PANDEMI COVID-19?? SIAPA TAKUT

PANDEMI COVID-19?? SIAPA TAKUT

PANDEMI COVID-19??  SIAPA TAKUT

Oleh: Fatimah, S.Psi., M.Psi.

Apa yang akan kita lakukan ketika sedang membuat laporan dengan menggunakan komputer tiba-tiba listrik mati, sementara belum sempat tersimpan datanya? Pasti akan muncul rasa marah atau menggerutu, bukan. Saat listrik menyala, mungkin awalnya malas untuk kembali mengetik dan membiarkan tugas itu berlarut-larut. Namun, mau tidak mau kita harus  mulai mengetik kembali. Kejadian listrik mati membuat kita lebih berhati-hati untuk segera menyimpan laporan yang sudah diketik.

Dalam dunia pendidikan kadang juga muncul kejadian-kejadian yang tidak mengenakkan. Seperti yang terjadi sekarang ini, yaitu adanya penyebaran virus COVID 19 yang berpengaruh pada segala aspek pendidikan.  Sebelum masa pandemi COVID 19 pendidikan di Indonesia berjalan dengan normal. Pembelajaran dilakukan secara tatap muka di mana para pendidik dan peserta didik bertemu di madrasah untuk melakukan proses kegiatan belajar mengajar. Keadaan tersebut berubah ketika muncul wabah COVID 19. Penularannya menyebar dengan sangat cepat yang menyebabkan kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring/online. Pendidik dan peserta didik berkomunikasi melalui media sosial dengan menggunakan HP atau laptop. Terjadi perubahan yang radikal dalam proses pembelajaran yang membuat para pendidik harus inovatif dan kreatif dalam menyampaikan pelajaran kepada peserta didik. Pendidik harus merancang kegiatan pembelajaran online yang menyenangkan dan menarik minat belajar peserta didik. Para pendidik harus menguasai aplikasi-aplikasi dalam pembelajaran seperti E Learning, Google Class Room, Google Meet,  Google Form dan mampu  membuat video pembelajaran yang mudah dipahami oleh peserta didik

Kondisi tersebut tidak sepenuhnya berjalan dengan lancar. Banyak hambatan yang terjadi akibat pembelajaran online, misalnya ketiadaan HP, jaringan internet yang tidak lancar, atau pun ketiadaan pulsa atau paket data. Hambatan ini muncul karena tidak semua peserta didik berasal dari golongan ekonomi mampu. Kondisi pandemi yang sempat menghentikan perputaran roda ekonomi masyarakat menimbulkan masalah baru bagi para orang tua peserta didik. Mereka lebih mengutamakan kebutuhan pokok sehari-hari dari pada harus menyediakan sarana prasarana untuk anaknya agar tetap bisa mengikuti pelajaran. Orang tua juga dituntut untuk mendapatkan penghasilan tambahan sehingga pengawasan terhadap anaknya menjadi berkurang. Akhirnya anak menjadi tidak disiplin dalam mengikuti pelajaran online. Anak menjadi terlambat bangun sehingga tidak mengikuti pembelajaran online dan  jarang mengerjakan tugas sekolah.

Kondisi seperti ini menjadikan peran pendidik terutama guru Bimbingan Konseling sangat penting.  Guru Bimbingan Konseling harus membantu para peserta didik memahami tanggung jawabnya. Ia harus berperan aktif dalam memotivasi para peserta didik agar mereka tetap aktif mengikuti pembelajaran online. Guru Bimbingan Konseling dapat mencari data para peserta didik yang mengalami masalah dalam mengikuti pelajaran online, kemudian mencari tahu penyebab ketidakaktifan mereka dalam mengikuti pelajaran. Setelah teridentifikasi penyebabnya, guru Bimbingan Konseling dapat memberikan layanan bimbingan konseling sesuai dengan permasalahan mereka dengan cara yang kreatif dan inovatif. Guru Bimbingan Konseling dapat menggunakan berbagai macam cara yang membuat peserta didik termotivasi untuk kembali aktif mengikuti pembelajaran online. Salah satunya dengan melakukan kunjungan rumah (home visit) ke rumah peserta didik. Sehingga guru Bimbingan Konseling menjadi lebih paham kondisi dan latar belakang peserta didik.

Di masa pandemi, penggunaan media sosial pada peserta didik juga semakin meningkat. Ini dapat menjadi masalah baru dalam dunia pendidikan. Kemampuan mengendalikan emosi yang belum stabil menyebabkan peserta didik tidak terampil di dalam berkomunikasi lewat media sosial. Hal ini menjadi tugas pendidik untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam menggunakan media sosial secara bijak. Pendidik bisa mengajarkan kalimat-kalimat yang sopan dan tidak menyinggung perasaan orang lain di media sosial. Peserta didik juga diajarkan untuk berlatih mengendalikan emosinya, harus dapat memilih dan memilah hal-hal yang akan diunggah di media sosial.

Aspek pendidikan lain yang juga terkena dampak dari pandemi COVID 19 adalah peserta didik tidak dapat mengembangkan bakat dan minat melalui kegiatan ekstrakurikuler secara tatap muka. Dengan adanya pandemi kegiatan ekstrakurikuler juga dilakukan secara online. Hal ini menjadikan para pendidik harus kreatif dan inovatif dalam membuat rancangan kegiatan ekstrakurikuler online yang menarik bagi peserta didik  sehingga peserta didik tetap dapat mengembangkan bakat dan minatnya. Peserta didik dapat diikutsertakan  pada kegiatan lomba-lomba yang diadakan berbagai macam instansi atau lembaga secara online. Harapan yang dapat dicapai adalah mereka tetap dapat berprestasi di masa pandemi.    

Di masa pandemi, pendidik juga harus memberikan arahan kepada peserta didik yang akan lulus dari madrasah. Pendidik membantu mereka  memilih sekolah lanjutan sesuai dengan bakat dan minatnya.  Di masa pandemi, pendaftaran peserta didik baru dilakukan secara online. Sejak pendaftaran sekolah lanjutan dibuka, pendidik (guru Bimbingan Konseling) memberikan penjelasan tentang sekolah lanjutan, persyaratan masuknya dan prosedur sampai mereka diterima di sekolah yang mereka inginkan. Guru Bimbingan Konseling mendampingi peserta didik dalam proses pendaftaran mulai dari memasukkan data raport, memverifikasi data raport dan mengambil PIN. Guru Bimbingan Konseling juga mendampingi mereka mendaftar lewat jalur afirmasi, prestasi lomba, perpindahan tugas, zonasi dan prestasi raport sampai mereka diterima di sekolah lanjutan yang diinginkan.

Permasalahan-permasalahan pendidikan di masa pandemi memang terasa berat dan banyak tantangannya. Namun, pendidik yang menganggap bahwa semua itu bukan sebagai kesulitan, tapi sebagai suatu tantangan yang harus dihadapi, ia akan bangkit dan menata pendidikan menjadi lebih baik lagi. Untuk mengatasi tantangan tersebut memang tidak semudah membalik telapak tangan tapi memerlukan perjuangan dan pengorbanan. Pendidik yang peduli pada pendidikan akan melakukan sesuatu yang menjadikan peserta didiknya mencapai kesuksesan, bukan hanya diam berpangku tangan.

Pendidik akan tetap beraktivitas seperti sebelum terjadi pandemi COVID 19 walaupun dengan cara berbeda yang lebih kreatif dan inovatif. Ia akan tetap tersenyum menyapa dunia ini. Ia tetap bersemangat mendidik generasi bangsa agar mereka menjadi generasi yang mulia. Ujian dan tantangan itu tetap dihadapinya dengan perasaan ikhlas dan sabar karena pendidik tahu bahwa dengan memberikan pendidikan yang terbaik akan menjadi jalan menuju surganya.