Penyuluh Agama sebagai Agen Perubahan di Masyarakat
  • 13 Juli 2020
  • 509x Dilihat
  • Berita

Penyuluh Agama sebagai Agen Perubahan di Masyarakat

BDK Bandung, 13 Juli 2020. Tiga puluh orang Penyuluh Agama Islam Kabupaten Sukabumi mengikuti pelatihan yang dilaksanakan di Aula Kementerian Agama Kabupaten Sukabumi. Kepala Kemenag Kab. Sukabumi dalam arahan pada sesi pembukaan menegaskan peran penting dan strategis yang ada dalam sosok penyuluh agama. Menurutnya penyuluh agama harus mampu menjadi sosok yang bisa menggerakkan masyarakat binaanya sekaligus sebagai agen perubahan di tengah-tengah masyarakat.

Pelatihan ini akan berlangsung dari tanggal 13 sampai dengan 18 Juli 2020 meliputi materi-materi wawasan kebangsaan, revolusi mental, tugas dan fungsi penyuluh agama, komunikasi penyuluhan agama, kerukunan umat beragama dan materi substansi beragama. Pesan penting yang disampaikan kepala kemenag tersebut dikonfirmasi oleh widyaiswara dalam materi revolusi mental. Revolusi Mental bagi penyuluh agama bermakna kesediaan untuk berubah menuju wawasan, sikap dan tindakan yang semakin baik sekaligus mengajak masyarakat agar siap menjadi pribadi-pribadi yang meneguhkan nilai-nilai agama dan kebangsaan.

Peran penting penyuluh agama ini sesuai dengan tugas yang diembannya. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan agama serta pembangunan melalui bahasa agama. Karena itu, dalam hal ini para penyuluh agama bukan hanya menjadi tokoh agama di masyarakatnya melainkan juga sosok yang harus bisa menjawab pelbagai problem umat dewasa ini. Penyuluh agama dalam kapasitasnya sebagai tokoh di masyarakat dipandang mampu dan memenuhi harapan sebagai agen perubahan tersebut. Apalagi dengan kebijakan terkini di mana dalam satu kecamatan paling tidak ada delapan orang penyuluh agama yang satu sama lain dapat saling bersinergi dan mendukung terwujudnya masyarakat yang taat beragama, berbangsa dan bernegara.

Pelatihan yang berlangsung di tengah duka masyarakat akibat pandemi ini, mengikuti protokol yang harus dipenuhi. Setiap peserta diperiksa suhu tubuh, menjaga jarak, dan sesuai dengan arahan Kepala Balai Diklat Keagamaan Bandung senantiasa diawali dengan doa sebagai bentuk penyerahan diri secara teologis mengharap perlindungan dari Yang Maha Kuasa. [FN]