Pendidikan VS Pandemi

Pendidikan VS Pandemi

Pendidikan VS Pandemi

Penulis : A. Fitriawati, S.S (Guru MTs.N 1 Bogor)

Pandemi Corona Virus (Covid) telah mengguncang dunia sejak hampir satu setengah tahun yang lalu. Semua negara di dunia menerapkan peraturan khusus terkait penyebaran virus yang bergulir seperti bola panas. Wabah Corona Virus menyebar luas di seantero jagad, hingga menelan banyak korban. Tingkat kematian akibat Corona Virus ini semakin melonjak tajam, termasuk di Indonesia.

Semua negara sepakat untuk mengentaskan wabah ini dengan kebijakan masing-masing karena wabah virus ini mempunyai dampak yang signifikan dalam semua aspek kehidupan manusia. Roda perekonomian masyarakat menjadi tersendat ditengah tingkat kematian yang semakin meningkat. Wabah Covid ini meluluhlantakkan semua aspek kehidupan manusia, termasuk di dalamnya adalah dunia pendidikan.

Pendidikan sebagai nadi kehidupan anak bangsa harus terus diupayakan keberadaannya di tengah carut marutnya kehidupan di tengah wabah Covid yang sedang melanda negeri ini. Walaupun tanpa bertemu muka, pembelajaran harus tetap berlangsung. Pembelajaran diselenggarakan melalui jaringan internet, dan sering disebut sebagai Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Pembelajaran Jarak jauh di masa pandemi ini khususnya di negara kita mempunyai banyak kendala yang sering dialami oleh tenaga kependidikan dan peserta didik. Kemampuan mengadakan pembelajaran secara daring yang membutuhkan jaringan internet yang stabil tidak dimiliki oleh semua lapisan masyarakat kita. Masyarakat dengan taraf ekonomi yang kurang memadai tentu saja memiliki kendala yang besar dalam penggunaan internet dalam pembelajaran bagi putra putrinya di rumah.

Meskipun sekarang pelayanan internet sudah semakin mudah diakses dan dengan harga yang bersaing, tapi tetap saja bagi masyarakat yang ekonominya kurang memadai hal tersebut masih jauh dari jangkauan mereka. Mengingat banyaknya tenaga kerja yang di Putus Hubungan Kerja (PHK) dan semakin sulitnya perekonomian masyarakat di masa pandemi ini. Jangankan untuk membeli kuota internet bagi putra/putrinya, untuk kebutuhan sandang, pangan, dan papan saja terasa sulit untuk dipenuhi. Kondisi ini tentu saja menjadi kendala yang besar bagi keberlangsungan pembelajaran daring yang diselenggarakan oleh sekolah.

Selain masalah ekonomi yang menjadi kendala Pembelajaran Jarak Jauh, masalah kesiapan dan keahlian tenaga pendidik dalam mengolah dan menyajikan materi pelajaran juga patut diperhatikan. Banyak tenaga pendidik dan kependidikan yang belum melek teknologi, padahal keahlian dalam teknologi saat Pembelajaran jarak Jauh ini sangat dibutuhkan. Oleh sebab itu, dibutuhkan banyak pelatihan bagi guru-guru agar dapat meningkatkan keahliannya dalam menggunakan aplikasi-aplikasi yang banyak ditawarkan di internet demi memudahkan proses pembelajaran secara daring, terutama bagi guru-guru yang bukan berasal dari generasi milineal.

Aplikasi yang ditawarkan sangat beragam, baik yang berbayar maupun yang sifatnya gratis. Ada pula aplikasi yang dapat digunakan dengan pemakaian kuota dengan paket di bawah harga pasaran.  Aplikasi-aplikasi tersebut memudahkan guru dalam menyiapkan bahan ajar dan menyajikannya kepada peserta didik. Dengan menggunakan aplikasi, diharapkan siswa dapat belajar dengan lebih semangat karena format dan desain aplikasi yang menarik dan menumbuhkan rasa ingin tahu bagi peserta didik. Sehingga mengurangi tingkat kebosanan peserta didik dalam proses pembelajaran daring.  

Berbicara masalah kebosanan, sepertinya itu sudah seperti momok yang menakutkan sekaligus tantangan bagi para pendidik. Kebosanan tengah melanda para peserta didik. Pembelajaran daring menjadi hal yang membosankan yang harus mereka lakukan setiap hari.

Sebagai mahluk sosial, manusia memang membutuhkan interaksi dengan manusia lainnya. Pembelajaran daring memaksa para peserta didik berinteraksi dengan benda mati seperti telepon selular atau laptop. Interaksi yang intens dengan perangkat pembelajaran tersebut menciptakan kebosanan yang mulai merayapi para peserta didik.

Kebosanan tersebut menjadi tantangan bagi guru. Di sinilah peran penting seorang pendidik agar dapat melakukan pendekatan pada peserta didik baik dengan menyelipkan game-game interaktif seputar pembelajaran maupun mengubah tampilan materi pelajaran dengan sesuatu yang lebih menarik dan menyajikannya dengan cara yang out of the box.

Sebagaimana hukum alam ini, segala sesuatu pasti ada nilai positif dan negatifnya, begitu pula teknologi. Kecanggihan teknologi tak hanya mendatangkan hal-hal yang positif saja, tapi juga hal negatif ada di dalamnya. Tergantung bagaimana cara kita menyikapinya.

Di tengah derasnya arus teknologi di sekitar kita, para peserta didik tidak semuanya cukup umur untuk membuka akses internet yang ada di tangan mereka. Maka tanggung jawab orang dewasa yang ada di sekitar peserta didiklah yang harus mengawasi penggunaan internet bagi mereka.

Di sinilah peran orang tua, pendidik dan masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawasi dan mendampingi mereka dalam pembelajaran daring dan akses internet apa saja yang diperbolehkan bagi mereka. Sebab teknologi di tangan anak milenial pun bak mata pisau yang siap mengggores kita kapan saja jika tidak dibekali dengan pemahaman agama dan tatanan sosial yang baik bagi mereka.

Sudah banyak berita-berita di sekitar kita maupun di media elektronik tentang bagaimana pengaruh buruk internet bagi anak bangsa. Baik itu kesehatan fisik maupun mental mereka. Dari mulai radiasi yang mengancam kesehatan mata dan saraf otak, hingga kecanduan game online atau pornografi. Semua hal tersebut adalah PR besar bagi orang tua dan tenaga pendidik dan kependidikan untuk menyelamatkan generasi bangsa ini.

Menyikapi paparan di atas, hendaknyalah orang tua, pendidik serta masyarakat luas mulai menyadari arti pentingnya pendidikan bagi anak bangsa di tengah pandemi. Salah satunya adalah dengan mengawasi penggunaan internet yang diakses oleh para peserta didik.

Orang tua diharapkan dapat mendampingi saat peserta didik melaksanakan pembelajaran daring, serta mengawasi penggunaan internet bagi anak-anaknya di rumah. Para pendidik jangan bosan untuk selalu menyelipkan pesan kepada anak didiknya tentang dampak buruk penggunaan internet yang berlebihan bagi kesehatan dan meminta mereka untuk tidak membuka situs-situs yang tidak diperbolehkan untuk usia mereka. Masyarakat sekitar pun harus dibuka kesadarannya tentang arti pentingnya pengawasan bagi anak-anak dalam menggunakan internet dan media sosial, sehingga sedikit banyak dapat mengingatkan anak-anak saat mereka sedang menggunakan internet.

Dengan bersatunya para orang tua, pendidik, dan masyarakat dalam misi yang sama untuk membangun dan menyelamatkan generasi bangsa ini, kita berharap Pendidikan di masa pandemi ini dapat berjalan dengan baik, menyenangkan untuk anak, bermanfaat, dan membawa nilai-nilai positif bagi kita semua.