Warna-warni Pembelajaran di Masa Pandemi

Warna-warni Pembelajaran di Masa Pandemi

Warna-warni Pembelajaran di Masa Pandemi

Oleh: Ida Herdiani, S.Ag, M.Pd

Pandemi yang disebabkan oleh Virus Covid-19 telah memberikan dampak di berbagai aspek kehidupan kita saat ini, termasuk ke dalam dunia pendidikan. Dunia pendidikan telah dipaksa untuk tidur sejenak di awal pandemi. Beberapa saat kemudian insan pendidikan berusaha untuk membangunkan dunia pendidikan yang tertidur ini. Dengan berbagai upaya inovasi yang dilakukan. Pendidik dipaksa untuk menggunakan media informasi dan teknologi yang merupakan hal asing bagi sebagain dari mereka. Peserta didik dipaksa untuk beralih dari penggunaan dawai sebagai media hiburan menjadi media belajar mereka. Maka disini dimulailah “pertempuran melawan pandemi dengan senjata informasi teknologi” bagi para insan di dunia pendidikan.

Betapa tidak, bagi sebagian pendidik informasi teknologi atau lebih dikenal dengan sebutan singkat “IT” merupakan momok yang menghantui disela-sela tugas administrasi mengajarnya. Tentu ini dialami oleh sebagian besar generasi lama. Tidak demikian bagi generasi baru yang lebiih familiar dengan gawai dan IT. Mereka dengan lancarnya beralih dari pembelajaran konvensional tatap muka ke pembelajaran daring dengan menggunakan berbagai media aplikasi penunjang. Ada sebagain generasi yang berada diantara generasi lama dan baru yang memiliki keterampilan IT kurang memadai tetapi mereka mau dan mampu berusaha untuk mempelajari IT untuk pembelajaran yang harus mereka tunaikan. Dengan berbagai kendala berbeda yang mereka temukan, mereka dapat melalui tahapan penguasaan IT untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Pemerintah melalui berbagai lembaga terkait pendidikan terus berupaya memberikan dukungan teknis untuk pemenuhan kebutuhan pembelajaran daring. Kementrian pendidikan dan kementrian Agama melalui lembaga-lembaga di bawahnya mengeluarkan program-program pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan mengajar daring bagi para pendidik. Dan luar biasa sekali sambutan dari para pendidik terhadap berbagai program pelatihan itu. Bagai gayung bersambut para pendidik terlibat aktif dalam berbagai pelatihan sehingga mereka semakin mahir mengemas pembelajaran daring yang mereka persembahkan bagi peserta didik mereka tercinta.

Pelatihan yang semula mengumpulkan orang dalam satu ruangan besar dengan meja dan kursi yang berjejer rapi telah berubah menjadi sebuah pertemuan maya di sebuah ruang “virtual”. Peserta pelatiha yang semula harus berjalan jauh memakan waktu menuju tempat pelatihan kini hanya tinggal menggerakan jari-jemarinya untuk mengaktifkan gawai yang berisi Link pelatihan yang terhubung ke aplikasi virtual meeting. Para peserta pelatihan tinggal duduk manis untuk menyimak penjelasan dan berinteraktif dengan pembicara yang berada jauh disana. Berbagai materi pelatihan dapat tersampaikan dengan lebih maksimal karena didukung oleh tampilan audio visual yang mumpuni. Dengan berbagai video dan aplikasi yang dapat dibagikan dalam tayangan dan disimak bersama-sama. Dengan cara seperti ini para pengajar memiliki peluang untuk menyerap ilmu pengetahuan yang baik tentang bagaimana cara mengadakan pembelajaran daring.

Pimpinan Sekolah atau Madrasah tidak kalah dalam memberikan dukungan untuk peningkatan pembelajaran daring. Melalui beberapa program yang diadakan di sekolah/ madrasah para pimpinan dan pendidik saling berbagi ilmu tentang pembelajaran daring yang telah mereka kuasai. Pimpinan sekolah juga berusaha untuk menyediakan sarana prasarana yang dapat menunjang pembelajaran daring bagi para pengajar. Sarana yang disediakan diantaranya jaringan internet berupa “Wifi” yang dapat diakses dari beberapa ruangan yang ada di sekolah. Para guru dapat mengakses jaringan internet yang dapat memfasilitasi berlangsungnya pembelajaran daring. Pihak pemerintah juga memberikan dukungan berupa penyediaan kuota internet bagi para pendidik dan peserta didik melalui program pemberian kuota belajar setiap bulannya melalui kerjasama dengan penyedia jasa layanan internet.

Penggunaan jaringan internet sebagai media pembelajaran daring tidak dapat dicapai oleh sebagian sekolah yang berada di wilayah yang belum terjangkau oleh jaringan internet yang kuat. Para guru harus memutar otak untuk menyiasati kondisi ini. Ada sebagain guru di daerah yang berinovasi dengan menggunakan jaringan radio lokal. Para guru bekerjasama dengan pengelola siaran radio lokal untuk menyiarkan pembelajaran melalui frekuensi radio yang bisa dijangkau oleh para peserta didik di sekitarnya. Peserta didik menyimak penjelasan guru melalui radio di rumahnya masing-masing.

Inovasi lainnya yang dilakukan oleh para pengajar adalah dengan melakukan kunjungan ke rumah peserta didik yang berada pada zona atau wilayah yang relatif rendah tingkat penyebaran virus covid-19 nya. Para pengajar membuat kelompok belajar kecil sehingga mereka bisa berkumpul dan menyimak pembelajaran yang disampaikan oleh guru mereka. Pengajar juga ada yang mengirimkan modul pembelajaran ke rumah peserta didik dan secara berkala mengambil hasil kinerja peserta didik dan mengirimkan kembali modul selanjutnya. Cara yang satu ini cukup beresiko bagi tenaga pendidik karena memberikan peluang terpapar yang cukup besar saat bepergian menuju lokasi peserta didik. Layaknya pejuang perang yang harus berharti-hati menghindari ranjau darat terinjak oleh kakinya.

Penyesuaian proses pembelajaran daring sedikit bergeser saat lahirnya kebijakan bekerja dari rumah. Para guru cukup terkendala dengan ketersediaan jaringan internet. Ada sebagian guru yang kondisi wilayahnya kurang terjangkau oleh jaringan internet yang kuat. Lagi-lagi mereka harus memutar otak untuk menyiasati kondisi ini. Ada sebagian yang harus “bermigrasi” terlebih dahulu untuk mencari sinyal internet. Ditambah kondisi di dalam rumah yang kadang kurang sesuai untuk melangsunhkan proses pembelajaran. Pada prosesnya setiap pendidik melakukan upaya yang berbeda untuk tetap berlangsungnya proses pembelajaran. Dimana ada kemauan disitu pasti ada jalan, demikian pepatah mengatakan.

Tidak lupa dengan pendidikan karakter yang harus ditanamkan kepada peserta didik, para pendidik juga melakukan berbagai inovasi program yang bertujuan untuk menanamkan pendidikan karakter secara daring. Pendidik berkomunikasi dengan peserta didik melalui media sosila dan mengajak mereka untuk melakukan kegiatan-kegiatan pembiasaan. Beberapa kegiatan pembiasaan yang diterapkan diantaranya menganjurkan peserta didik untuk melakukan sholat dhuha dan melaporkan dokumentasi kegiatannya. Selain itu peserta didik juga diajak untuk membaca Al-qur’an secara bersama-sama melalui aplikasi video konferensi (biasanya menggunakan Zoom Meeting atau Google Meet). Peserta didik juga ditugaskan untuk melakukan kegiatan-kegitan positif dirumah, diantaranya kegiatan membantu pekerjaan orang tua dirumah misalnya menyapu, mengepel lantai, mencuci piring, mencuci baju, menyiram tanaman, dan berbagai kegiatan positif lainnya. Kesemua kegiatan itu didokumentasikan oleh siswa dalam bentuk foto lalu dikolase dengan cantik dan dikirimkan kepada Bapak/Ibu gurunya tercinta. Kegiatan membuat kolase ini juga merupakan sebuah upaya untuk melatih keterampilan menggunakan IT dan berkreasi seni sehingga jiwa seni peserta didik akan tetap terasah.

Demikian sekelumit upaya yang dilakukan oleh insan pendidikan dalam menjaga proses pendidikan agar tetap terjaga tidak terlelap dalam tidurnya. Pandemi ini bukanlah kendala akan tetapi merupakan sebuah tantangan bagi insan pendidikan untuk berinovasi dan beradaptasi menciptakan layanan pendidikan yang terus berjalan sesuai dengan kondisi yang berkembang. Majulah terus pendidikan Indonesia tak lekang oleh pandemi mari kita lawan dengan penguasaan pembelajaran berbasis IT.