Telisik 20: Pemimpin Perubahan yang Efektif

Telisik 20: Pemimpin Perubahan yang Efektif

Pemimpin Perubahan yang Efektif

Oleh: Dr. Firman Nugraha, M.Ag.

 

Perubahan yang pesat di bidang teknologi menciptakan momentum baru yaitu disrupsi. Disrupsi menjadi objek yang bisa dibaca ganda. Pertama dia merupakan situasi dan tantangan baru dari inovasi (Christensen). Kedua disrupsi merupakan gangguan dari kemapanan (Fukuyama). Pada dasarnya disrupsi memang hadir dari ruang karya dan akal budi manusia yang senantiasa mencari terobosan demi “kemudahan”kehidupannya. Namun kemudian semua inovasi ini menjadi boomerang yang terus menuntut manusia untuk menjaga eksistensi agar tidak tertinggal dari “ciptaannya” sendiri yaitu teknologi.

Mengarungi era disrupsi ini meniscayakan strategi dan paradigma lain, yang berbeda dan sesuai dengan konteksnya. Kehadiran seorang innovator bukan lagi monopoli area industri maupun teknologi. Para pemimpin juga harus dan perlu untuk menyesuaikan dirinya dengan tantangan baru tersebut. Mereka para pemimpin yang masih menjalankan pola-pola lama dan terikat dengan kenyamanan karisma dalam perannya sebagai patron niscaya suatu saat akan tergusur dan ditinggalkan.

Mengetengahi kondisi demikian, setidaknya para pemimpin harus menempatkan dirinya sebagai agen dari perubahan itu sendiri. Menjadi pemimpin perubahan yang efektif menurut Center For Creative Leadership dapat dilihat setidaknya dari tiga hal. Pertama, communicate. Para pemimpin dalam dimensi ini bukan sekedar piawai dan fasih dalam mengemas kata dan data untuk dijadikan materi persuasif kepada followers maupun stake holder, melainkan juga fokus pada konsep “why” bukan sekedar “what” dari visi perubahannya. Hal ini dapat membangun visi bersama dari pentingnya perubahan yang terjadi dan yang harus dilakukan. Kedua, collaborate. Para pemimpin era digital harus mulai melihat sisi lain dari tantangan perubahan yang cepat. Team yang ramping niscaya lebih berpotensi untuk melakukan banyak aktivitas dengan cepat dan terukur. Menuju hal tersebut tidak lagi efektif menempatkan pegawai dalam ruang-ruang khusus bersekat yang mungkin menyulitkan dalam evaluasi dan kontrol. Sebaiknya silos demikian sudah kita abaikan dan anggota team harus senantiasa siap dengan ide dan saran baru, serta bergerak dalam irama yang sama. Ketiga, commit. Perubahan memang tidak mudah, kendati bukan mustahil. Menciptakan lingkungan yang support dengan ide perubahan juga penting. Bersedia menerima tantangan merupakan semangat baru dan menyertai ketekunan dalam mengarungi kondisi yang “tidak nyaman” akibat perubahan. Mimpi mimpi yang besar sudah saatnya diwujudkan dengan mengurangi cara pandang yang negatif terhadap kondisi sesaat dari ketidaknyamanan perubahan. Kuncinya, sabar dan prasangka positif.