Mulai Saat Ini

Mulai Saat Ini

Mulai Saat Ini

oleh: Ruhiman, M.Pd.

Guru MTsN 2 Bandung Barat

 

"Mulai saat ini, marilah kita jadikan pelajaran kejadian tersebut untuk kehidupan yang lebih baik!"
"Marilah, mulai saat ini kita berubah ke arah yang lebih baik!"
"Mulai saat ini ... marilah ... dan seterusnya."
Acap kali kalimat-kalimat macam itu kita dengar. Atau, kita sendiri yang mengucapkannya. Tak jarang diucapkan dengan suara lantang, optimistis. Kalimat tersebut lazimnya diujarkan untuk tujuan persuasif dan memotivasi.  Misalnya, orang tua berkata kepada anak-anaknya, guru kepada murid-muridnya, ketua sebuah organisasi/lembaga kepada anggotanya, seorang instruktur diklat kepada peserta, atau pada tataran yang lebih luas seorang kepala negara kepada rakyatnya. Ekspektasi dari kalimat itu secara eksplisit adalah perubahan ke situasi/kondisi yang lebih baik dimulai saat kalimat itu diujarkan. Permasalahan yang muncul kemudian apabila ekspektasi yang telah digaungkan itu tidak sesuai dengan kenyataan: tetap atau malah lebih buruk. Lalu, apa yang salah?

Ada banyak hal yang perlu dikaji ulang manakala perubahan yang kita harapkan tak kunjung datang. Pengkajian itu secara mendasar menyangkut dua hal: persona dan program. Persona menempati posisi utama dan paling vital untuk dievaluasi. Adapun program, adalah hal abstrak (konsep) hasil pemikiran dan konvensi tiap persona. Penerjemah program itu sudah jelas adalah persona. Hal ini pula yang memengaruhi sejauh mana kualitas pemikiran persona mampu menyusun program secara logis-sistematis sebagai pedoman dalam beraksi.

Perubahan menuju keadaan yang lebih baik akan tercapai atau sebaliknya, bergantung pada beberapa faktor. Pengujaran kalimat ajakan itu bukan hal terpenting. Aksi nyata yang berpijak pada program yang telah disusun secara matang, jauh lebih penting dan akan signifikan bagi kehidupan ini. Idealnya, setiap ujaran berangkat dari pemikiran, lalu menjadi perbuatan sebagai manifestasinya. Oleh karena itu, mulai saat ini, tunjukkan aksi nyata lewat kinerja terarah meskipun nihil bicara.