan tugas proyek sebagai metode pembelajaran. Para siswa bekerja secara nyata, seolah-olah ada di dunia nyata yang dapat menghasilkan produk secara nyata atau realistis.

Di masa pandemi ini model pembelajaran proyek dapat dikombinasikan dengan daring. Guru PAUD dapat merancang sebuah kegiatan yang menarik berbasis kurtilas. Guru harus membuat sebuah hasil karya di setiap minggunya sesuai tema dan sub tema. Hasil karya tersebut merupakan hasil akhir yang harus melewati tahapan-tahapan disetiap harinya.

Orang tua diharapkan dapat mendampingi putra putrinya dalam melaksanakan proyek pembelajaran. Dibutuhkan semangat dan kesabaran bagi orang tua yang mendampingi putra-putrinya yang masih dalam usia dini. Bahkan tidak menutup kemungkinan orang tua lebih kreatif dalam menyajikan pembelajaran.

Langkah-langkah model pembelajaran proyek secara daring

Langkah pertama yang kita lakukan untuk melaksanakan model pembelajaran ini  adalah menginformasikan pada orang tua bahwa model pembelajaran yang akan kita laksanakan adalah model pembelajaran proyek. Orang tua mendapatkan informasi tentang jadwal mingguan dan harian.

Guru membuat sebuah video pijakan awal yang menginformasikan kepada siswa tentang hasil karya yang akan dibuat. Dalam video tersebut guru menjelaskan tujuan pembelajaran sebagai pengetahuan bagi siswa sekaligus menjadi motivasi atau dorongan bagi siswa untuk melaksanakan proses pembelajaran. Siswa mendapatkan penjelasan tentang tahapan yang akan dilaksanakan.

Setelah siswa mendapatkan informasi melalui video. Dilanjutkan dengan diskusi kelompok melalui video call untuk menggali informasi dari siswa tentang pemahaman mereka mengenai proyek yang akan dilaksanakan.

Di akhir minggu siswa diharapkan dapat mempresentasikan hasil karya yang dibuatnya. Bentuk presentasinya disesuaikan dengan kemampuan siswa. Idealnya siswa dapat menyebutkan manfaat dari hasil karya yang dibuatnya serta menyebutkan bahan- bahan apa saja yang digunakan untuk membuat hasil karya tersebut. Lebih bagus lagi siswa dapat menceritakan secara runut proses pembuatannya.

Di masa pandemi ini merupakan waktu yang paling tepat untuk membangun kerjasama antara orang tua dan guru, dalam memproses anak untuk menjadi generasi yang qurota' ayun. Karena tidak semua orang tua memiliki kemampuan untuk merancang sebuah kegiatan yang mampu mengoptimalkan semua potensi yang Alloh SWT anugrahkan.