Si Kecil Pengubah Dunia Pendidikan
Si Kecil Pengubah Dunia Pendidikan
Nurjanah, S.Pd
MTsN 2 Bandung Kabupaten Bandung
nurjanahriyandi@gmail.com
Pandemi COVID-19 belum berakhir. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) terus diperpanjang untuk memutuskan mata rantai penyebaran virus Si Kecil COVID-19. Korban meninggal semakin masif berjatuhan. Tak bisa terbendung lagi. Ibarat gelombang tsunami maha dahsyat menghantam fisik, materil dan moril umat manusia. Satu persatu negara di dunia mulai rontok diambang krisis multidimensi. Tatanan kehidupan sosial yang semula terususun rapi dan penuh perencanaan matang sebagai tujuan hidup, dalam sekejap ambyar dibuatnya. Gelak tawa dan keceriaan sirna terbelenggu aturan yang memperketat pergerakkan umat manusia.
Masyarakat meronta sekuat tenaga ingin terbebas dari belenggu yang hampir dua tahun mengikatnya. Namun apalah daya, hanya bisa meneteskan air mata di sela-sela mata yang mulai sayup dan sendu. Mencurahkan isi hati kepada angin agar cepat tersampaikan kepada para penguasa negeri, agar peduli mendengar jeritan dan rintihan rakyat kecil yang terlindas oleh arus perubahan zaman yang semakin mencekam. Mau tidak mau, suka atau tidak, dengan penuh keterpaksaan masuk ke dalam lingkaran sebuah aturan. Aturan yang mengikat kebebasan ruang dan gerak yang seakan menerobos jauh ke dalam sanubari. Rumah sakit penuh sesak, sekolah-sekolah merana, tempat-tempat ibadah sepi, tempat-tempat rekreasi mulai dikremasi, pusat-pusat perekonomian seakan dihantui, dan tempat-tempat hiburan berguguran.
Si Kecil COVID-19 yang tak kasat mata seolah-olah ingin mempertontonkan siapa dirinya kepada dunia. Ia ingin berbicara “Inilah Aku. Jangan remehkan Aku... meskipun Aku kecil, Aku mampu merubahmu. Aku mampu menghacurkan sendi-sendi kehidupanmu, wahai umat manusia...!”.
Suasana horor dan mencekam mengancam kehidupan manusia. Didukung pula oleh tabulasi angka kematian yang semakin hari semakin meroket hampir menembus ribuan kasus. Grafik pemantau dengan lincahnya menari naik turun bermain di layar kaca. Namun begitu, deretan angka-angka tersebut telah berhasil membidik mental manusia menjadi lemah. Si Kecil COVID-19 telah menjadi trending topik bahkan menjadi idola di setiap pemberitaan. Mengalahkan artis-artis papan atas lokal maupun internasional. Si kecil COVID-19 telah melancarkan bom waktu, menjelma sebagai malaikat maut yang berkuasa mencabut nyawa dalam hitungan detik tanpa memandang suku, agama, ras, budaya, dan ekonomi seseorang dengan tanpa ampun.
Ketakutan demi ketakutan terus merasuk ke dalam jiwa manusia. Tatanan sosial berubah drastis. Fobia pandemi memunculkan lingkaran problematik di berbagai bidang sosial, seperti kesehatan, pendidikan, agama, ekonomi, politik, bahkan pertahanan keamanan suatu negara. Kebijakan demi kebijakan mulai diberlakukan. Perubahan drastis dari klasikal tradisional menjadi serba digital dianggap lebih praktis, maju dan modern. Ia akan mewarnai seluruh sistem dalam kehidupan masyarakat dunia tanpa kecuali di negara Indonesia. Karena sistem digital inilah yang dianggap paling cocok diterapkan pada saat ini, dan tidak menutup kemungkinan akan berlanjut untuk masa yang akan datang.
Revolusi tatanan kehidupan sosial akibat pandemi bukan tanpa resiko. Kebiasaan klasik tradisional beralih ke serba digital akan menimbulkan suasana shock bagi masyarakat yang belum terbiasa. Banyak faktor yang harus menjadi bahan pertimbangan dalam menerapkan suatu sistem baru. Pelaksanaan sistem pembelajaran jarak jauh contohnya, perlu kesiapan matang. Persiapan dimulai dari kurikulum, bahan ajar, perangkat administrasi guru, kompetensi guru, hingga sarana dan prasarana. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi sebelum mengajar menjadi skala prioritas. Untuk membekali diri, dilakukan dengan cara mengikuti Pelatihan, tutorial di youtube, diklat dan sebagainya. Semua yang dilakukan tiada lain adalah ingin memberikan pelayanan prima kepada para peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya. Segala media pembelajaran terus dicoba diterapkan mulai dari media whatshaap, pembuatan Video Animasi, Google Clasroom, Dojo, Quizizz, Kahoot dan lain sebagainya. Meskipun hasilnya tidak terlalu menggembirakan. Belum sesuai dengan harapan
Perubahan sistem pendidikan dari klasikal ke digital menyisakkan pula cerita suka dan duka. Keluhan para orang tua telah menjadi sarapan pagi yang tampak di depan mata. Cerita-cerita lucu sering mengisi ruang tajuk pembaca dan berita. Mulai dari anak tidak memiliki handphone, punya handphone tapi merek jadul yang suka dipake emak-emaknya, punya Hp Android merek kekinian yang cocok untuk anak zaman milenial namun sayang terkendala miskin kuota dan sinyal yang enggan muncul, maupun ada juga yang mempunyai hp tapi karena dianggap terlalu canggih tidak bisa mengoperasikannya .
Penerapan pola pendidikan daring tak luput dari adanya pro dan kontra. Baik datang dari pihak para pendidik itu sendiri, maupun dari lingkungan masyarakat terutama para orang tua. Hal ini harus dipahami karena penerapan suatu sistem pendidikan yang baru dikenal masyarakat, tidaklah mudah untuk dilaksanakan. Yang pasti, penuh tantangan dan hambatan.
Si Kecil COVID-19 ini telah berhasil menorehkan tonggak sejarah perubahan sistem pendidikan di negeri ini. Mendorong para pendidik untuk lebih kreatif dan inovatif, dalam menerapkan metodologi pembelajaran di kelas media online-nya. Ada tiga hal yang dapat dijadikan kunci dalam masa pandemi agar pendidikan tetap terjadi, yaitu: 1) Intensifikasi Pendidikan, meliputi peningkatan kualitas guru, meningkatkan kualitas bahan ajar yang lebih simpel dan menarik seperti modul, LKPD, Diktat, video animasi, pemilihan strategi, model dan media pembelajaran yang sesuai; 2) Ekstensifikasi Pendidikan, meliputi penyediaan sarana prasarana pembelajaran yang memadai terutama Hp, perbaikan sinyal, dan kuota internet; dan 3) Diversifikasi Pendidikan, meliputi kolaborasi antara penerapan sistem pendidikan dan pengajaran yang bersifat klasikal dengan digital, atau yang kita kenal dengan istilah luring dan daring.
Pendidikan etika moral tidaklah dapat tergantikan oleh tekhnologi. Manusia sebagai makhluk sosial sangat membutuhkan manusia lain untuk berinteraksi. Pada akhirnya penggunaan teknologi dalam kehidupan akan mengalami titik nadir. Kejenuhan mulai menghantui setiap individu. Inilah hukum alam yang tidak bisa dihindari. Jangan biarkan bangunan-bangunan sekolah terus ditinggalkan terlalu lama hanya diisi laba-laba yang aktif menyulam sarangnya di sudut kelas. Jangan biarkan lebah-lebah membangun sarangnya di langit-langit sekolah seperti lampion penghias ruang kelas. Jangan biarkan buku-buku perpustakaan merindu karena penuh debu, dan jangan biarkan kantin-kantin sekolah sunyi senyap tanpa ada deretan menu andalan yang menjadi favorit siswa dan guru.
Peristiwa mewabahnya Pandemi COVID-19 memberikan pelajaran terbesar dalam khasanah kehidupan umat manusia, agar manusia senantiasa mawas diri. Menyepelekan makhluk yang kita anggap kecil, menganggap remeh suatu pekerjaan, dan menganggap rendah orang lain adalah perilaku sehari-hari yang mungkin tanpa kita sadari. Si Kecil COVID-19 telah mengubah dunia dalam sekejap mata atas izin Yang Maha Pencipta, ALLOH SWT. Akhir kata Kupijak bumi berair, kutatap rembulan di angkasa. Kuharap pandemi segera berakhir. Namun aku tahu, hanya Tuhan jualah yang Maha Berkuasa. Wallohu’alam bisshowaf