VAKSIN HIDUP PENDIDIKAN

VAKSIN HIDUP PENDIDIKAN

VAKSIN HIDUP PENDIDIKAN

Oleh: Amin Mufti, S.Th.I.

Lama sudah kita berperang dalam pandemi. Virus corona seakan menjadi ratu sejagat. Semua perhatian diarahkan padanya. Walhasil seluruh sektor menderita cukup dalam. Ekonomi, sosial, bahkan pendidikan semua dihantamnya. Semua sektor harus bertekuk-lutut melayani ratu sejagat. Perang para medis menghadapi virus corona dianggap sebagai perang yang suci. Pasalnya kematian selalu mengintai detik-detik mereka dalam mengobati pasien covid.

Dalam dunia pendidikan pun tak kalah merisaukan seluruh pemangku kepentingan. Para pendidik dihadapkan pada kematian pendidikan. Jika tidak segera dilakukan langkah antisipasi yang tepat, menangislah ibu pertiwi. Karena sektor pendidikan ibarat jiwa dalam suatu bangsa. Tanpa jiwa bangsa itu takkan pernah hidup. Pendidikan era pandemi ini, saya pikir berada dalam keadaan sakaratul maut.

Bukan tidak mungkin pendidikan kita dalam keadaan yang sekarat. Semangat transformasi pendidikan yang baru saja ingin dibangun oleh Mentri Pendidikan tiba-tiba dihajar oleh virus corona. Tatanan sistem pendidikan kita belumlah sekuat negara-negara maju. Sehingga belum sampai skema penataan rangkaian program merdeka belajar itu menyatu, sistem itu sendiri sudah mengalami crash atau kerusakan. Sehingga tatanan sistem pendidikan kita boleh dibilang harus diinstal ulang.

Pendidikan era pandemi ini sebaiknya dimanfaatkan sebagai era penataan tatanan sistem pendidikan kita secara komprehensif. Yakni secara jeli mencari celah sistem pendidikan yang usang untuk ditransformasikan pada sistem mutakhir yang telah disesuaikan dengan kebutuhan zaman. Era dimana skala inovasi pengetahuan berjalan dengan sangat cepat dengan adanya teknologi. Sehingga kedatangan virus corona merupakan suatu keberkahan bagi kita untuk membenahi segala permasalahan sistem pendidikan dan mengejar ketertinggalan dengan bangsa-bangsa maju lainnya.

Teknologi dan pembinaan karakter adalah kunci dalam melakukan transformasi sistem pendidikan kita. Teknologi tanpa karakter hanya mempertontonkan kerakusan manusia tanpa adanya unsur peradaban yang selalu kita agungkan. Kemajuan teknologi semata bukanlah kemajuan peradaban. Kemajuan karakter yang diikuti dengan kebangkitan teknologi itulah yang dinamakan sebagai kemajuan peradaban yang sebenarnya.

Kita sekarang dihadapkan pada persoalan serius terkait tantangan pembenahan teknologi khususnya dalam dunia pendidikan. Pasalnya, antara pendidik dan peserta didik keduanya tidak lagi bertatap muka. Artinya, pemanfaatan media teknologi mau tidak mau harus kita gunakan sebagai media pembelajaran secara paripurna. Tatanan yang kembali harus dibangun oleh semua pendidik dengan membangun sebuah sistem jaringan pembelajaran online yang solid. Pengembangan sistem kecakapan teknologi bagi guru adalah mutlak harus tercapai demi menyelamatkan pendidikan kita dari kondisi sakaratul maut tadi. Kecanggihan teknologi juga harus dikuasai oleh semua pendidik demi mengantisipasi aksi tindak kemerosotan karakter peserta didik.

Pengalaman pembelajaran online dengan segala bentuk varian teknologi yang mutakhir idealnya mampu mendorong peserta didik untuk tetap bersemangat dalam pembelajaran. Namun, hal ini tidak tercapai secara maksimal karena kita agak sedikit terlambat dalam membangun sistem jaringan pembelajaran online ini. Seluruhnya dihadapkan pada permasalahan yang mendasar. Kurangnya ketersediaan sistem jaringan pembelajaran yang mumpuni dan keterhandalan pemanfaatan media teknologi pembelajaran yang tepat guna.

Untuk mengejar ketertinggalan itu semua setidaknya kita sudah dalam track yang benar. Mulai dari pengadaan kuota khusus bagi pelajar dan guru hingga banyaknya pelatihan-pelatihan media pembelajaran yang digencarkan. Namun, semua itu membutuhkan proses yang panjang. Sehingga tidak semuanya berjalan dengan lancar. Luapan-luapan materi pelatihan terkait teknologi media pembelajaran online tersebut terkadang bagi sebagian pendidik ataupun peserta didik menguap begitu saja. Dikarenakan banyak di antara kita dalam keadaan gagap teknologi. Sehingga dengan adanya luapan-luapan tadi hanya akan membuat mereka alergi terhadap teknologi. Hal ini justru menjadi bomerang bagi pendidikan kita yang sedang berjibaku dalam pandemi. Dan tentu saja sebagian besar dari kita tentu akan berteriak kapan pandemi akan berakhir?

Kalaulah kita boleh menyalin jalan perang terhadap virus corona yakni dengan penggunaan vaksin sebagai penguat daya tahan antibodi kita dalam memeranginya, maka sektor pendidikan pun tak ubahnya jalan perang. Maka untuk memperkuat antibodi (pendidik dan peserta didik) kita memerlukan vaksin dalam jumlah yang cukup banyak. Bukankah kita sudah banyak melakukan pengadaan kuota dan pelatihan-pelatihan gratis? Tidak cukup. Kita harus memiliki vaksin yang hidup. Agent of Change. Mereka-lah para operator teknologi yang siap membantu para pendidik dan peserta didik yang gagap dengan teknologi, bila perlu dalam 24 jam. Perbanyak vaksin hidup maka selamatlah transformasi sistem pendidikan kita.