Pendidikan di Masa Pandemi: Menjauhkan Jarak, namun Mendekatkan Hati

Pendidikan di Masa Pandemi: Menjauhkan Jarak, namun Mendekatkan Hati

Pendidikan di Masa Pandemi: Menjauhkan Jarak, namun Mendekatkan Hati

Oleh: Rukma Ade Kusumah

Guru MAN 1 Cirebon

Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang bermarkas di Jenewa, Swiss, secara resmi mendeklarasikan penyakit corona atau Covid-19 sebagai pandemi global pada tanggal 11 Maret 2020 (covid19.go.id), artinya virus Corona telah diakui menyebar luas hampir ke seluruh dunia. Dalam KBBI, Pandemi diartikan sebagai wabah yang berjangkit serempak di mana-mana atau meliputi geografi yang luas. Organisasi Kesehatan Dunia ini sendiri mendefinisikan pandemi sebagai suatu situasi ketika populasi umat manusia dunia memiliki kemungkinan terinfeksi penyakit ini dan berpotensi sakit. Pengumuman tersebut disampaikan oleh Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus setelah wabah penyakit yang berasal dari Negeri Tirai Bambu itu menginfeksi warga dari sedikitnya 114 negara.

Indonesia, sebagai salah satu negara anggota PBB, tak luput dari serangan virus Covid-19 ini. Presiden Joko Widodo didampingi beberapa Menterinya mengumumkan temuan kasus infeksi virus corona pertama di Indonesia pada Hari Senin 2 Maret 2020 di Istana Merdeka Jakarta. Sejak saat itu wabah virus Covid-19 ini pun semakin merebak dengan banyaknya warga yang terkonfirmasi positif. Hingga saat ini, penularannya pun menjadi semakin masif ke seluruh penjuru Indonesia.

Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga kini, memberikan efek pada berbagai ranah kehidupan masyarakat. Virus Corona yang telah menyerang banyak negara salah satunya Indonesia ini memang memiliki dampak sosial yang sangat luar biasa. Salah satu dampak yang sangat terasa di kalangan masyarakat yakni dengan terbatasnya aktifitas sehari-hari, dimana Pemerintah telah menetapkan himbuan kepada masyarakat luas untuk menjalankan aktifitas di rumah saja sampai batas waktu yang akan ditentukan kemudian.Semua lini kehidupan merasakan dampaknya, mulai dari kesehatan, keagamaan, sosial, ekonomi hingga sektor pendidikan. Demi meredam lajunya penularan, pemerintah pun menerapkan kebijakan Social Distancing. Pembatasan kegiatan aktivitas masyarakat, di antaranya pencegahan kerumunan atau kumpulan orang pun dilakukan sebagai salah satu ikhtiar dalam meredam laju penularan covid-19.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama Republik Indonesia, turut serta dalam melaksanakan ikhtiar ini dengan diterbitkannya Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 tentang "Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam Masa Darurat Penyebaran COVID-19. Dengan adanya edaran ini, untuk daerah beresiko tinggi penularan Covid 19 kegiatan belajar dan mengajar secara tatap muka di sekolah dan madrasah pun dihentikan, mengingat sekolah dan madrasah adalah tempat berkumpulnya pendidik dan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Anak-anak harus merasakan belajar dari rumah (BDR) atau dengan moda pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Dalam surat edaran No 4 tahun 2020, Mendikbud, Nadiem Makarim menyebutkan belajar dari rumah dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna untuk siswa.

Kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ini bukannya tanpa kendala (Umam dan Puspitasari, 2020). Tidak seluruh peserta didik dapat mengakses internet untuk melakukan pembelajaran jarak jauh secara daring. Permasalahan tersebut disebabkan beberapa hal antara lain perangkat komunikasi yang tidak memadai, wilayah yang tidak menerima jaringan atau sinyal internet atau sinyal yang tidak begitu baik. Ditambah pula dengan biaya untuk menyediakan pulsa atau kuota internet.

Selain hal-hal tersebut di atas, setelah sistem belajar dari rumah yang telah berjalan lebih dari satu tahun ini membuat peserta didik mulai merasakan kejenuhan. Semangat belajar mereka semakin menurun. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang mulai mengeluh karena banyaknya tugas yang diberikan guru dalam pembelajaran jarak jauh ini. Sementara itu, siswa kurang memahami materi pelajaran yang hanya bersumber pada media internet. Dari hal tersebut dikhawatirkan siswa akan mengabaikan kewajibannya dalam belajar.

Dalam menghadapi tantangan ini, peranan guru sangat menentukan. Seorang guru harus mampu memilih strategi pembelajaran jarak jauh yang menarik bagi siswa. Variasi metode dan inovasi mesti terus dilakukan, dalam rangka menciptakan pembelajaran jarak jauh yang tidak monoton serta mampu membangun semangat dan motivasi belajar siswa di rumah (Adibah, 2019: 128).

Kemudian, orang tua di rumah memiliki peranan yang sangat penting. Orang tua hampir dikatakan harus menjadi pengganti guru di rumah masing-masing siswa dalam memberikan pengajaran, bimbingan, serta harus mampu membangun semangat dan motivasi siswa dalam belajar di rumah misalnya dengan memberikan nasihat atau penghargaan pada putra-putrinya jika telah selesai mengerjakan tugas atau kegiatan pembelajaran. Belajar dari rumah, hendaknya tidak menimbukan stres untuk siswa (theasiaparents.com).

Seyogyanya, para orang tua selalu menemani dan membimbing siswa dalam belajar dan mengerjakan tugasnya. Guswarti & Suweleh (2019) mendapati orang tua memiliki peranan penting dalam mengembangkan rasa percaya diri anak walaupun sebagian kecil masih ada yang mendampingi. Dengan begitu, selain bimbingan, hubungan siswa dengan orang tua juga  akan lebih erat dan akrab.

Peranan  orang  tua  sangat  penting  dalam  mendampingi anak-anaknya,  karena  pendampingan  yang  baik  menjadi  salah  satu faktor  dalam  proses  tumbuh  dan  berkembangnya  seorang  anak. Adanya  pendampingan  yang  dilakukan  oleh  orang  tua  kepada putra-putrinya  dalam  melakukan  kegiatan  belajar  di  rumah  akan berpengaruh  terhadap  tingkah  laku  yang  mengarah  pada kedisiplinan  dalam  belajar.  Motivasi  yang  diberikan  kepada  anak hendaknya  mengarah  pada  peningkatan  motivasi  yang  kuat  untuk mengikuti  kegiatan  pendidikan.  Situasi  ini  dapat  tercipta  apabila terjadi  ikatan  emosional  antara  orang  tua  dengan  anaknya.  Suasana rumah  yang  aman  dan  nyaman  akan  membantu  anak  untuk mengembangkan  dan  mempersiapkan  dirinya  menuju  masa  depan (Prasetyo,  2018: 16). Memang “Pandemi ini memang memisahkan jarak antara kita, namun juga mempererat kemesraan hati dalam keluarga”.