RUH PENDIDIKAN DI RUANG DIGITAL

RUH PENDIDIKAN DI RUANG DIGITAL

RUH PENDIDIKAN DI RUANG DIGITAL

Oleh: Abdush Shobur

Guru MTs Nurul Huda Setu

Kehidupan senantiasa dinamis bergerak dan berubah sesuai zamannya. Manusia telah dikaruniai peralatan canggih berupa akal, perasaaan, insting, dan hati untuk mewarnainya. Bagaikan seorang pengemudi kendaraan, manusia telah diberikan wewenang dan tanggung jawab penuh untuk mengarahkan kehidupan ini menuju tujuannya dengan selamat.

Secara kodrati, manusia akan senantiasa mencari dan menyerap informasi atau pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan rasa ingin tahunya (curiosity). Oleh karenanya, manusia sejatinya memerlukan pendidikan dalam arti luas dan sepanjang zaman (life long education). Dorongan inilah yang menjadikan manusia sebagai makhluk hidup pembelajar agar mampu secara cepat beradaptasi dengan situasi zamannya.

Manusia di satu sisi adalah orang yang memegang kendali “warna” ruang dan waktu, tetapi di sebagian lain, manusia juga menerima dampak dari konsekuensi atas yang dilakukannya. Dengan demikian, menjadi penting melandasi segala sesuatu dengan mengembalikan tujuan penciptaan manusia yang tidak lain sebagai hamba Tuhan sekaligus pemimpin untuk merawat bumi ini. Maka, perlu meramu pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada sisi material, tetapi juga sosial dan spiritual.

Era Digital dan Problematikanya

Pada awalnya, manusia menciptakan teknologi untuk memudahkan dalam meyelesaikan berbagai kebutuhan hidupnya. Mulai dari memaksimalkan pengolahan sumber daya alam, sebagai alat transportasi, hingga memudahkan komunikasi dalam jarak jauh. Teknologi kemudian menjadi sangat berkembang dan merambah hampir seluruh sisi kehidupan. Manusia mulai ketergantungan terhadap teknologi. Dari bangun tidur hingga tidur lagi, manusia hampir tidak lepas dari teknologi, seperti dengan smartphone-nya.

Melalui kemajuan teknologi, dunia kini serba digital yang satu sama lain saling terkoneksi tanpa kendala batas ruang dan waktu. Informasi juga mampu diakses kapan pun dan di mana pun. Dunia berasa dalam genggaman. Apa yang terjadi di negara lain di ujung bumi sekalipun, dapat terlihat saat itu juga di smartphone kita yang terkoneksi dengan internet.       

Arus informasi dan globalisasi di eral digital ini menjadi sangat terbuka. Berbagai pengetahuan yang kita inginkan dapat dengan mudah diperoleh. Namun, di sisi lain ada dampak negatif berupa ketergantungan terhadap teknologi, terjadinya goncangan kebudayaan (culture shock), perubahan pola pikir dan tingkah laku ke arah yang negatif, serta pudarnya jati diri sebagai manusia yang seutuhnya.

Era digital telah mengubah dan memindahkan interaksi sosial secara fisik di kehidupan nyata ke suatu ruang maya seperti media sosial. Seseorang yang pendiam dalam kehidupan nyata, bisa saja berubah drastis menjadi orang yang agresif berinterkasi di media sosial. Bahkan, lebih parah lagi pengaruh negatif ini menimpa kepada usia anak-anak dan remaja dengan game online serta pergaulan bebas.    

Revitalisasi Ruh Pendidikan dalam Menghadapi Problematika Era Digital

Digitalisasi telah memasuki hampir segala bidang kehidupan, tak terkecuali pendidikan. Semuanya berlomba-lomba beralih dan memanfaatkan keberadaan teknologi untuk memudahkan aktivitasnya sehari-hari. Dalam pendidikan sendiri, para guru dan siswa mengeksplorasi berbagai media serta fasilitas yang tersedia secara online.

Era digital di masa pandemi ini, semakin membuat kita dituntut untuk cepat beradaptasi dan mencari strategi digital agar pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik. Berbagai hal telah dilakukan untuk mensukseskan program pendidikan, mulai dari pemanfaatan teknologi digital, strategi pembelajaran yang bervariasi, hingga kurikulum kekinian. Namun, seringkali kita sibuk dengan segala hal yang bersifat ekstrinsik, tetapi lupa akan subtansinya. Sehingga, antara perkembangan pengetahuan seringkali tidak seimbang dengan moralitasnya. Hal ini, menjadi semakin urgen dengan adanya percepatan era digital di masa pandemi dengan segala arus informasinya. Dalam menghadapi berbagai tantangan tersebut, kita harus mengembalikan pendidikan pada rel yang tepat, dengan merevitalisasi ruh pendidikan. Menurut penulis, hal-hal yang dapat dilakukan untuk merevitalisasi ruh pendidikan, antara lain:

Pertama, Rekontruksi paradigma pendidikan dengan berorientasi pada tujuan pendidikan yang menciptakan manusia seutuhnya.

Kedua, Meningkatkan kesadaran dan mendasarkan pengajaran dengan pondasi spiritual atau yang disebut dengan spiritual teaching.

Ketiga, Mengintegrasikan sikap dan interaksi sosial di dunia maya dengan kehidupan nyata yang berdasarkan moralitas.     

Keempat, Menghidupkan kembali kepedulian sosial terhadap sesama dan lingkungan.

Kelima, Mengoptimalkan peran human touch dengan menjadi teladan bagi para peserta didik. Sebab, pembelajaran yang paling efektif adalah perilaku seorang guru yang dilihat dan dirasakan oleh hati siswanya.