Pada Akhirnya Semua Harus Beradaptasi
Pada Akhirnya Semua Harus Beradaptasi
Fahmi Subiharto, S.Pd.
Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
MA Alwasilah Lilhasanah Sukabumi
Sebut saja jagur sepeda motor tua tahun produksi 2004 yang selalu setia mengantarkan saya untuk bertugas mengabdi untuk negeri. Sebagai seorang pendidik di sekolah pedesaan yang jauh dari ruah-riuh keramaian kota. Hanya ada kicauan burung, jangkrik, katak, orang pergi bekerja ke kebun dan anak yang berjalan kaki untuk berangkat ke sekolah berkilo-kilo meter melewati jalan bebatuan bercampur tanah merah. Jagur tetap setia.
Tetapi di awal tahun 2019, ketika wabah pandemik covid-19 mempengaruhi semuanya. Jagur murung tak banyak keluar rumah. Hanya berdiam di ruang tengah dekat dengan kursi, rak buku dan televisi. Saya pun begitu, kegiatan sebagai pendidik yang biasanya dilakukan di sekolah, sekarang harus dilaksanakan di dalam rumah dengan memanfaatkan teknologi. Beragam aplikasi pembelajaran pun menjadi alternatif solusi. Mulai dari aplikasi sederhana sampai aplikasi luar biasa canggihnya, dapat meniru seperti mengajar di dalam kelas.
Perubahan mengajar tatap muka dengan secara daring memerlukan waktu yang panjang untuk beradaptasi. Sampai dapat terbiasa dan melakukan inovasi-inovasi dalam kegiatan pembelajaran. Pada saat pertama kali belajar secara daring, saya selalu mengeluh dan mengeluh. Luapan keluhan itu saya ceritakan kepada jagur. Dari mulai keluhan jaringan internet yang tidak stabil, menghabiskan uang untuk membeli kuota, aplikasi yang selalu keluar sendiri, ukuran memori telepon genggam yang penuh, dan lain sebagainya. Belum lagi keluhan dari peserta didik dan orangtuanya. Keluhannya rata-rata tidak memiliki telepon genggam, sinyal yang jelek dan tidak bisa membeli kuota karena ekonomi yang lemah.
“Jagur yang lusuh, izinkan saya mengutarakan isi hati tentang yang sekarang sedang dirasakan.” Curahan hati saya kepada jagur.
“Jagur yang lusuh, saya mengeluh dengan semua ini, wabah pandemik mempersulit untuk mengabdi kepada negeri. Mengajarkan wawasan keilmuan, budi pekerti dan lain sebagainya. Sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional pasar 3 undang-undang No. 20 tahun 2003.”
“Jagur yang lusuh, pasal itu banyak membahas tentang mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Serta mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang mahasa Esa, berakhlak mulia, sehat, berimu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
“Jagur yang lusuh, saya harus bagaimana, jiwa saya menolak untuk diam di rumah. Saya ingin pergi ke sekolah dan mengabdikan dengan pasal pendidikan nasional tersebut”.
“Jagur yang lusuh, kehidupan normal menjadi berubah. Semua dipaksa harus mengikuti keadaan, dapat menyesuaikan dengan lingkungan.”
“Jagur yang lusuh, jagur yang menemani saya pergi kemana saja, andai kata jagur dapat berkata, apa yang jagur akan katakan tentang keadaan saat ini.”
“Jagur yang lusuh, saya mengeluh”.
Wabah mengganggu akses publik sampai semua harus berusaha bertahan demi kelangsungan hidup, termasuk aku dan peserta didik. Mungkin di awal bulan terjadinya pandemik covid-19, pembelajaran masih dalam kebingungan. Pendidik merancang pembelajaran yang efektif tanpa harus membebankan orangtua peserta didik dalam menyiapkan fasilitas belajar daring. Mulai dari konsep belajar berkelompok di kampung halamannya, satu telepon genggam untuk beberapa peserta didik sampai rancangan-rancangan lain. Belum lagi pendidiknya yang terus berkembang beradaptasi dengan keadaan. Seminar-seminar pembelajaran secara daring diambil untuk menambah rancangan pembelajaran yang unik dan efektif bagi semua kalangan. Tak luput juga soal administrasi yang dibuat se-sederhana mungkin atau lebih tepatnya administrasi khusus pandemik.
Motivasi saya untuk melewati pandemik ini adalah terbentur, terbentur sampai terbentuk. Ketidaknyamanan saat ini adalah bentuk dari benturan, benturan dan benturan. Sampai mendapatkan hasil yaitu terbentuk. Semoga semua kalangan dapat bertahan dan beradaptasi, lebih khususnya para pendidik yang mengabdikan dedikasinya untuk negeri. Besar harapan pandemik ini segera selesai dan dunia mulai normal kembali dalam beraktivitas. Suara tawa peserta didik, ruang kelas, ruang kantor, jagur yang bergema dan jalan pedesaan di pagi hari menjadi memori yang terpatri dalam kepala. Ayo pendidik dan peserta didik, kita harus bertahan dengan keadaan pandemik ini. Kita terus kembangkan potensi kita, kita terus berinovasi, jangan karena ada wabah pandemik semua jadi terhalang. Ada pribahasa mengatakan “banyak jalan menuju roma”. Dalam artian banyak solusi ketika permasalahan atau kendala menghadang. Jangan menyerah dan putus asa tetap rawat semangat berkembang, demi pendidik di negara kita, Indonesia.