PERMASALAHAN PADA PEMBELAJARAN DARING DI MASA PANDEMI COVID-19
PERMASALAHAN PADA PEMBELAJARAN DARING DI MASA PANDEMI COVID-19
Oleh : Widad Afifah Alifatunnisa
Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang besar bagi para pendidik di seluruh Indonesia. Pembelajaran daring adalah salah satu model pembelajaran yang kami lakukan di masa pandemi ini. Jelas terlihat sulit untuk di fikirkan, namun penerapan model pembelajaran daring ini tentu menuntut dari banyaknya pihak yang terlibat, yaitu: Guru; Peserta Didik, dan Orangtua. Pembelajaran daring di tengah pandemic ini memiliki dilema tersendiri, bagaimana caranya untuk mengukur pencapaian materi satu ke materi berikutnya, sedangkan pembelajaran daring inilah salah satu dari pencegahan pemutus mata rantai penularan virus Covid-19. Belajar dari rumah sudah menjadi bagian dari New Normal dalam menjalani kehidupan di masa pandemi covid-19. Namun kendala infrastruktur dalam pendidikan dan technology yang mungkin di setiap daerah perlu beradaptasi dengan cepat.
Adakalanya pembelajaran daring ini candu akan media sosial yang digunakan oleh peserta didik. Instansi pengguna ponsel pintar cukup mencuat, sehingga lemahnya control dari orangtua membuat peserta didik bebas mendownload aplikasi games dan lain sebagainya diluar dari aplikasi pembelajaran. Bahkan yang sedang tren dimasa kini adalah platfrom video pendek yaitu Tiktok, yang dapat memikat penggunanya untuk terus ditonton hingga candu. Sampai pada akhirnya pada sesi pembelajaran tatap muka kelas VIII dilakukan, dengan protocol Kesehatan dari mulai memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. 87% peserta didik awam atas pengetahuan-pengetahuan dasar maupun kosa kata dalam Bahasa Indonesia yang mungkin ini sudah diajarkan di Sekolah Dasar. Bahkan untuk mengetes public speaking peserta didik melalui zoom meetingpun, mereka sulit memperluas ilmu pengetahuannya, yang diingat mereka hanya lagu tiktok atau bahkan joget-joget ala tiktok. Ketergantungan ponsel pintar dalam pembelajaran daring ini tentunya mengurangi minat peserta didik untuk menggali informasi mengenai pembelajaran, bahkan peserta didik sulit memahami apa yang disampaikan oleh guru.
Guru adalah garda terdepan untuk menyelamatkan masa depan, mungkin di masa pandemic ini tidak banyak guru, atau bahkan peserta didiknya mulai mengeluh dengan suasana belajar mengajar yang entah sampai kapan kondisi ini akan berakhir. Namun ada kalanya semua yang di anggap sulit; semua yang dianggap tabu;, nyatanya kami mampu. Sebuah problem menjadikan stimulus bagi kami untuk berfikir aktif, kreatif, inovatif, sehingga keberhasilan itu menjadi wadah untuk bisa terus berkarya dengan technology yang ada. Tekhnology juga membawa kami untuk terus mencoba dan menggali informasi agar apa yang disampaikan dalam pembelajaran dipahami oleh peserta didik bahkan orangtuapun terlibat dalam pembelajaran daring ini.
Karena proses pembelajaran selama hampir 1 Tahun ini sangat terbatas, hanya 2 mata pelajaran per harinya dengan waktu yang cukup singkat. Namun ini salah satu tantangan bagi pihak yang berperan tentunya guru, untuk mencoba menghidupkan suasana pembelajaran dengan asik, kreatif, inovatif, penuh ketertarikan bagi peserta didik. Adapun sejumlah guru mengakui jika persoalan Pendidikan ini, bukan dari cara guru tidak menguasai materi, namun karena pandemi, jadi menyampaikan materi cukup terbatas. Tentunya permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran daring di masa pandemi akan ada solusi yang inovatif untuk mendorong keberhasilan guru dalam memikat daya tarik peserta didik pada pembelajaran daring, agar pemahaman dan pengetahuan peserta didik dapat spesifik secara lebih mendalam. Dalam pandemic covid-19 bukan saya saja yang mengalami permasalahan dalam pembelajaran daring, melainkan guru, peserta didik, atau bahkan orangtua di seluruh Indonesia mengalami permasalahan yang sama. Jikapun ada solusi yang efektif, cobalah untuk mengkombinasikan antara pembelajaran daring dengan menerapkan pelaksanaan pembelajaran tatap muka agar nantinya tidak ada kekhawatiran akan putusnya sekolah, karena bagaimanapun pembelajaran tatap muka adalah salah satu upaya untuk bisa menumbuhkan karakter dan menilai karakter peserta didik di dalam maupun di luar rumah.
Kebosanan peserta didik mulai tumbuh disaat guru memberikan tugas dan materi dengan cara yang sama tanpa merubah trik dalam memberikan tugas dan materi. Seperti, guru memberikan tugas melalui WhatsApp dan buka LKS halaman sekian. Ada tekanan tersendiri dari peserta didik jika tugas tersebut terlalu banyak, alhasil omelan orangtua yang membuat peserta didik semakin tertekan dan pada akhirnya malas untuk belajar. Alih-alih tugas pun tidak banyak yang mengumpulkan dengan alasan, kuota habis, HP dibawa ibu kerja, bahkan sampai lupa pada tugasnya. Itulah yang dialami peserta didik selama pembelajaran daring di masa pandemi.. Hal ini dapat dikurangi dengan cara guru melakukan Home Visit agar dapat berkolaborasi dengan orangtua dalam pola Pendidikan di rumah.
Pandemi Covid-19 itu datang tak di undang, pulang tak diantar, yang datang tanpa memberi kabar. Tentunya ini cukup mencengangkan dan mengubah sebagian besar sistem pembelajaran yang ada diseluruh dunia. Membatasi pergerakan peserta didik untuk mendapatkan ilmu yang seharusnya mereka dapat dengan seefektif mungkin. Bahkan seluruh pihak yang bersangkutan perlu cepat beradaptasi dengan perubahan yang semuanya melibatkan pada technology, entah itu pemerintah, praktisi pendidikan, guru, orangtua, masyarakat, dan peserta didik. Namun hal itu tidak berpengaruh jika pihak yang terlibat tidak bisa Bersama-sama menuangkan ide gagasan yang inovatif dan kreatif bagi berjalannya pembelajaran daring di masa pandemi.
Adapun usaha pemerintah dalam memaksimalkan kebijakan pembelajaran dimasa pandemi ini teerus dilakukan kepada guru-guru serta peserta didik yang menjaring peserta didik untuk sebuah internet agar bisa mengikuti sebuah pembelajaran. Disamping itu Adapun peserta didik yang tidak memiliki gadget atau handphone, diperkenankan untuk mengerjakan tugas di madrasah dengan tetap mentaati protocol kesehatan juga pembatasan minimal 5-10 peserta didik dalam sehari. Selain kita melakukan hal tersebut Adapun kegiatan pembelajaran jarak jauh ini kami lakukan dengan mengadakan zoom meeting yang dimana untuk membentuk karakter peserta didik apalagi untuk kelas VII (peserta didik baru) yang perlu adanya bimbingan khusus untuk menumbuhkan karakter. Atau bahkan dengan diadakannya zoom meeting ini, kita sebagai guru selain membentuk karakter dalam bersikap,bentuk setoran hafalan Al-Qur’an 6 ayat pun sudah dalam termasuk pada membentuk karakter. Pendidikan karakter tidak hanya dilakukan pada lingkungan sekolah saja, melainkan lingkungan sosial dan keluarga. Dibanding guru peran orangtualah berperan penting terhadap budipekerti dan akhlak putra/putrinya. Jika orangtua dan guru mampu bekerjasama dalam memberikan Pendidikan yang berkarakter, maka membentuk dan menciptakan peserta didik dengan akhlak dan nilai akademis yang baik, pasti akan menghasilkan sesuatu yang baik pula.
Semoga usaha dan kesabaran kita sebagai tenaga pendidik dalam mencerdaskan anak bangsa dan membangun karakter di masa pandemi covid-19 ini berbuah manis dan menjadikan keberkahan untuk kita semua, tentunya untuk para peserta didik yang nantinya akan menjadi sebuah cerita dimasa yang akan dating, bagaimana sulitnya menimba ilmu dengan penuh ketelitian dan keterbatasan dalam belajar, dan semoga pandemi covid-19 ini cepat berakhir di muka bumi ini.