Telisik 30: MERDEKA BELAJAR MERDEKA MENGAJAR DAN MASA DEPAN SERTIFIKASI
MERDEKA BELAJAR MERDEKA MENGAJAR DAN MASA DEPAN SERTIFIKASI
Oleh: Dr. Muaripin, M.Ag.
Teknologi baru, memungkinkan pembelajaran bisa dilakukan kapan saja, di mana saja selama terhubung dengan jaringan internet. Sumberdaya pembelajaran melimpah disana. Hal ini memberikan efek keuntungan bagi siapapun yang berminat untuk meningkatkan kompetensinya. Di saat yang sama, siapapun bisa berbagi pengalaman, pengetahuan dan kompetensi melalui platform dalam jaringan.
Kondisi ini tentu saja membawa dampak baru pada ekosistem pembelajaran. Kini seakan menjadi bias batas-batas kelembagaan untuk merasa berhak dalam memberikan kompetensi tertentu pada seseorang yang belajar. Tentu saja, ini tantangan sekaligus peluang. Tantangan pertama dalam menjaga kualitas kompetensi yang diberikan. Tantangan kedua pada kualifikasi sumber atau mitra belajar. Tidak terkecuali, hal ini juga berlaku dalam lembaga pelatihan.
Di luar sana (internet) tentu banyak informasi dan kompetensi yang bisa diperoleh secara gratisan. Namun demikian, apakah kemudian kompetensi tersebut dapat tersertifikasi? Jika orientasinya selembar kertas dengan pernyataan demikian, maka jawabannya belum tentu. Tetapi jika orientasinya pada kemampuan atau kompetensi yang sesungguhnya, hal ini sangat mungkin. Terbukti melalui media sosial, telah banyak lahir mereka yang memiliki semangat untuk belajar para “ahli” yang diasah secara otodidak. Siapa pengajarnya? Bisa siapa saja yang sama sama ingin melestarikan dan menyebarluaskan pengetahuan, pengalaman yang mereka miliki.
Merdeka belajar pada hakikatnya menjadi perwujudan dari amanat transenden, bahwa seseorang seyogianya belajar sepanjang hayat. Merdeka mengajar juga wujud kesejatian bahwa mengajar pada akhirnya tidak selalu harus diikat oleh jumlah jam pelajaran, atau satuan ukur lainnya seperti pengali dengan rupiah untuk setiap jamnya. Seseorang yang memiliki komitmen untuk terus belajar dan siap juga berbagi pengalaman (mengajar) maka berarti siap untuk memberikan garansi (self-insurance) atas kompetensi yang dimilikinya. Jika saya, anda, adalah seseorang dengan tugas dan fungsi utama untuk mengajar, maka hendaklah jangan kalah kualitas pembelajaran kita dengan saudara-saudara kita yang memiliki hobi berbagi melalui “mengajar”.