Pendidikan di Masa Pandemi

Pendidikan di Masa Pandemi

Pendidikan di Masa Pandemi

Januari 2019 adalah awal wabah virus corona yang "menyerang" manusia di tiongkok.Maret 2019 virus corona pun "masuk" ke indonesia,dan perlahan- lahan masuk ke negara-negara lain.Virus ini bisa menular melalui udara dengan jarak 1 sampa 1,5 meter melalui partikel-partikel kecil yg tersembur keluar dari mulut orang yg sudah terinfeksi saat mereka berbicara atau bersin-bersin.

Virus ini bisa bertahan berhari-hari di benda mati,namun bisa menginfeksi secara cepat bila pindah ke benda hidup terutama bila masuk di area mata,hidung dan mulut.

Akibat dari virus ini banyak korban jatuh sakit dan bagi yang mempunyai penyakit bawaan akut,beresiko meninggal walau hal ini masih di perdebatkan bahkan ada yang menyangsikan,Karen meyakini kematian itu takdir Allah swt, kita hanya wajib berikhtiar mempertahankan hidup.

Efek dari pandemi ini juga banyak aktivitas yang terdampak dengan sangat hebat,dari mulai kegiatan ekonomi,sosial bahkan pendidikan.Di mana kegiatan pendidikan di rubah dari yang biasanya menggunakan metode Tatap muka(face to face) menjadi Metode learn from home(belajar dari rumah)atau yg biasa di sebut dengan belajar online atau belajar daring.Keputusan itu di ambil demi memutus mata rantai penyebaran virus dan demi keselamatan semua terutama para siswa dan para guru.

Belajar daring yang notabene harus menggunakan media elektronik,yaitu handphone menjadi permasalahan baru di dunia pendidikan terutama bagi siswa. Karena tidak semua orang tua siswa memilki handphone khususnya orang yg tidak mampu secara ekonomi dan orang yg berada di daerah pelosok,seperti daerah saya.kendala lain dari belajar daring adalah gangguan sinyal yang lemot juga tidak semua mampu rutin membeli kuota.

Di luar permasalahan sinyal yang kadang menyendat kegiatan kbm,permasalahan yg paling besar adalah kepemilikan handphone tadi.Karena seperti yg saya jelaskan di atas, tidak semua orang tua siswa atau siswa memiliki handphone.Ada yang dalam satu keluarga tidak mempunyai handphone sama sekali karena tidak mampu untuk membelinya,ada juga yang mempunyai handphone tetapi harus di gunakan untuk berkerja oleh salah satu keluarganya.Seperti milik ayahnya yang berkerja,atau ibunya yang berkerja atau juga cuma milik saudaranya yg berkerja juga.

Ada kalimat seloroh "pinjam saja sama saudara atau tetangga"

Maaf.....menurut saya tidak semudah itu,karena bagi mereka yang mempunyai handphone dan mempunyai anak yg bersekolah juga dengan jenjang dan kelas yang berbeda dengan si peminjam handphone akan menjadi kendala tersendiri.Di tambah permasalahan tidak ada uang untuk membeli pulsa bagi si peminjam,karena untuk makan pun mereka pas-pas-an apalagi untuk membeli kuota,namun mereka akan merasa malu bila harus terus-terusan meminjam handphone dengan kuota cuma-cuma.walau kasus seperti ini hanya dua atau tiga orang,namun banyak yang ahirnya memilih tidak ikut belajar daring dari pada harus meminjam handphone terus-terusan.

Lalu  ada yang bilang "Kan ada bantuan kuota dari pemerintah"

Sepengetahuan saya bantuan kuota itu dalam bentuk pemberian kartu perdana.Dan di awal-awal  memang ada kuotanya tp selanjutnya tidak jelas.Ada yang di isi kuotanya lagi secara otomatis saat habis,Ada juga yang tidak.Belum lagi permasalahan isi kuota, yang beberapa kuota lebih banyak untuk game.Ada pertanyaan dalam diri saya,bagi mereka yg tidak memiliki handphone "apa gunanya mereka di beri kartu perdana? Bila mereka tidak punya handphone?".

Saya pribadi,di awal penerapan belajar daring kerepotan mengatur pemakaian handphone di rumah,karena hanya ada satu handphone saat itu.Saya harus memberikan pelajaran pada siswa di kelas yg saya pegang dan di sisi lain saya harus mengawasi serta membimbing dua putra saya yang harus belajar daring juga.saya bertugas di kelas V,putra pertama saya di kelas IX Mts dan putra kedua saya di kelas  III MI.Maka bisa di bayangkan reportnya di awal pembelajaran.Saat itu saya seperti stress,karena di sisi lain saya tidak mau anak saya tidak terkontrol belajarnya, tapi di sisi lain juga saya mempunyai kewajiban pada siswa-siswi di kelas saya.Namun seiring berjalan waktu kami terutama saya, bisa mengatasi sedikit demi sedikit dan terbiasa dengan keadaan ini.

Dan bagaimana dengan yang lain? Yang hingga saat ini masih kesulitan dengan kegiatan belajar putra putrinya yang lebih dari satu,tetapi handphonenya hanya satu? Dengan segala keterbatasan mereka,mereka pun berusaha sebisa mungkin, walau ada juga yang ahirnya menyerah dengan ke adaan. Mengapa mereka menyerah begitu saja? saya memaklumi dengan pilihan mereka yg menyerah,karena bagi mereka jangankan uang untuk membeli handphone,untuk membeli kuotanya saja belum tentu karena untuk makan sehari-hari pun sebagian dari mereka harus berkerja serabutan.Itupun bila ada pekerjaan,dan bila tidak ada yang memperkerjakan ? entahlah....

Begitupun permasalahan yang saya hadapi di kelas,saat banyak dari orang tua siswa yang tidak mempunyai handphone, yang kadang membuat saya merasa sedih.Bagai mana tidak? saat Ada anak yang orang tuanya tidak mempunyai handphone canggih,tapi hanya mempunyai handphone yang kuno sedangkan Anaknya berprestasi hingga sering tertinggal kegiatan atau tugas-tugas yang ada di group.Dan secara bathin anak ini menjadi seperti minder karena tidak memiliki handphone,sehingga dia kurang bergairah lagi tuk belajar.

Bukan hanya siswa tadi,siswa yang memiliki handphone pun seiring waktu mereka seperti merasa bosan dengan situasi ini,gairah belajar mereka menurun,karena keadaan ini.

Adakah tindakan yang saya ambil agar mereka mau belajar semangat lagi?

Memang belajar daring ini tidak sama dengan tatap muka, menyebabkan siswa menurun semangatnya, bukan hanya yang tidak memiliki handphone tapi juga yang memiliki handphone menjadi kurang bergairah. Seperti yang kita tau kita ini kan mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri,mereka para siswa butuh teman yang nyata yang ada di sekitarnya,walau hanya sekedar teman bercanda tapi itu salah satu kebutuhan yang wajar adanya.Dan itu yang tidak ada di pendidikan daring.Tidak adanya canda tawa,saling sapa secara langsung atau face to face,dan Itu menimbulkan kejenuhan tersendiri.

Untuk menyiasati hal tersebut saya pun berusaha mengadakan kegiatan belajar  tatap muka.yaitu  mengadakan kegiatan belajar di tempat terbuka,atau yg di sebut luring dengan tetap menjaga protkes yaitu menggunakan masker dan menjaga jarak.Dan kegiatan ini sedikit membantu,walau tidak 100% sama hasilnya dengan belajar pada saat normal.

Mengapa saya sebut belajar luring tidak sama hasilnya dengan belajar saat normal?selain waktu yg dibatasi, kadang juga posisi tempat yang memakan waktu untuk di kunjungi membuat kami tidak memiliki waktu yang leluasa.dan Karena siswa tidak mau belajar monoton,begitupun tempat mereka belajar tidak mau selalu di tempat yang sama, tetapi harus sering berpindah-pindah.untuk itu saya harus merencanakan tempat KBM yang baru di jadwal luring berikutnya .

Saat ini saya hanya berusaha melakukan yang terbaik untuk dunia pendidikan anak,khususnya untuk anak-anak di sekolah tempat saya mengabdi.saya berusaha memberikan yg terbaik yang mampu saya lakukan dengan segala keterbatasan saya, baik dalam ilmu ataupun pasilitas.

Kami sempat merasa bahagia saat pak Mentri Nadhim Makarim mengijinkan belajar tatap muka di awal Juli 2021 lalu,namun kenyataannya kami harus belajar daring lagi,karena kasus covid meningkat tinggi hingga angan-angan KBM akan normal atau tatap muka seperti biasa pupus sudah.

Dan di hari pertama belajar daring awal semester tahun ini, mereka mengirimkan pesan ke jalur pribadi saya.mereka mengeluh dan merasa keberatan bila harus belajar daring lagi. Maka saya pun harus mengadakan kegiatan luring agar mereka bersemangat belajar lagi, dengan protkes ketat,di udara terbuka serta di tempat yang luas.Itu bentuk ikhtiar,smoga allah melindungi kita semua dari wabah ini, hingga wabah ini dapat di atasi dengan baik oleh orang-orang yang ahli di bidangnya dan kita bisa hidup normal seperti biasa...aamiin yaa rabbal 'aalamiin.

Adapun isi kegiatan KBM Saya lebih banyak menekankan kepada pendidikan agama,yaitu keimanan dan ketauhidan.Bahwasanya yang terjadi adalah suratan dari Allah swt yang harus kita sikapi dg penuh keyakinan bawa pandemi ini akan dapat di lewati dengan baik atas ijin Allah SWT,sehingga kegiatan pendidikan akan normal lagi seperti harapan semua...aamiin aamiin yaa rabbal 'aalamiin

        #by Yuliawati