PANDEMI, TEKNOLOGI, DAN STRATEGI PEMBELAJARAN ONLINE

PANDEMI, TEKNOLOGI, DAN STRATEGI PEMBELAJARAN ONLINE

PANDEMI, TEKNOLOGI, DAN STRATEGI PEMBELAJARAN ONLINE

Oleh: DEWI KOMALAWATI, S.Pd.

Munculnya virus Covid-19 pada akhir 2019 yang lalu, menyebakan pandemi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Dampak pandemi ini tidak hanya dirasakan dalam bidang kesehatan. Karena faktanya pandemi covid-19 juga berdampak pada berbagai bidang. Misalnya dalam bidang perekonomian, pandemi telah menyebabkan pelemahan perekonomian nasional. Seperti yang dijelaskan oleh Pengamat Kebijakan Publik dan Pelaku Bisnis, Saiful, di Jakarata (Maret 2020).

Begitu juga dalam bidang Pendidikan, pandemi covid-19 mempengaruhi proses belajar mengajar. Mau tidak mau, suka tidak suka, seluruh insan pendidikan harus menerima perubahan yang terjadi. Perubahan mulai dari sistem, teknis, sampai dengan strategi mengajar. Menyesuaikan dengan kebijakan pemerintah yang dikeluarkan sejak masa pandemi covid-19. Salah satu aturan dan kebijakan pemerintah tersebut menyebutkan bahwa selama pandemi covid-19 berlangsung “WFH menjadi opsi utama yang disarankan pemerintah pusat sejak kasus positif corona mulai meluas pada Maret 2020.”  Hal ini tentu saja dimaksudkan untuk meminimalisasi penyebaran virus covid-19 di tempat kerja.

Sebagai seorang guru, saya turut merasakan dampak pandemi ini. Tidak pernah terpikirkan sedikit pun, bahwasanya saya akan melaksanakan proses belajar mengajar dari rumah. Beratatap muka dengan siswa secara online, menyampaikan materi dan tugas secara online, bahkan koordinasi dengan rekan dan atasan pun dilaksanakan secara online dari rumah. Pada awalnya semuanya terasa canggung, akan tetapi kita semua harus mematuhi aturan pemerintah tentang protokol kesehatan yang telah disepakati bersama. Dan saya menyadari, sebuah perubahan tentu memerlukan waktu untuk bisa beradaptasi, berdamai dengan keadaan.

Dalam situasi canggung dan bingung, proses belajar mengajar harus tetap dilaksanakan. Sambil meraba-raba saya mencoba membaca situasi dengan mengandalkan pengalaman mengajar selama menjadi guru dan aktif mencari informasi serta berkoordinasi. Untung saja, pada masa pandemi cukup banyak lembaga/instansi yang bergerak di bidang pendidikan mengadakan webinar. Berbagi pengalaman, sharing ilmu, juga saling memotivasi, dan itu sangat membantu.

Mengajar pada masa pandemi sungguh pengalaman yang luar biasa. Hambatan dan tantangan yang ada cukup menguras tenaga dan pikiran, bahkan terkadang air mata. Tidak hanya saya sebagai guru yang merasa kebingungan dan kesulitan untuk beradaptasi dengan pembelajaran online, tetapi juga para siswa serta orang tua. Keluh kesah dan sedikit drama mewarnai hari-hari bekerja dari rumah dan belajar dari rumah.

Saya seorang guru yang mengajar di madrasah yang berada di piggiran kota dengan latar belakang siswa yang begitu majemuk. Berdasarkan pengalaman, hambatan dan tantangan pembelajaran pada masa pandemi ini saya klasifikasikan menjadi dua faktor.  Pertama, faktor eksternal dan kedua faktor internal.

Pertama faktor eksternal. Hambatan dan tantangan yang saya rasakan dari faktor eksternal ini adalah dari pihak instansi tempat saya bekerja dan pihak orang tua siswa. Pada awal masa pandemi ini madrasah tempat saya mengajar tidak langsung menemukan strategi atau pun teknik yang benar-benar tepat untuk pelaksanaan pembembelajaran. Hal ini dikarenakan situasi yang terjadi merupakan peristiwa yang tidak terduga. Namun demikian, sebagai salah satu solusi pembelajaran pada masa pandemi pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang kurikulum darurat (kurikiulum covid-19). Sehingga, madrasah dapat mencari solusi yang tepat, sambil berjalan sambil belajar.

Kemudian, faktor eksternal ini juga datang dari pihak orang tua siswa. Selama masa pandemi, keadaan perkekonomian keluarga siswa cukup terganggu. Beberapa orang tua siswa ada yang dirumahkan sementara oleh perusahaan tempatnya bekerja, ada orang tua siswa yang diberhentikan dari pekerjaannya, bahkan ada juga orang tua siswa yang mengalami kebangkutan dalam usahanya.  Ada Sebagian orang tua siswa yang merasa bertambah bebannya karena menurut mereka ternyata mengondisikan putra putri mereka untuk belajar online tidak semudah yang dibayangkan.

Selanjutnya tentang faktor internal, yaitu dari diri gurunya sendiri dan dari pihak siswa. Hambatan dan tantangan ini dirasakan oleh saya (guru) sebagai sesuatu yang sangat serius. Karena, telah bertahun-tahun proses pembelajaran dilaksanakan secara tatap muka langsung di kelas (tradisional). Adat dan kebiasaan mengajar yang hanya menggunakan teknologi ala kadarnya sedangkan saat ini, guru wajib melek teknologi. Guru harus bisa menggunakan teknologi tersebut demi terlaksananya proses pembelajaran yang lebih maksimal.

Guru berusaha mengenal berbagai aplikasi yang dapat menunjang pembelajaran. Sehingga lebih banyak aplikasi yang harus dipelajari dan dikuasainya. Tidak hanya itu, guru juga harus mngondisikan agar siswa pun lebih melek teknologi. Dengan berbagai pertimbangan, guru harus memilih aplikasi mana yang layak digunakan oleh siswa saat pembelajaran jarak jauh seperti saat ini. Aplikasi yang efektif, efesien, dan tentunya harus ekonomis. Belum lagi pengondisian belajar seluruh siswa kurang terkontrol karena kondisi dan situasi masing-asing siswa di rumahnya berbeda-beda.

Bagi siswa, pandemi covid-19, telah memberikan pengalaman belajar baru. Hanya pada saat pandemilah mereka bersekolah tanpa harus berangkat ke sekolah. Pada awalnya banyak siswa yang merasa senang dengan perubahan system pembelajaran selama pandemi ini. Namun, lama-kelamaan seiring dengan munculnya hambatan dan tantangan, siswa pun seolah merasa jenuh dan bosan. Sebagian siswa mengalami penurunan semangat, membangun motivasi belajar menjadi satu hal yang cukup sulit karena dipengaruhi berbagai faktor. Ditambah kesulitan ekonomi yang dirasakan orang tua berimbas pada siswa untuk memiliki kuota internet yang cukup dan memadai untuk belajar.

Rasa cemas dan gemas yang saya rasakan selama melaksanakan pembelajaran jarak jauh ini membuat saya berpikir lebih keras untuk dapat berjalan beriringan dengan situasi pandemi. Keinginan untuk dapat melaksanakan tupoksi sebagai guru dengan baik dan melaksanakan pembelajaran yang efektif serta menyenangkan untuk siswa mendorong saya menjadi lebih berani mencoba berbagai alternatif solusi. Satu diantaranya yaitu dengan mencoba menerapkan pembelajaran bauran (blended learning) yang sesuai dengan pengetahuan yang saya miliki.

Penerapan blended learning ini  saya rasa sangat memudahkan guru dan siswa untuk belajar. Guru dapat menggunggah bahan-bahan pembelajaran pada waktu senggangnya. Kemudian sesuai jadwal yang sudah ditentukan, guru dapat mengoordinasi siswa untuk siap mengikuti proses pembelajaran. Dan untuk tahap evaluasi/penilaian, guru dimudahkan dengan berbagai aplikasi yang sudah tersedia. Dari sisi siswa, siswa dapat belajar, mengakses materi pelajaran, tugas, dan latihan di mana saja sehingga lebih leluasa. Tidak terhalang ruang dan waktu, namun tetap berada dalam pengawasan guru.

Kini, lambat laun guru dan siswa terasa lebih melek teknologi. Pelaksanaan pembelajaran pun menjadi terasa lebih ringan. Koordinasi yang baik antara pihak sekolah dengan orang tua siswa dapat menjembatani terlaksananya pembelajaran yang lebih ideal. Madrasah, guru, siswa, orang tua siswa dan teknologi harus bersinergi membentuk iklim pembelajaran yang kondusif dan sesuai dengan perkembangan zaman. Sehingga terciptalah situasi untuk guru merdeka mengajar dan siswa merdeka belajar.