MODEL PEMBELAJARAN SISWA YANG DISESUAIKAN DENGAN GAYA BELAJAR DI MASA PANDEMI

MODEL PEMBELAJARAN SISWA YANG DISESUAIKAN DENGAN GAYA BELAJAR DI MASA PANDEMI

MODEL PEMBELAJARAN SISWA YANG DISESUAIKAN DENGAN GAYA BELAJAR DI MASA PANDEMI

Sudah hampir dua tahun ini kita tidak bertatap muka antara siswa dengan guru, semua proses pembelajaran kini berbasis daring dan para pendidik pun mau tidak mau harus terus mengasah kemampuan dibidang digital. Tak sedikit dari para guru yang harus lebih matang mempersiapkan media pembelajaran yang digunakan agar siswa bisa menyerap ilmu secara optimal. Namun pada kenyataanya masih ada guru yang masih beradaptasi dengan proses pembelajaran secara daring yang memanfaatkan penuh media digital. Tidak hanya para pendidik yang harus ekstra menyiapkan materi juga media pembelajaran sedemikian rupa, Tetapi seharusnya para siswa pun turut mengupgrade kemampuan digital mereka untuk proses pembelajaran secara  daring bukan hanya mengupgrade aplikasi kekinian yang begitu booming.  Karena tidak sedikit siswa yang masih mengeluh dengan kendala media belajar yang digunakan. Harapannya siswa dengan guru sama-sama berjuang untuk terus mengasah kemampuan digital yang menunjang proses pembelajaran agar berjalan beriringan.

Tidak sedikit siswa yang mengeluh bosan belajar daring dirumah, dan ada yang sudah tidak sabar ingin segera masuk sekolah. Adanya keluhan-keluhan tersebut mungkin saja karena para siswa merasakan kejenuhan dalam proses pembelajaran, atau bahkan mereka merasa tidak tertarik untuk memperhatikan secara penuh materi yang disampaikan oleh guru saat proses pembelajaran daring. Dengan adanya kasus tersebut kita sebagai pendidik harus berpikir apa penyebab siswa merasa seperti itu, apakah metode penyampaian yang kurang menarik atau karena media yang digunakan terlalu pelik. Ada baiknya dalam seminggu sekali kita melakukan evaluasi proses pembelajaran siswa, apakah siswa dapat memahami materi dengan baik atau apakah siswa tertarik dan antusias dengan materi yang kita sampaikan. Jika hanya nilai yang dijadikan sebuah indikator keberhasilan suatu proses pembelajaran rasanya kurang efektif, karena siswa bisa saja tidak memahami atau tidak tertarik dengan materi yang kita sampaikan dan berpikir yang penting tugas dikerjakan mau darimanapun jawaban soal didapatkan.

Jika dikaitkan dengan jenis-jenis gaya belajar siswa, yang memiliki gaya belajar visual dan auditori lah yang paling diuntungkan dengan adanya proses belajar secara daring. Sebelum membahas lebih jauh mengenai gaya belajar siswa, alangkah lebih baik kita pahami jenis-jenis gaya belajar terlebih dahulu. Setiap siswa pada dasarnya memiliki gaya belajar yang berbeda, dengan gaya belajar inilah dapat membantu mereka untuk memahami sebuah materi pembelajaran. Oleh karena itu, mari kita pahami jenis-jenis gaya belajar antara lain:

Gaya belajar Visual

Gaya belajar visual ini yakni , gaya belajar yang mengandalkan penglihatan atau mata untuk mengingat sesuatu. Singkatnya orang dengan gaya belajar visual mereka bisa menghafal atau mengingat sesuatu dengan cara melihat. Misalnya ada orang yang cepat hafal hanya dengan membaca, melihat tayangan video, atau foto, sudah dipastikan orang-orang yang seperti itu adalah orang yang gaya belajarnya visual. Jika ada siswa yang gaya belajarnya visual maka arahkan mereka untuk sering membaca buku, dan melihat video pembelajaran. Media yang digunakan untuk membantu siswa dengan gaya belajar visual ini bisa menggunakan media pembelajaran berupa video, atau gambar.

Gaya Belajar Auditori

Gaya belajar auditori ini, adalah gaya belajar yang mengandalkan indera pendengaran atau telinga untuk mengingat sesuatu. Orang dengan gaya belajar auditori ini bisa menghafal atau mengingat sesuatu dengan cara mendengar.  Biasanya mereka memiliki kemampuan mendengar yang sangat tajam. Orang-orang yang mempunyai gaya belajar auditori biasanya bisa langsung hafal atau mengingat materi yang disampaikan oleh guru dikelas tanpa perlu membaca buku. Biasanya mereka lebih mengingat apa yang mereka dengar daripada apa yang mereka lihat. Jika ada siswa yang memilik gaya belajar seperti ini, maka arahkan untuk memperbanyak diskusi dengan teman, orang tua, kakak kelas atau bahkan guru dalam menggali materi atau suatu bahasan. Selain itu, mereka bisa mendengarkan video pembelajaran atau bisa merekam saat   melaksanakan video conference dengan guru agar bisa didengarkan ulang. Metode pembelajaran yang bisa diterapkan kepada siswa yang gaya belajarnya auditori yaitu dengan cara membuat video pembelajaran disertai penjelasan yang memiliki suara rekaman guru menjelaskan, atau bisa memanfaatkan fitur voice note pada media whatsapp untuk diskusi.

Gaya Belajar Kinestetik

Gaya Belajar kinestetik ini merupakan gaya belajar yang mengandalkan gerak untuk mengingat sesuatu. Biasanya orang dengan gaya belajar kinestetik ini mereka tidak bisa menghafal atau mengingat sesuatu jika tidak bergerak. Mau itu menggerakkan badan, jari, tangan, kaki ataupun seluruh tubuh. Siswa yang paling tidak bisa diam dikelas biasanya mereka memiliki gaya belajar kinestetik. Orang yang gaya belajarnya kinestetik mereka baru bisa menghafal atau mengingat jika harus menghafal sambil bolak-balik, bisa hafal jika sudah ditulis ulang, bisa hafal dengan menggerakan tangan, berbicara sendiri didepan cermin atau dipraktekkan. Orang-orang kinestetik ini biasanya identik dengan siswa yang jago di bidang seni ataupun olahraga. Penanganan proses belajar yang tepat untuk siswa kinestetik yaitu harus mempraktikkan sesuatu, misalya pembelajaran IPA bisa langsung observasi di Laboratorium. Karena saat ini pembelajaran dilakukan secara jarak jauh, maka cobalah menugaskan siswa untuk meresume materi yang disampaikan oleh guru. Dengan menulis otomatis siswa mengerakkan tangannya maka ia akan mudah untuk mengingat materi yang disampaikan oleh guru. Selain itu dalam proses pembelajaran para guru bisa menggunakan alat bantu. Banner, alat peraga, dalam menjelaskan suatu materi.

Dari ketiga gaya belajar tersebut tentunya seluruh siswa memilik  gaya belajar yang berbeda-beda. Masalahnya, bagaimana caranya agar para guru bisa menyampaikan materi secara optimal kepada seluruh siswa dengan gaya belajar yang beragam, tentunya para guru tidak bisa memaksakan satu metode pembelajaran kepada para siswa jika ingin optimal. Maka dengan adanya perbedaan gaya belajar tersebut diharapkan para guru bisa mengkolaborasikan metode pembelajaran yang sesuai antara ketiganya. Dengan adanya kolaborasi media pembelajaran setiap minggunya diharapkan para siswa tidak jenuh dan merasa tertarik dengan proses pembelajaran yang berlangsung. Misalnya guru menyiapkan materi berupa video bergambar berisi suara penjelasan materi tersebut, kemudian guru dapat membuka diskusi dengan mengaktifkan mode microphone agar siswa bebas berpendapat atau bertanya. Selain itu diakhir pembelajaran guru bisa menugaskan siswa untuk meresume materi yang disampaikan tadi.

Dengan adanya pembelajaran jarak jauh ini, kita tenaga pendidik bisa memanfaatkan berbagai media terutama berbasis digital yang notabenenya digandrungi oleh anak-anak generasi milenial. Oleh karena itu kita memanfaatkan media yang memudahkan setiap siswa dengan gaya belajarnya yang berbeda namun tetap bisa menyerap ilmu yang sama. Tentunya hal tersebut bisa menjadi sebuah batu loncatan yang mengantarkan siswa ke gerbang keberhasilan bukan menjadi sebuah tantangan yang melemahkan sebelum berjuang ke medan perang.  Jadi itulah, jenis gaya belajar siswa yang seharusnya memiliki penanganan atau proses pembelajaran yang berbeda. Namun tidak ada salahnya kita sebagai tenaga pendidik bisa mengkolaborasikan ketiganya. Meskipun agak berat tidak papa biar kita coba saja. Tentunya setiap guru mengharapkan keberhasilan transfer ilmu kepada para siswa agar pengetahuan mereka bertambah dan sama-sama mendapatkan barokah. Aamiin. (ditulis oleh Rezka Puspitasari, S.Sos).