PROGRAM “SEMUT MERAH” MTsN 15 MAJALENGKA DAN PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DAN SISWA
  • 11 Agustus 2021
  • 1370x Dilihat
  • Gumeulis

PROGRAM “SEMUT MERAH” MTsN 15 MAJALENGKA DAN PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DAN SISWA

PROGRAM “SEMUT MERAH” MTsN 15 MAJALENGKA DAN PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DAN SISWA

Oleh : Fajar Senjaya

Guru dan Wakamad Kurikulum MTs Negeri 15 Majalengka

Dalam Islam kegiatan membaca adalah sesuatu yang mendapat perhatian dan di perintahkan langsung oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, sebagaimana yang termuat dalam Al Quran surat Al Alaq, dengan membaca berarti kita sudah membuka jendela ilmu pengetahuan, melalui aktivitas membaca seseorang dapat memperoleh beragam informasi, pengetahuan, dan sesuatu yang belum diketahui. Kemampuan dan kemauan dalam membaca sangat diperlukan, sebab dengan membaca terjadi sebuah proses transfer ilmu pengetahuan dan membuat seseorang mengalami perubahan dalam dirinya. Sesudah membaca maka hal yang harus dilakukan adalah dengan menulis, sebab dengan menuliskan hasil dari bacaan, berarti kita telah mengikat ilmu pengetahuan tersebut agar tidak lepas dari kita dan juga bisa memberikan pencerahan kepada yang lain, sehingga Imam Al Ghazali menyebutkan : “ Jika bukan anak seorang raja, bukan juga anak seorang ulama besar, maka menulislah “, sebab dengan menulis, kita masih bisa dikenal walaupun tidak bertemu dengan pembaca dari tulisan kita, sebagaimana hal tersebut diungkapkan oleh Pramoedia Ananta Toer dalam sebuah ungkapan “ Menulis adalah bekerja untuk keabadian “. Membaca dan menulis adalah dua aktivitas yang tidak boleh di pisahkan, sebagaimana dua sisi mata uang.

Tema Literasi menjadi sebuah perbincangan yang hangat dalam dunia pendidikan hal tersebut diantaranya dipengaruhi karena perkembangan teknologi yang semakin pesat sehingga mempengaruhi perkembangan literasi dalam dunia pendidikan. Pada mulanya literasi hanya merujuk pada kemampuan untuk membaca dan menulis teks serta kemampuan untuk memaknai ( UNESCO, 2005 : 148 ) Literasi dalam perkembangannya terbagi menjadi 6 jenis literasi: literasi baca tulis, literasi numerik, literasi sains, literasi finansial, literasi budaya dan kewargaan, serta literasi digital. Konsep literasi digital ini mulai muncul sejak tahun 1990 seiring dengan perkembangan Teknologi dan Informasi yang sangat pesat, adapun tokoh yang memperkenalkan literasi digital salah satunya adalah Gilster ( Qory, 2018 : 6 )

Berdasarkan fenomena yang ada, dapat kita ketahui bahwa literasi digital menjadi topik yang telah banyak diteliti oleh para ahli untuk dapat mengetahui kemampuan literasi suatu individu, kelompok dan masyarakat tertentu dengan interaksinya terkait perkembangan teknologi yang ada. Indonesia sendiri merupakan negara yang masih minim terkait penelitian yang mengkaji tentang literasi digital. Pada era sekarang ini literasi yang paling dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia ini adalah literasi digital, karena pada 2021 ini perkembangan teknologi digital telah berkembang sangat pesat dan juga menjadi sangat mudah diakses oleh siapapun dan kapanpun dan literasi digital dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan - perkembangan tersebut.

Hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 yang diterbitkan pada maret 2019 lalu memotret sekelumit masalah pendidikan Indonesia. Dalam kategori kemampuan membaca, sains, dan matematika, skor Indonesia tergolong rendah karena berada di urutan ke-74 dari 79 negara.

Dalam laporan berjudul Digital 2021: The Latest Insights Into The State of Digital itu, disebutkan bahwa dari total 274,9 juta penduduk di Indonesia, 170 juta di antaranya telah menggunakan media sosial. Dengan demikian, angka penetrasinya sekitar 61,8 persen. Sementara jika dilihat lebih jauh, sub-indeks Informasi & Literasi Data memiliki skor paling rendah. “Pada sub-indeks ini, kami mengukur kemampuan mengolah informasi dan literasi data, serta berpikir kritis. Responden ditanyakan tentang kemampuan menyaring informasi, juga apakah ia membandingkan berbagai informasi di dunia maya sebelum memutuskan sebuah informasi benar atau tidak,” tambah Mulya dalam siaran pers, Jumat (20/11/2020). Yuri Belfali (Head of Early Childhood and Schools OECD) dalam paparan awalnya menyampaikan, kemampuan baca siswa Indonesia berada dalam kelompok kurang bersama dengan negara-negara seperti Saudi Arabia, Maroko, Kosovo, Republik Dominika, atau Kazakhstan dan Filipina.

Pengertian Literasi Digital

Menurut Gilster (Qory, 2018 : 7) menjelaskan bahwa literasi digital sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dari berbagai format. Gilster menegaskan bahwa dalam literasi tidak hanya terkait kemampuan menulis dan membaca, tetapi lebih dari itu, yaitu terkait kemampuan untuk memaknai dan mengartikan sebuah tulisan dan maksud didalamnya. Literasi digital mencakup penguasaan ide-ide, bukan hanya sebatas penekanan tombol pada media digital. Gilster lebih menekankan pada proses berpikir kritis ketika berhadapan dengan media/teknologi digital daripada kompetensi teknis sebagai keterampilan inti dalam literasi digital, serta menekankan evaluasi kritis dari apa yang ditemukan melalui media/teknologi digital daripada keterampilan teknis yang diperlukan untuk mengakses media digital tersebut.

Program SEMUT MERAH 15 dan peningkatan kompetensi Guru dan Siswa.

Pandemi Covid – 19 yang melanda Dunia tidak terkecuali Indonesia, dan telah memaksa seluruh dunia untuk bisa beradaftasi perilakunya dengan pandemi ini,  baik itu sektor sosial, dimana pada masa sekarang kita mengenal adanya program dari pemertintah terkait dengan pembatasan sosial, di bidang ekonomi e-commerce menjadi pilihan ketika melakukan transaksi jual beli, tidak terkecuali dalam bidang pendidikan, seorang guru dituntut untuk menggunakan teknologi dalam melakukan pembelajaran dengan siswanya, maka di kenal dengan adanya Pembejaran Jarak Jauh / Daring / online.

Untuk mendukung Pembelajaran Online di MTs Negeri 15 Majalengka, maka di gagas adanya suatu program yaitu “SEMUT MERAH 15” Sistem Literasi Digital Membaca dan Menulis di Rumah MTs Negeri 15 Majalengka, program ini dilaksanakan dengan Online mengunakan media Whatshapp, dan Google Meet, Program ini untuk menstimulus dan memotivasi  guru dan siswa dalam membaca dan menulis, menghasilkan sebuah karya bagi Siswa dan Guru di lingkungan MTsN 15 Majalengka, baik berupa teks tulisan ( cerpen, review buku, karya tulis ilmiah, bahan ajar) dan juga video (video pembelajaran, video kreavitas dan lain – lain).

Adapun program SEMUT MERAH 15 untuk Siswa dan Guru adalah dengan adanya pelatihan dengan materi terkait cara membaca dengan cepat dan efektif, cara membuat tulisan, baik fiksi maupun ilmiah (cerpen, puisi, review buku, membuat laporan kegiatan) terintegrasi dengan melakukan penugasan kepada siswa untuk membuat fortopolio, Etika menulis di Media Sosial, dan kecakapan digital dan juga mengadakan kompetisi lietarasi.

Program SEMUT MERAH 15 mampu meningkatkan kompetensi Profesional Guru dan juga kompetensi siswa, hal ini dapat dilihat dengan telah lahirnya karya guru berupa tulisan buku Antologi Guru, Novel, Puisi, Review buku, Cerpen, Artikel, Jurnal, video pembejaran dan Juga Karya Tulis Ilmiah Lainnya, sedangkan karya Siswa adalah review buku, puisi, video kreativitas siswa, Adapun publikasi karya Guru dan Siswa ini melalui Blogg Semut Merah 15 dan Medsos MTsN 15 Majalengka.

Wallahu ‘Alam bishowab