Penyuluh Agama adalah Agen Utama dalam Pengurus Utama Moderasi Beragama
BDK Bandung, 15 Mei 2023. “Sebuah kegiatan apapun, tidak mungkin bisa berjalan maksimal, Jika tidak melibatkan pemberdayaan dari semua pemain lapangan yang mestinya terlibat langsung dari kegiatan (empowering), termasuk pelatihan.” Demikian Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan SDM Kementerian Agama, Prof. Amin Suyitno menyampaikan arahan dalam pembukaan pelatihan Implementasi Kurikulum Merdeka Berbasis Komunitas se-Indonesia.
Pembukaan yang dilakukan secara online ini diikuti oleh 78 angkatan masing masing terdiri atas 30 orang peserta sesuai yang direncanakan meskipun pelaksanaannya bertahap.
Melalaui platform zoom, Kaban Suyitno menegaskan bahwa sejauh ini BMPSDM melalui Pusdiklat dan Balai Balai Diklat serta Loka Diklat telah melakukan sekian banyak pelatihan untuk peningkatan kompetensi SDM Kemenag, baik pola offline, jarak jauh, maupun blended (gabungan online dan offline), namun seringkali pelatihan tersebut baru diukur oleh berapa banyak alumninya, berapa banyak sasarannya.
Kaban berpendapat, ada hal lain yang tidak kalah penting yaitu semua pihak yang terlibat dalam pelatihan. Kemudian mengawal tidak hanya output-nya tetapi juga outcome-nya, yang pada gilirannya bisa terukur hasilnya.
"Pelatihan berbasis komunitas ini merupakan transformasi dan inovasi yang digagas oleh Pusdiklat Teknis. Hal ini kiranya akan menjawab problem selama ini, dimana pelatihan seringkali hanya menjadi sebuah rutinitas (business usual). Pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh Balai atau Loka Diklat jika sudah selesai output-nya bermuara pada alumni. Sehingga terkesan belum ada upaya lebih untuk mengukur outcome-nya. Dengan demikian melalui pola ini, diharapkan sebuah pelatihan akan dikawal sampai menghasilkan outcome yang berkualitas.” imbuh Kaban.
Lebih jauh Kaban menegaskan bahwa pelatihan berbasis komunitas untuk Implementasi Kurikulum Merdeka terlaksana dengan melibatkan pengawas, Kepala Madrasah, Kasi Penmad, juga Balai maupun Loka Diklat ini akan menjadi suatu ekosistem dalam sebuah penguatan komptensi yang sesungguhnya. Pola ini memberikan peran dan fungsi yang proporsional sesuai porsi di lapangan untuk terus mengawal pelatihan sampai betul-betul menghasilkan outcome.
Pola ini menurut Kaban, akan melahirkan perspektif baru terhadap IKM. IKM sesungguhnya bukan barang baru untuk saat ini. Namun demikian kenyataannya dengan pelatihan yang “biasa-biasa” saja ternyata belum mampu menyasar secara utuh baik sasaran maupun maksud dan tujuan pelatihannya itu sendiri.
Sebagai gambaran, menurut kaban, untuk sekedar output jumlah alumni, Balitbang juga mencoba melakukan inovasi dengan melakukan model pembelajaran yang bisa menjangkau jumlah yang lebih banyak, dan waktu yang relatif lebih singkat, dengan efisiensi waktu dan anggaran, yaitu dengan melakukan model pembelajaran MOOC. Namun ternyata ini masih berhenti pada aspek wawasan. Padahal implementasi kurikulum memerlukan lebih dari sekedar wawasan.
Menurut Kaban, dalam IKM sesungguhnya ruhnya yang perlu benar-benar paham yaitu Project Based Learning. Hal ini menuntut seluruh peserta didik diajari dalam tiga hal, yaitu bagaimana mendidikan peserta didik (siswa) terbiasa dengan melakukan critical thinking. Kedua yaitu, membiasakan anak didik menyelesaikan masalah dengan problem solving (pemecahan masalah yang dilakukan berbasarkan pengalaman siswa didik). Ketiga, membiasakan siswa didik untuk collaborative (kemitraan atau jejaring) dengan rekan sebayanya. Ketiga ruh ini diniscayakan akan terpenuhi dengan pola pelatihan IKM BK. Demikian Kaban mengakhiri arahannya. Yang kemudian dilanjutkan dengan membuka secara resmi kegiatan dimaksud.
Sementara itu, Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis, Dr. Mastuki menyampaikan laporannya bahwa pelaksanaan pelatihan IKM BK yang saat ini digelar,merupakan tahap lanjutan dari kegiatan sebelumnya (on the job training) secara online melalui platform MOOC.
Tahap ini merupakan kegiatan In Service Training (IST) pertama, yaitu pelatihan tatap muka yang diselenggarakan di 14 Balai Diklat dan 2 Loka DIiklat diseluruh Indonesia. Kegiatan ini meliputi pelaksanaan di 30 lokus. Total ada 78 angkatan baik klasikal kampus maupun klasikal di wilayah kerja. Masing-masing angkatan terdiri dari 30 peserta, komponen peserta terdiri dari Kepala Madrasah sasaran, Pengawas, 2 orang guru, Unsur Dosen sebagai pendamping implementasi di level madrasah, dan Kepala Seksi Pendidikan Madrasah di masing-masing Kota/Kabupaten.
Pelatihan IKM BK ini akan menyasar 416 jumlah madrasah yang terdata seluruh Indonesia, ada 321 madrasah sasaran berstatus negeri, dan 95 status swasta. Terdiri dari MI, Tsanawiyah, Aliyah, dan juga RA. Dengan jumlah keseluruhan 2.522 peserta.
Dengan demikian, menurut Mastuki, untuk jumlah yang sangat besar ini perlu menyiapkan skema yang baik yang yang akan dijalankan, baik di level pusat maupun di Balai - Loka Diklat di daerah-daerah.
Lebih lanjut, Mastuki menegaskan bahwa setelah mengikuti pelatihan IKM-BK secara tatap muka, akan dilanjutkan implementrasi pada madrasah sasaran selama 6 bulan ke depan. Sehingga diharapkan sampai akhir Desember 2023, pelaksanaan pelatihan akan bisa maksimal.
BDK Bandung sendiri dalam kegiatan yang dibuka oleh Kaban ini menargetkan terlaksananya pelatihan secara klasikal di lima lokus. Pada pekan ini terlaksana 3 kegiatan masing masing di Kuningan, Ciamis dan Kabupaten Sukabumi. Demikian Dr. Aguslani selaku Kepala Balai menyampaikan ketika dikonfirmasi.
Pelatihan tahap in service training secara klasikal di wilayah kerja ini nanti akan ditutup pada tanggal 20 Mei. Sementara sisanya dua angkatan lagi akan dilaksanakan pekan depan di dua lokus berbeda. Imbuhnya.