SAHRUL ANAK JAMAN COVID
SAHRUL ANAK JAMAN COVID
Minggu pagi yang berawan, matahari malu malu menampakkan sinarnya. Sudah berhari hari hujan tidak turun. Dengan segenap doa dan harapan, mudah mudahan hari ini turun hujan. Biar jalanan tidak berdebu, dan tanaman tersiram air, serta udara menjadi lebih segar. Tiba tiba terdengar pintu pagar yang berderit, Dari balik jendela kualihkan pandangan ke halaman depan.. Ada seorang anak muda membawa tas kresek, menuju rumah sambil mengucapkan salam. Aku membuka pintu rumah dan menjawab salam.
“Bu Endah, saya membawakan daging ayam pesanan ibu, “katanya.
Agak kaget juga namaku disebut.,ini siapa ya. Rupanya dia mengerti kekagetanku, dia segera menimpali,
“Saya Sahrul Bu, murid ibu, Sambil membuka masker sebentar lalu memakainya lagi.
Oooo, baru ingat saya. Ini murid saya angkatan 19. Dulu kalau ditanya cita citanya, ingin jadi presiden. Dia menceritakan kegiatannya, di masa pandemi ini, salah satunya membantu orang tuanya mengantarkan pesanan ayam potong ke para pelanggan. Dia juga bercerita bahwa saat ini dia kuliah di ITB jurusan Geologi. Dari sikap dan tutur katanya, kelihatan sangat santun, rendah hati, tidak gengsi atau malu kalau harus keliling mengantarkan pesanan ayam potong.
Pada masa pandemi ini yang sudah dua tahun melanda negeri, cukup menjungkir balikkan semua bidang kehidupan termasuk pendidikan. Sosok Sahrul seorang mahasiswa yang pintar, tetapi punya akhlaq terpuji, membantu orang tua, hormat pada guru, dan rendah hati. Siapa yang punya peran penting, bisa mendidik anak seperti ini. Ini adalah peran guru dan orang tua, yang sama sama bersinergi, bekerja sama untuk menghasilkan siswa berprestasi dan mempunyai akhlaq terpuji. Anak yang biasanya sebagian besar waktunya dihabiskan di sekolah, dengan pelajaran tatap mukanya, terus dilanjutkan dengan kegiatan les, kursus, bimbel, dan seabrek kegiatan lainnya, pulang sudah capai,tidur, kemudian sekolah lagi. Hampir tidak ada komunikasi yang intens antara anak dengan orang tua. Rumah seperti kos kosan, hanya dijadikan tempat tidur dan istirahat, kemudian berkegiatan lagi.
Tiba tiba datang wabah corona, yang membolak balikkan segalanya.
Anak anak yang biasanya aktif tak terkira, tiba tiba breg….Harus tinggal di rumah bersama orang tua yang juga harus WFH, Bekerja dari Rumah. Bukankah selama ini orang tua mengeluh, tidak bisa berkomunikasi dengan anak secara mendalam. Orang tua bertemu dengan anak hanya basa basi di pagi hari ketika anak akan berangkat ke sekolah. Bukankah situasi ini harus disyukuri, anak dan orang tua bertemu dengan dalam waktu 24 jam. Allah SWT memberikan kesempatan ini, peluang ini, bukankah ini peluang emas orang tua untuk berperan lebih dalam mendidik anak. Bagaimana peluang ini kita manfaatkan ? Jangan sampai peluang ini berlalu dengan sia sia. Jangan sampai dalam kondisi ini anak mengurung diri di kamar, sambil bermain gadget seharian. Pada keadaan seperti ini teringat ceramah seorang ustadz tentang pendidikan anak. Saya buka Al Quran surat Luqman ayat 13 sampai 19.
*QS 31 : 13 Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
1. Jangan mempersekutukan Allah.
Kita latih anak anak kita untuk tidak menyekutukan Allah.
Mereka belajar , menghormati orang tua, menghormati guru , membantu orang tua, sholat, puasa dan berbuat kebaikan karena lillahi ta’ala. Bukan untuk di puji, untuk mendapat nilai yang baik atau niat bukan karena Allah semata. Bahwa Allah adalah zat satu satunya yang kita sembah, satu satunya tujuan ibadah kita.
*QS 31 : 14 Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
*QS 31 : 15 Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
2. Anak dididik untuk mentaati orang tua, selama tidak di suruh mempersekutukan Allah.
Anak dipahamkan bahwa ridho Allah adalah ridho orang tua. Dalam keseharian anak dilatih membantu bapak dan ibu di rumah. Pekerjaan mengurus rumah, menjaga adik, kalau di suruh orang tua tanggap, tidak mengeluh. Tidak mengeluarkan kata kata ah, yang bisa menyakiti hati orang tua. Kalau orang tua menyuruh mempersekutukan Alloh , tetap dihormati tetapi tidak ditaati.
*QS 31 : 16 (Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
*QS 31 : 17 Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
3. Anak dididik mengerjakan sholat. Orang tua menanyakan apakah anak anak sudah sholat atau belum.Kalau bisa sholat berjamaah adalah lebih baik. Di dalam keluarga saling mengingatkan kebaikan antara satu anggota keluarga dengan anggota keluarga yang lain. Anak anak juga dididik hati hati dalam menjaga perbuatan, karena Allah Maha Melihat dan semua perbuatan ada balasannya.
*QS 31 : 18 Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
*QS 31 : 19 Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
4. Anak diajarkan rendah hati dan tidak sombong. Anak anak diajarkan bertutur kata lembut dan bersikap sopan.
Anak anak dipahamkan bahwa kemampuan, kepandaian, kekayaan, adalah titipan Allah semata. Kita harus pandai mensyukuri pemberian Alloh.
Pendidikan karakter seperti di atas diajarkan oleh orang tua dan guru. Kerjasama saling mendukung antara guru dan orang tua, akan sangat dibutuhkan anak.Jadi guru tidak semata mata hanya menagih tugas sekolah ke anak, dan orang tua tidak selalu menuntut anak agar dihormati.. Dengan bekal pendidikan karakter yang kuat, Insya Allah anak anak akan termotivasi untuk belajar ilmu pendidikan yang lain.Guru di sekolah tidak lagi kesulitan untuk mengajar daring. Sahrul Sahrul yang lain akan banyak kita jumpai di negeri ini.
Penulis : Nur Endah Setyoasih ST
Editor : Adzillah Khosyyati Rohim