Pendidikan Karakter di Masa Pandemi Covid-19

Pendidikan Karakter di Masa Pandemi Covid-19

Pendidikan Karakter di Masa Pandemi Covid-19

Oleh: Yusup Bachtiar, S.Pd.

Sudah hampir 1,5 tahun lamanya masa pandemi covid 19 berada di muka bumi ini. Hampir seluruh negara mengalami masa-masa sulit termasuk di negara kita Indonesia. Bukan hanya menyerang kesehatan manusia saja, melainkan sektor-sektor lain turut pula terdampak. Termasuk sektor pendidikan yang saat ini penulis hadapi.

Status pandemi yang tak kunjung usai membuat proses pembelajaran disekolah-sekolah berlangsung secara online atau dalam jaringan (Daring). Keluh-kesah menjadi curhatan rutin yang sering terlontar dari murid, orang tua dan bahkan guru dari rekan-rekan sejawat pengajar. Situasi seperti ini butuh kesabaran dan ketabahan dalam menghadapinya. Bahkan momen-momen seperti ini penting untuk kembali memupuk rasa optimisme bangsa disaat bencana mendera. Sebab jika rasa putus asa menghinggapi tentunya akan membuat pikiran stress dan fisik menjadi drop, maka akan membuka peluang banyak penyakit yang menjalar.

Kembali pada semangat semboyan pendidikan Indonesia yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa guru harus bisa menerapkan Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani. Peran-peran inilah yang perlu dikedepankan kembali. Guru menjadi teladan, motivator dan bahkan pendorong untuk siswa/i bangkit dari keterpurukan dan kemalasan yang menghinggapi di masa-masa pembelajaran secara daring.

Harus kita sadari bersama selama masa pembelajaran daring ini, yang sangat dikhawatirkan adalah menurunnya tingkat kedisiplinan dan terabaikannya pendidikan karakter. Hal itu dikarenakan guru tidak bisa mengontrol secara langsung apa yang dilakukan oleh siswa/i selama di rumahnya masing-masing. Namun, dengan kondisi seperti ini bukan semata-mata kita sebagai pendidik untuk mengabaikan pendidikan karakter bagi siswa/i di sekolah. Masih banyak cara yang bisa dilakukan untuk menguatkan kembali pendidikan karakter disamping tetap memberikan penguatan kognitif. Adapun cara-cara yang penulis lakukan sebagai pendidik dalam menguatkan kembali pendidikan karakter dimasa pembelajaran daring adalah sebagai berikut:

  1. Membangun komunikasi yang intens dengan para wali murid (terutama guru yang diamanhkan sebagai wali kelas) dan jadikan mereka sebagai partner pembelajaran. Artinya munculkan kembali bahwa pendidikan bukan semata-mata tanggung jawab guru saja. Berikan mereka juga penguatan peran mendidik seperti membantu anak-anaknya untuk mempersiapkan kegiatan belajar di rumah. Selain itu kita berikan informasi agenda-agenda belajar di sekolah terutama agenda-agenda penguatan karakter seperti shalat tepat waktu, waktu untuk absen kehadiran, jam istirahat dan jam berakhirnya kegiatan belajar dan informasi perkembangan anak-anaknya dirumah
  2. Mensosialisasikan etika dan adab berkomunikasi di media sosial terutama di media grup whatsapp yang sering penulis gunakan. Adab dalam membuka komunikasi dengan salam di grup, memperkenalkan diri saat memulai komunikasi dengan guru, menggunakan bahasa yang baik, membiasakan untuk membedakan waktu belajar dan bercanda, menghindari posting-posting informasi yang tidak jelas sumbernya, larangan mem-bully bahkan berkata kasar di media sosial, selama belajar menggunakan foto profil whatsapp dengan foto diri sendiri sehingga mudah dikenali oleh guru-guru, jika ingin keluar grup atau berhalangan belajar diharapkan untuk izin terlebih dahulu, membiasakan mengucapkan ‘maaf’ jika melakukan kesalahan atau keterlambatan dalam belajar daring serta berterima kasih dan ketika sedang berlangsung pembelajaran menggunakan media virtual disarankan mengaktifkan kamera agar menimbulkan kesan sama-sama menghargai saat kegiatan belajar berlangsung.
  3. Meluangkan waktu canda gurau dengan siswa/i di grup whatsapp atau media lainnya agar terbangun rasa keakraban. Jika sudah terbangun rasa keakraban, maka akan mudah untuk kita sebagai pendidik memberikan arahan-arahan kedepannya
  4. Mendorong siswa/i untuk ikut kegiatan-kegiatan pengembagan diri seperti webinar,  kelas-kelas online dan lomba-lomba yang diselenggarakan secara online.
  5. Memandu kegiatan musyawarah secara virtual seperti pemilihan ketua kelas dan pengurus serta penentuan logo kelas untuk membiasakan mereka mengambil keputusan dan berorganisasi.
  6. Memberikan pesan-pesan motivasi yang rutin dilakukan sebagai bentuk pengingat agar mereka tetap semangat belajar walaupun belajara secara daring.
  7. Membiasakan mereka untuk tidak menyerah saat terkendala hp, kuota internet dan jaringan. Tidak ada kata terlambat dalam belajar. Mereka bisa menyusul pembelajaran yang tertinggal. Dengan cara menumpang belajar ke teman, tetangga, bahkan laporan langsung ke sekolah terkait kendalanya.
  8. Mengapresiasi siswa/i yang mempunyai inisiatif bagus saat berkomunikasi di grup whatsapp atau media lainnya.

Dari sekian cara yang dilakukan penulis memang belum terlalu maksimal sebab hal ini masih penulis pelajari dari rekan-rekan guru lainnya, setidaknya usaha ini dilakukan untuk menunjukkan kita sebagai pendidik memiliki mental yang kuat, tangguh dan optimis. Sebagaimana kata bijak “Lebih baik menyalahkan lilin, daripada mengutuk kegelapan”Adlai Stevenson. Menyalahkan keadaan maka bukanlah sebagai solusi, lebih baik melakukan sesuatu yang kita bisa walaupun sedikit dampaknya. Terpenting konsisten tentunya lebih baik daripada tidak melakukan sama sekali. Semoga pendidikan Indonesia di masa Pandemi Covid-19 ini tetap melahirkan generasi-generasi yang unggul dan berkarakter positif.