Menag Dorong Pusat Studi Indonesia di Hartford: Langkah Strategis Memperkuat Dialog Lintas Agama dan Perdamaian Global
  • BDK Bandung
  • 16 Mei 2025
  • 11x Dilihat
  • Berita

Menag Dorong Pusat Studi Indonesia di Hartford: Langkah Strategis Memperkuat Dialog Lintas Agama dan Perdamaian Global

Penganugerahan gelar Doctor of Divinity kepada Menteri Agama Nasaruddin Umar oleh Hartford International University bukan sekadar penghargaan individu, melainkan pengakuan atas peran Indonesia sebagai model toleransi dan perdamaian dunia. 

Penganugerahan gelar kehormatan kepada Menag Nasaruddin Umar adalah momentum tepat untuk mengakselerasi pembentukan Indonesia Study Center di Hartford. Langkah ini bukan hanya untuk memajukan pendidikan, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai pemimpin global dalam diplomasi antaragama.  

Dalam pidatonya, Menag menekankan pentingnya membangun Indonesia Study Center di kampus tersebut sebagai jembatan akademik dan kultural antara Indonesia dan Amerika Serikat, memperkuat diplomasi lunak melalui pendidikan dan dialog antaragama.  "Kami tidak hanya membangun kerja sama pendidikan, tapi juga peradaban yang lebih damai." Ungkapnya di Hartford, Jumat (16/05/2025) 

Menurut Guru Besar UIN Jakarta ini, Pusat Studi Indonesia ini sangat penting, karena akan memperkuat jejaring intelektual. Selama ini Hartford International University telah lama menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh Indonesia seperti Alwi Shihab, Azyumardi Azra, dan Jusuf Kalla. Dengan demikian, kehadiran pusat studi ini akan menjadi platform strategis untuk memperdalam kajian tentang Islam moderat, demokrasi, dan multikulturalisme Indonesia.  

Selain itu, dari pusat studi ini diharapkan akan melahirkan kader ulama dan cendekiawan global yang baru.  Melalui program Pendidikan Kader Ulama (PKU), puluhan mahasiswa Indonesia telah menimba ilmu di Hartford. Pada gilirannya pusat studi ini akan memperluas kesempatan bagi generasi muda Indonesia untuk terlibat dalam diskursus global tentang perdamaian dan keberagaman.  
"Indonesia Study Center akan menjadi energi positif bagi hubungan kedua negara." Tegas pria kelahiran Bone ini. 

Tidak kalah pentingnya, pusat studi ini juga akan menjadi bentuk diplomasi agama untuk perdamaian dunia.  Indonesia, dengan pengalaman harmoni antarumat beragama, dapat menjadi laboratorium perdamaian bagi dunia. Jadi, pusat studi ini akan menjadi "rumah akademik" bagi riset kolaboratif dan dialog lintas iman, terutama di tengah meningkatnya polarisasi global.  

Terakhir, melalui pusat studi ini akan menjadi bagian dari upaya untuk memperkuat soft power Indonesia di AS. Tidak dipungkiri masih ada isu Islamophobia dan ketegangan geopolitik yang tersisa. Kehadiran pusat studi ini akan memperkenalkan narasi alternatif tentang Islam yang inklusif dan berbasis kerukunan, sebagaimana dicontohkan oleh Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.  
   
Meski ide ini disambut positif, perlu komitmen pendanaan dan dukungan politik dari kedua negara agar pusat studi tidak sekadar simbolis, melainkan benar-benar menjadi hub pengetahuan dan perdamaian.  "Belajar di Amerika seperti membaca buku besar yang hidup—kita harus mengambil pelajaran untuk kemajuan bangsa."  pungkasnya. 

Dengan pusat studi ini, Hartford bisa menjadi "kiblat" baru dialog perdamaian, sambil memperkuat jejaring intelektual Indonesia di panggung dunia. [FN]