Telisik 9: KEBAHAGIAAN: ENERGI DAN RESONANSI
Oleh:
Dr. Hj. Emma Himayaturohmah, M.Ag.
Bahagia adalah suasana hati. Bahagia bukan tergantung peristiwa yang terjadi. Bahagia adalah cara menyikapi sebuah peristiwa. Gede Prama pernah menulis bahwa: Selalu ada sisi membahagiakan bahkan dari kejadian yang paling menyedihkan sekali pun. Ingatkan diri lagi dan lagi, kebahagiaan bukan buah kejadian. Kebahagiaan adalah buah dari cara memandang. Sesederhana menemukan kotoran sapi di depan rumah yang dikirim tetangga. Jika pikirannya negatif, ia menjadi awal petaka dengan tetangga. Jika cara memandangnya positif, kotoran sapi bisa menjadi awal persahabatan dengan tetangga. Karena ia pupuk subur yang akan mekar menjadi bunga indah. Semua kejadian dalam hidup sama persis dengan kotoran sapi. Bisa dilihat secara negatif, bisa juga dilihat secara positif. Benih kebahagiaan akan mulai tumbuh indah, jika seseorang tekun tidak mudah menyerah untuk selalu melihat semuanya dari sisi-sisi yang positif.
Kata positif seringkali hanya menjadi buah bibir. Mestinya, positif itu menjadi sebuah proses awal sampai akhir. Berfikir positif, bersikap positif, bertindak positif, hasil akhirnya adalah positif. Kebiasaan positif akan menjadi karakter positif. Karakter positif akan menuai nasib yang positif pula. Berkata dengan bahagia, bersikap bahagia, bertindak bahagia, maka hasil akhirnya adalah bahagia.
Manusia hanya bisa memberi apa yang dimiliki. Memberi cinta pada orang lain, hanya mampu dilakukan oleh orang yang telah memenuhi cinta terhadap diri sendiri. Jika kita telah bahagia dengan diri sendiri, maka kita lebih mungkin untuk bisa memberikan kebahagiaan pada orang lain. Sebagaimana pandemi saat ini yang mudah menular, maka kebahagiaan pun mudah menular. Mari menularkan kebahagiaan, mari menularkan keberkahan, mari membuat dunia ini senantiasa damai. Salam sesama hamba Tuhan. Wallahu’alam.