SEKOLAH ONLINE
‘SEKOLAH ON LINE’
OLEH : YULI HIDAYATI
GURU MTsN 1 Kota Cirebon
Aku bosan sekolah online
Ga da teman jadinya pun bosan
Ga ada uang jajan
Tak ada pemasukan
Pengennya jalan sama teman –teman
Hingga kejamnya waktu
Ingin membuatku
Rebahan melulu
Sambil ngerjain tugas
Walaupun otak panas
Gurunya selalu ngegass
Gara-gara Corona
Itulah sekilas liryc lagu anak yang negetop di medsos yang dapat mewakilkan gambaran pendidikan dimasa pandemi ini yaitu sekolah on line. Sekolah On line atau sekolah Virtual atau sekolah daring menurut wikipedia adalah adalah proses pembelajaran yang secara menyeluruh atau sebagian besar menggunakan metode virtual. Artinya, tidak perlu ada kegiatan tatap muka antara peserta didik dan guru, kecuali hanya untuk pelengkap. Sekolah virtual memungkinkan murid untuk memperoleh kredit atau ujian yang diakui untuk dapat melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Proses belajar di sekolah virtual dapat menggunakan komputer atau ponsel cerdas yang terhubung dengan jaringan internet. Selama pelaksanaan sekolah on line, peserta didik memiliki keleluasaan waktu untuk belajar. Peserta didik juga dapat belajar kapan pun dan di mana pun, tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Di mana pendidikan di masa pandemic di negeri ini dilakukan secara daring, namun ada beberapa wilayah yang dilakukan secara luring khusus untuk zona hijau.
Mekanisme pembelajaran sederhana awal pandemi menurut penulis adalah guru memberikan pengajaran melalui pesan singkat melalui Android, dan perintahnya akan dilaksanakan oleh siswa lebih lanjut . Pembelajaran awal pandemi ini, lebih merata dan dapat diakses oleh semua siswa yang memiiki android di semua tingkatan serta level sosial siswa.Tanpa memakan biyaya quota internet yang banyak, sifatnya merata hanya tergantung geografis dan jangkauan kartu provider yang digunakan.
Pembelajaran modern pada masa petengahan pandemi, dengan banyak diciptakannya aplikasi pembelajaran komprehensip yang memuat kelengkapan sarana penunjang kegiatan pembelajaran tersebut. Hal ini menimbulkan banyak kesenjangan pembelajaran yang diterima siswa, dikarenakan keterbatasan yang mulai muncul sebagai dampak dari pembelajaran online yang berbeda di berbagai wilayah dan kebijakannya. Aplikasi yang yang termasuk dalam Sistem pembelajaran online adalah Google Classroom, Google Meet, Edmudo , Elearning dan Zoom, group whatsApp, dan masih banyak lagi. Meskipun setiap aplikasi memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri
Tidak terbayangkan sebelumnya bagaimana guru dalam mengajar siswa dengan kondisi seperti ini, dan bagaimana kerepotan orang tua menjadi guru di rumah untuk anaknya. Karena dikondisi ini diharuskan semua guru dan orang tua mampu mengoperasikan handphone atau media yang lain dalam pembelajaran online ini. Kadang ada guru yang sudah sepuh harus bisa mengimbangi kemajuan terknologi, meski itu keharusan tetapi pada prakteknya guru kurang menguasai, begitu juga beberapa orang tua yang belum terbiasa dengan alat komunikasi tersebut juga harus ketat memantau putra-putrinya dalam proses pembelajaran. Belajar secara online tentu memiliki tantangannya sendiri. Siswa tidak hanya membutuhkan suasana di rumah yang mendukung untuk belajar, tetapi juga koneksi internet yang memadai.
Permasalahan yang dialami ketika proses belajar secara on line pada umumnya adalah pemakaian kuota dan lemahnya sinyal. Mengingat guru dalam memberikan materi atau memahamkan siswa juga satu tingkat lebih sulit daripada biasanya, namun hal tersebut menjadikan guru lebih kreatipf dari sebelumnya. Namun tidak bagi siswa. Kurangnya kontrol dan penanaman karakter secara langsung , mengakibatkan pendidikan karakter terkesampingkan dari pembelajaran on line ini. Karena guru lebih memperhatikan tuntutan penyelesaian tugas belajar yang diberikan. Dari pada proses pengerjan. Sifatnya tidak mengenal ruang dan waktu, keadaannya merusak tatanan kehiupan pribadi dan sosial peserta didik, dan gurunya pun demikian. Sebagai contoh dimana jam 11 malam, masih ada anak-anak yang menanyaka tugas yang belum jelas, saat keadaan repot ditelepon oleh peserta didik, belum lagi curhatan orang tua tentang tingkah polah anaknya yang susah belajar dan menuntut untuk orang tua bertindk tegas, serta penyalahgunaan Android yang seharusnya lebih banyak untuk belajar malah lebih banyak digunakan sebagai media game on line. Begitu pengalamam penulis sebagai guru.
Begitu pula dari sisi pendidik khususnya, dengan adanya pembelajaran on line serta sistem kerja WFH dan WFO, membatasi gerak pekerjaan yang seharusnya rutin dilaksanakan oleh guru. Dalam artian kurang maksimal bekerja karena keterbatasan jam aktifitas yang ditentukan oleh pemerintah. Yang lebih kacau lagi dimana waktu WFH yang memiliki pengertian Work Form Home (Bekerja dari Rumah) ada yang waktunya malah digunakan jalan – jalan, rekreasi ke luar kota dan hal-hal yang mengambarkan mereka sedang tidak bekerja yang dapat dilihat dari status Whaats upnya memasang foto mereka sedang bergembira ria di waktu-waktu jam kerja.
Dari kompleksnya permasalahan sekolah on line diatas, beberapa hal yang harus kita sikapi sebagai pedidik, orang tua dan peserta didik, yang pertama, lebih mengutamakan pendidikan karakter di tengah gencarnya penggunaan Teknologi Informasi yang tidak mengenal rua ng dan waktu, kedua, lebih mengedepankan kemanusiaan sebagai mahluk sosial di antara sifat benda yang digunakan, serta sebisa mungkin lebih bijak menggunakan gawai saat anda memang ada keperluan untuk pembelajaran. Semoga semua ini segera berakhir dengan indah agar tatanan kehidupan bisa kembali normal. Amin.