Orang Tua Menjerit Dituntut Memiliki HP dan Cukup Kuota Untuk Belajar

Orang Tua Menjerit Dituntut Memiliki HP dan Cukup Kuota Untuk Belajar

Orang Tua Menjerit Dituntut Memiliki HP dan Cukup Kuota Untuk Belajar

oleh: Taufik Ismail, S.Pd., M.Pd. (MAN 1 Indramayu)

Dunia dibuat gempar, dengan adanya wabah Virus Corona atau Covid-19 yang semakin merebak di sebagian besar negara termasuk Indonesia tidak hanya menyebabkan gejala dan penyakit fisik saja. Akan tetapi, juga memberikan dampak psikologis baik pada penderita atau masyarakat luas. Rasa takut, cemas dan mencekam. Apalagi ketika negara melaksanakan locdown. Situasi yang dikatakan darurat, bagi negara karena untuk mencegah penularan virus. Situasi dibuat mencekam, semua orang dilarang beraktivitas. Kecuali tenaga medis dan penjual sembako.

Bagi penderita, dampak psikologis bisa dirasakan, seperti perasaan tertekan, stres, cemas saat didiagnosis positif Covid-19. Penderita bisa merasa cemas atau khawatir secara berlebihan ketika privasinya atau identitasnya bocor kepada publik sehingga berdampak dikucilkan oleh lingkungan sekitarnya.

Dalam kondisi ini, reaksi dari penderita bisa berupa bersikap tidak jujur dengan riwayat penyakit, perjalanan sebelumnya dan pernah kontak dengan penderita Covid-19 lain kepada tenaga medis. Reaksi lainnya bisa berupa penderita merasa cemas atau khawatir tentang hasil yang lambat setelah perawatan medis. Bagi masyarakat luas dapat menimbulkan perasaan tertekan, stres dan cemas dengan pemberitaan mengenai meningkatnya jumlah penderita Covid-19.

Reaksi masyarakat dapat berupa memproteksi secara berlebihan terhadap diri maupun keluarganya. Misalnya dengan mencuci tangan berulang kali, membersihkan rumah dan lingkungan terus-menerus.

Lebih jauh, hal ini dapat menimbulkan gejala obsesif compulsif, yaitu gangguan mental yang menyebabkan penderitanya merasa harus melakukan suatu tindakan secara berulang-ulang. Bila tidak dilakukan, individu tersebut akan diliputi kecemasan atau ketakutan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada masyarakat yang kurang bijak menyikapi kebijakan pemerintah untuk 14 hari beraktivitas di dalam rumah (belajar, bekerja dan beribadah di rumah), dimana mereka malah berlibur ke tempat wisata. Masyarakat inilah yang sebaiknya perlu diedukasi mengenai pentingnya mematuhi kebijakan pemerintah dan dampak dari sikapnya tersebut bagi keluarganya dan masyarakat lain.

Sudah lebih dari satu tahun pandemi covid-19 berlangsung di Indonesia. Sesuai dengan peraturan pemerintah setiap orang wajib melakukan 3 M (Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak). Hal ini dilakukan untuk memutus rantai pandemi covid-19 (Corona Virus Disease) yang sangat mematikan. Pandemi covid-19 tidak hanya dirasakan di Indonesia saja, tetapi diseluruh dunia. Berbagai upaya telah dilakukan agar masa pendemi segera berakhir karena pandemi menghancurkan seluruh sektor kehidupan, salah satunya sektor Pendidikan.

Di tengah pandemi yang terus melaju, dunia Pendidikan harus terus mendapatkan perhatian khusus agar tidak terdampak buruk. Apabila membahas tentang dunia pendidikan, maka akan membahas masa depan suatu bangsa. Melihat dari kacamata umum sekarang ini, pandemi covid-19 memang banyak menimbulkan ancaman bagi dunia pendidikan, namun dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda, sehingga ancaman dapat diubah menjadi dampak peluang untuk memajukan dunia pendidikan.

Pendemi covid-19 telah mengubah dunia pendidikan mulai dari proses pembelajaran, dimana biasanya dilakukan di dalam kelas dengan tatap muka, namun sejak pandemi berlangsung berubah menjadi belajar daring (dalam jaringan). Guru, siswa dan orang tua dituntut untuk bisa menghadirkan proses pembelajaran yang efektif dan aktif walaupun dilaksanakan dari rumah masing-masing.

Memang ada pengaruh baiknya juga, karena para guru dituntut untuk menguasai berbagai macam jenis model pembelajaran dan alat pembelajaran dengan menggunakan komputer atau berbasis internet, kalau pada waktu belajar tatap muka para guru masih tenang-tenang saja yang tidak bisa menggunakan atau mengoperasikan komputer, tetapi pada era pandemi covid-19 ini para guru semuanya dituntut untuk menguasai komputer dan internet dengan menggunakan model belajar dan pembelajaran di internet atau menggunakan elerning atau juga minimal menggunakan whatshapp.

Disamping itu para otang tua menjerit, karena anak-anak mereka dituntut untuk memiliki HP android yang modern dan memiliki cukup kuota internet tiap bulannya. Dari tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi semuanya menggunakan pembelajaran daring atau online. sebagian dari mereka ada yang diberi kuota belajar oleh pemerintah. tapi gimana bagi mereka yang tidak mampu. yang tidak memiliki HP canggih dan tidak memiliki kuota internet yang memadai.

Bagi mereka siswa-siswi terutama di sekolah saya yaitu di MAN 1 Indramayu yang tidak memiliki HP yang memadai, mereka disuruh bergabung dengan temannnya yang dekat rumahnya untuk pembelajaran jarak jauh atau online. Atau mereka juga bisa datang langsung ke sekolah atau madrasah (MAN 1 Indramayu) untuk menggunakan fasilitas di Laboratorium komputer dengan menggunakan wi-fi yang ada di MAN 1 Indramayu.

Akan tetapi kemudahan itu akan segera sirna, ketika pembelajaran dimulai, dimana mungkin setiap guru memiliki berbagai tugas yang perhari, per minggu. Semakin banyak tugas, itu yang harus segera dilaksanakan. Sementara para siswa dengan belajar tatap muka saja masih banyak kesulitan untuk menerima pembelajaran itu apalagi melalui daring atau online. Lebih-lebih lagi pelajaran matematika, kalau tidak dijelaskan oleh guru dengan seksama, makan susah untuk menguasai rumus dan cara penyeselaian soal tersebut. Itu yang saya lihat dari diri anak saya yang kini duduk di kelas XII IPA 1 MAN 1 Indramayu. Mungkin saya bisa membimbing tugas dari guru, walaupun tidak semuanya. Akan tetapi bagaimana mereka yang orang tuanya sama sekali tidak mengerti dan lain sebagainya. Mereka bisanya dari mana? melalui pembelajaran online, membeli buku, terkadang susah karena guru dituntut tidak boleh menjual buku kepada siswa, belajar di oline yaitu elearning susah juga.

Tugas tidak maksimal di kumpulkan daftar hadir banyak yang tidak mengisi, ketika ujian atau semesteran nilai nya tidak maksimal, sedangkan kita sebagai guru dituntut untuk memberikan nilai kepada siswa yang bagus atau meningkat dari semester kemaren, bagaimana itu bisa terjadi???    

Model pembelajaran daring atau online dimasa pandemic atau covid-19 yaitu menggunakan elearning juga menggunakan Whatshapp, tapi lagi-lagi kendalanya Kuota dan tidak memiliki HP. Kemudian tugas menumpuk, sekali saja mereka tidak atau terlambat mengerjakan tugas, maka tugas itu akan menumpuk.

Dampak yang positifnya yaitu bagi Guru-guru MAN 1 Indramayu adalah para guru dituntut untuk melakukan pembelajaran jarak jauh atau DARING online. Maka setiap guru harus mampu menggunakan media yaitu HP atau Laptop dengan fasilitas internet. baik yang muda maupun yang sudah tua, baik yang honorer maupun yang sudah PNS semua harus mengajar dan bisa menggunakan kemajuan modernisasi, yaitu pembelajaran DARING.

Harapan terhadap situasi Wabah Pandemi Covid-19, agar segera berlalu dan pergi Jauh-jauh atau MATI, tak hidup lagi. agar dunia kembali seperti semula diantaranya belajar juga bisa Tatap muka, bisa berpergian kemana saja, bisa melakukan aktifitas yang Luar Biasa dan para Guru dapat ilmu menggunakan alat modernisasi untuk digunakan dalam Proses Belajar Mengajar, agar sesuai dengan tujuan negara Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, itu akan terjadi Insyaalllah.