POTRET PEMBELAJARAN ORANG PINGGIRAN
POTRET PEMBELAJARAN ORANG PINGGIRAN
Sri Sulastri, S.Pd.
MIN 3 Subang
Sejak negara menetapkan pandemi Covid-19 pada awal tahun 2020, rasanya waktu berjalan begitu cepat. Tak terasa setahun lebih pandemi ini sudah berjalan. Tak terpikir sebelumnya akan selama ini bertahan dalam belenggu pandemi. Semua segi kehidupan kita terkena dampaknya. Dan sektor pendidikan bagiku salah satu sektor yang sangat sangat dan sangat terdampak. Tentu saja ada yang positif maupun negatif. Walau tak terasa membuat banyak perubahan dalam kemampuanku sebagai seorang guru tingkat Madrasah Ibtidaiyah. Guru yang saat ini sudah tidak muda lagi, setengah abad lebih. Keadaan ini terasa begitu berat buatku. Beberapa rekan di belahan wilayah negeri ini mungkin juga merasakan hal yang sama, terasa berat tetapi membawa keberkahan dalam hal lain. Karena guru mau tidak mau, suka atau tidak suka, digenjot menambah kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi. Terutama kemampuan penguasaan IT. Bagaimana guru harus berusaha agar pembelajaran tetap berlangsung dalam masa pandemi ini dengan segala keterbatasan. Mampu menciptakan pembelajaran tetap berjalan menyenangkan, tanpa tatap muka. Tingkat kreatifitas guru betul-betul ditantang. Begitupun bagi para orang tua, pembelajaran putra-putrinya yang pada awalnya diserahkan sepenuhnya pada guru atau pihak sekolah, kini harus ikut serta dalam mendampingi pembelajaran putra-putrinya. Pada masa pandemi Covid-19 ini, semua yang terlibat dalam pendidikan ditantang untuk mampu bermain pada perannya masing-masing.
Sejak pemerintah membatasi aktivitas masyarakat untuk memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19 pada awal tahun 2020, maka pembelajaran harus berlangsung dengan cara daring dan luring.
Untuk mensiasati keadaan ini, saya sebagai guru Madrasah Ibtidaiyah sudah berusaha keras untuk menambah ilmu-ilmu terkait penguasaan IT. Sedikit malu karena selama ini tak begitu terpacu untuk mempelajarinya. Pembelajaran saya sajikan dalam bentuk video, rekaman, dokumen dan sebagainya agar pembelajaran tetap menyenangkan untuk para siswa. Sesuai arahan pemerintah metode yang saya gunakan adalah sebagai berikut :
- Metode daring dilakukan untuk menyiasati ketidak kondusifan di situasi pandemi seperti ini. Metode ini saya gunakan karena bisa membuat para siswa memanfaatkan fasilitas yang ada di rumah mereka dengan baik. Seperti halnya membuat konten dengan memanfaatkan barang-barang di sekitar rumah maupun mengerjakan seluruh kegiatan belajar melalui sistem online. Contoh membuat proyek pemanfaatan teknologi sederhana untuk merubah wujud suatu benda agar benda tersebut memiliki nilai jual lebih. Mereka bisa memanfaatkan bahan-bahan pangan yang dimiliki oleh orang tuanya di rumah.
Pada pembelajaran daring ini, ingin sekali saya menggunakan tehnik yang bervariasi seperti Zoom, Google Meet, Google Classroom dan sebagainya. Tapi apalah daya, maksud hati memeluk gunung tapi tangan tak sampai. Maksudnya ingin membuat sesuatu lebih menarik dan keren, tetapi orang tua sebagai pendamping belajar putra putrinya di rumah menolaknya. “Duh.... tidak mendukung”. Beberapa keluhan yang dirasakan yaitu, keterbatasan orang tua dalam mendampingi putra putrinya belajar, baik berkaitan dengan kemampuannya dalam penguasaan IT maupun ketersediaan waktu untuk mendampinginya, keterbatasan kepemilikan android dan kuotanya. Jadi pembelajaran daring hanya dapat berlangsung lewat WhatsApp Grup. Itupun hanya 90% siswa yang terlibat, sisanya terbentur keterbatasan.
2. Metode luring, pembelajaran dilakukan dengan tatap muka dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat, 3M (Memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan). Dalam prakteknya siswa diajar secara bergiliran agar terhindar dari kerumunan. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan diberi jadwal yang berbeda di tempat yang sama. Pada pelaksanaannya ternyata siswa kadang datang bersamaan juga.
Metode ini dilaksanakan untuk menyiasati penyampaian kurikulum agar tidak berbelit saat disampaikan kepada siswa. Selain itu, pembelajaran dengan metode yang satu ini juga memberikan solusi bagi mereka yang kurang memiliki sarana dan prasarana pendukung pembelajaran dengan metode daring.
Siapa sangka pandemi ini ternyata terus meningkat, menyebar di seluruh wilayah kita. Di awal tahun 2021 pemerintah semakin memperketat mobilitas masyarakat dengan menerapkan PPKM. Bahkan ketika saya menuliskan artikel ini, sedang berlanjut PPKM level 4. Pemerintah begitu serius memperhatikan kesehatan masyarakatnya. Berbagai upaya terus dilakukan untuk menekan penyebaran virus Covid-19.
Lagi-lagi pendidikan terkena dampak yang sangat serius dengan peningkatan penyebaran virus Covid-19 ini. Di tahun ini, pembelajaran hanya dapat dilakukan dengan cara daring. Guru, siswa dan orang tua betul-betul menggelepar menerima keadaan ini. Bagaimana tidak, sebelum tahun ajaran dimulai, sudah terdengar kabar menggembirakan, angin segar untuk sektor pendidikan. Bahwa sekolah-sekolah akan segera dibuka, pembelajaran akan dilaksanakan dengan tatap muka. Semua sudah bernafas lega. Ternyata kenyataannya jauh dari harapan. Tapi yaaaa apa hendak dikata, keadaanlah yang memaksa keputusan ini harus diambil, karena kesehatan masyarakat termasuk prioritas pemerintah.
Walau begitu, siswa dan para orang tua tetap menginginkan pembelajaran tatap muka. Entah tidak mengerti keadaan, atau pura-pura tidak tahu, atau karena sudah putus asa tidak mampu membimbing pembelajaran putra-putrinya di rumah.
Hampir setiap hari mereka bertanya, : “Bu sekolah kapan masuk?”. “Bu besok sekolah tidak?”. Menurut mereka, pembelajaran tatap muka tak bisa tergantikan oleh pembelajaran daring ataupun luring. Kedekatan yang terjadi dalam proses pembelajaran tatap muka antara guru dan siswa begitu sangat berarti untuk perkembangan karakter putra putrinya. Jadi sebagus apapun pembelajaran yang kita tawarkan, siswa dan para orang tetap mengharapkan pembelajaran tatap muka. Tidak hanya mereka, sayapun sebagai seorang guru sudah sangat rindu celoteh dan canda siswa di kelas. Semoga pandemi ini segera berlalu.